8. hypnotic - 최면

38 3 3
                                    

   Suasana pagi hari ini terasa sangat berbeda dari pagi biasanya. Perasaan senang, sedih, sekaligus cemas ada disana. Untuk pertama kalinya eomma Jennie izin tidak bekerja bukan karena alasan kesehatan badannya.

Nayeon pun datang pagi-pagi sekali untuk tidak melewatkan hari ini. Betul. Mereka sedang membantu mengemasi barang-barang Jennie untuk pindah ke dorm. Dan mungkin ini juga perpisahan sementara mereka.

"Jen kau sudah sangat yakin?" tanya Nayeon sendu sambil memasukkan baju Jennie ke koper.

"Ehm..Aku yakin sekali, kalau tidak nanti orang cantik yang duduk disitu akan marah hehe" jawab Jennie sambil menunjuk eommanya menggunakan dagu.

Jennie berusaha membuat suasana menggembirakan diantara mereka walaupun dia sebenarnya sedih juga.

Eomma Jennie menyadari akan dirinya yang dijadikan bahan obrolan,
"Yaak~ kapan eomma marah kepadamu?"

"Tidak pernah sama sekali eomma, tidak pernah sedikitpun jinjja~ walaupun intonasinya agak tinggi itu bicara biasa saja kok Nay sungguh" jelas Jennie kepada Nayeon.

Nayeon dan eomma Jennie pun tertawa mendengar jawaban Jennie.

"Eomma punya teman yang memiliki toserba di dekat sini, kau bisa bekerja paruh waktu kalau mau berubah pikiran." ucap ibu Jennie tiba-tiba dan pelan.

"Mwo?" tanya Jennie memastikan.

Apa yang ibu Jennie utarakan sebetulnya belum tentu sama dengan apa yang ada di hati kecilnya. Walaupun ia kemarin marah karena Jennie tidak bisa memutuskan pilihannya.

Diam-diam wanita itu mencari lowongan pekerjaan untuk Jennie khawatir anaknya akan menghentikan mimpinya menjadi idol.

Bagaimanapun kemarahan ibu dari Jennie itu, pada akhirnya ia pasti akan menghargai pilihan anaknya. Tidak pernah memaksa kehendak, dan itulah yang membuat ia sangat disayangi oleh Jennie.

Kini giliran Jennie yang tersentuh, matanya mulai berkaca-kaca,
"Eomma gomawo untuk semuanya," ucap Jennie sambil berlari menghambur kepelukan eommanya.
"Jennie sudah besar eomma, aku sudah bisa memutuskan pilihanku sendiri. Eomma tidak perlu khawatirkan Jennie yang selalu tersandung ketika berjalan, yang selalu merusak barang, yang selalu membuat keributan dirumah. Jinjja percayakan Jennie akan baik-baik saja." ucap Jennie sambil tersenyum.

*Huwaaa...*
Suara tangisan keras itu tentu saja bukan berasal dari anak dan ibu tersebut. Sedari tadi Nayeon mendengarkan pembicaraan Jennie dan eommanya,
"Kau berbohong *hiks* Jennie, di-dia masih terjatuh dari bus eommaa.. *huwaa..* " lapor Nayeon.

Semua orang yang ada disana tertawa kecuali Nayeon yang tak berhenti menangis.

**
Jennie melangakah keluar dari pintu rumahnya,
"Eomma Jennie pergi dulu ya, taxi nya sudah sampai." ucap Jennie tersenyum.

Kini pandangan Jennie bergeser pada Nayeon,
"Nay aku titip eomma cantik ku ini ya, kalau ada apa-apa telepon saja aku."

Eomma Jennie mengusap air matanya, dan entah mengapa ia masuk kembali kedalam rumah.

Nayeon menghambur ke pelukan Jennie,
"Pasti Jen aku akan menjaga eomma mu. Jangan berbicara seakan kau tidak akan mengunjungi kami lagi, kalau kau pergi terlalu lama nanti siapa yang bisa aku bully *hiks*"

"Tentu aku  akan berkunjung menemui eommaku. Bully..bully, kau yang akan ku bully" ucap Jennie menjitak kepala Nayeon.

"Jadi kau tidak akan mengunjungiku?"

a  cruel dream [•°•minnie•°•jenbin•°•] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang