3. choice - 선택

38 9 0
                                    

   4 tahun setelah kejadian itu, hidup Jennie terus berjalan. Jennie tidak pernah melihat batang hidung ayahnya lagi semenjak ia dipenjara yang kedua kali, bukan karena laporan ibunya melainkan karena kasus penjualan manusia dan ibu Jennie memutuskan untuk berpisah dengan ayahnya.

Tidak seperti anak brokenhome lainnya, Jennie sangat senang ketika ibunya memutuskan untuk berpisah dengan ayahnya dan tidak merasa kekurangan kasih sayang sekalipun. Jennie menjadi anak yang mandiri, berpikiran dewasa, dan juga cerdas.

"Ini dia bu ijazah Jennie. Anak ibu sangat berprestasi jadi saya dan sekolah sudah merekomendasikan beasiswa untuk Jennie di jurusan kedokteran Universitas Seoul, mereka sudah menyetujuinya tetapi ini bergantung lagi kepada Jennie dan ibu, apabila kalian menyetujuinya mudah bagi Jennie masuk ke jurusan itu tetapi apabila Jennie menolaknya tawaran ini akan pindah ke siswa lain bu."
ucap wali kelas Jennie panjang lebar.

Jennie dan ibunya saling berpandangan, keduanya terkejut. Ibunya tersenyum sangat lebar tetapi Jennie selalu bisa membaca apa yang sebenarnya di pikiran ibunya.

"Ibu bolehkah Jennie meminta waktu untuk memikirkan ini ?" ucap Jennie pelan tanpa mau menyinggung perasaan wali kelasnya.

Sementara eomma Jennie melihat anak perempuanya kebingungan.

"Tentu saja Jennie, ibu berikan waktu sampai tiga hari kedepan kamu tidak perlu kesekolah lagi hubungi saja ibu lewat telepon apapun keputusanmu ya" jawab wali kelas Jennie ramah.

**
"Kamu itu apa-apaan Jennie, kamu mendapat peluang bagus untuk kuliah di kedokteran kenapa kamu menunda-nunda waktu untuk menjawabnya!" seru ibu Jennie sambil melempar tas kecil nya ke kursi.

"Jennie masih mau menimbang-nimbang nya lagi eomma" jawab Jennie pelan.

"Kamu berpikir akan menyusahkan eomma lagi?, tidak Jennie malah kamu membuat eomma bangga sekali" ucap ibu Jennie terduduk lemas.

"Tapi selama ini aku selalu menggantungkan hidupku pada eomma, Jennie ingin hidup mandiri amma"

Alis mata ibu Jennie tertaut,
"Terus sekarang apa maumu Jennie?"

"Dari dulu Jennie berpikir akan menjadi ini, eomma tidak perlu membiayai kebutuhan Jennie lagi seperti makan dan lain-lain".

"kamu dapat beasiswa itu sudah lebih dari cukup Jennie-yaa". Muka ibu Jennie memelas.

"Ada faktor lain amma ini tentang mimpi.
Jennie mau jadi IDOL"

"Mwo...michyeosseo?!?"
Ibu Jennie tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

**
3 hari kemudian..
Jennie berlari dari halte menuju cafe terburu-buru,
"Mian aku terlambat Nay".

"Tidak apa-apa, aku juga barusan sampai. Sudah ku pesankan es americano kesukaanmu" ucap Nayeon tersenyum.

"Ah gomawoo.. Nayeon memang jjang".
Jennie berbicara sangat keras sambil mengancungkang jempolnya.

"Aish hentikan kau membuat semua orang melihat ke arah kita," ucap Nayeon sebelum melanjutkan bicaranya.

"jadi bagaimana kau terima tidak beasiswa jurusan kedokteran itu?, aku tidak kaget sih waktu dapat kabar burung dari teman sekelas kalau kau dapat beasiswa, tapi YaKkK aku kaget kenapa kau tak memberitahu sahabatmu terlebih dahulu, apa cuman aku yang merasa kau sahabatku."
ucap Nayeon panjang lebar sambil memukul kencang lengan Jennie.

Jennie mengusap lengannya yang dipukul Nayeon,
"Aku tidak memberi tahumu terlebih dahulu karena waktu itu aku masih bingung, tetapi sekarang tidak lagi eomma ku sudah mendukungku walaupun dia masih sedikit kesal." ucap Jennie tersenyum cerah.

a  cruel dream [•°•minnie•°•jenbin•°•] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang