1- Siapa Mereka?

195 22 7
                                    

Cuaca cerah pagi ini membangkitkan semangat siswa-siswi SMA elit Rajawali untuk memulai hari pertama mereka dalam semester baru ini. Tampak banyak wajah-wajah baru yang memasuki area sekolah megah tersebut. Termasuk seorang gadis dengan rambut sebahu yang kini terlihat bersemangat memasuki gedung sekolah.

Tentu saja, SMA Rajawali adalah salah satu SMA elit yang terkenal di Jakarta. Sulit untuk bisa masuk sekolah itu. Berbagai sebabnya mulai dari biaya sekolahnya yang sangat tidak manusiawi, dan juga standar rata-rata nilainya yang sangat tinggi membuat sekolah itu penuh dengan murid-murid berprestasi.

Xenarya Agatha. Gadis itu tersenyum bangga menatap gedung sekolahnya. Tempat yang merupakan bukti kerja kerasnya untuk bisa mendapat beasiswa bersekolah di tempat elit ini bersama kedua sahabatnya.

"Xena!"

Xena menoleh, sontak kedua sudut bibirnya terangkat sempurna melihat seorang cowok berlari mendatanginya.

"Farrell!"

Mereka berpelukan. Mengundang seluruh pasang mata memandang ke arah mereka terkejut. Tidak sedik8t pula yang memasang tatapan sinis. Jangan terkejut, kedua sahabat itu memang selalu berpelukan setiap bertemu.

Tidak peduli jenis kelamin mereka berbeda, hubungan mereka sangat dekat layaknya saudara, kata Xena. Entahlah, raut wajah Farrell seperti tidak terima namun pada akhirnya cowok itu iyakan saja.

Farrell adalah salah satu dari sekian anak pengusaha kaya raya. Ayahnya adalah seorang pemimpin perusahaan makanan yang benar-benar penting peranannya. Itu sebabnya ia mampu disekolahkan di SMA Rajawali meskipun nilainya tidak begitu tinggi.

"Gimana kabar lo? Gue kangen banget." ucap Xena perlahan mengendurkan pelukannya.

"Biasa aja sih. Nemenin bokap ngurus perusahaan."

"Cie cie..calon direktur.." goda Xena seraya mencolek lengan Farrell usil.

"Gak mau."

Sontak Xena menatapnya terkejut. Cewek itu menutup mulutnya tidak percaya. Matanya membulat. Gerakannya tersebut membuat Farrell menatapnya bingung.

"Lo...jangan-jangan.."

Sebelah alis Farrell terangkat. "Gue apaan?"

"Lo..."

"Apaansih?"

"Lo masih pengen kerja jadi mas-mas indoapril?!"

"Gak lah bego! Udah ganti."

Xena menghela nafas lega. "Terus lo mau jadi apa?"

"Tunangannya Yuki Kato."

Jitakan maut seorang Xena pun melayang tepat di jidat Farrell. Membuat cowok itu meringis kesakitan. "Kenapa sih? Salah emang?"

"Gak. Gue cuman gak mau lo kecewa sama fakta yang ada." tukas Xena

"Maksud lo?"

"Cimoy aja kagak mau sama lo. Apalagi Yuki Kato." Eak garing.

"Sialan lo, daki kebo."

Mereka berdua tertawa. Tentu saja, ini bukan hal yang serius. Toh, Xena hanya bercanda. Begitu pula dengan Farrell. Ia tidak menganggap hal-hal seperti ini serius. Itulah yang membuat persahabatan mereka awet.

"Lila kok belum dateng? Gue cape berdiri sini kayak orang disetrap." keluh Farrell.

"Gak tahu. Katanya sih dia udah di jalan. Tadi pagi bangun kesiangan."

"Nonton berapa episode dia semalem? ck ck ck. Emang drakor itu gak baik. Kerugiannya banyak." Sontak Xena meliriknya tajam. "Berisik lo. Nonton dramanya Suzy aja lo sampe ngiler."

"Huss! Aib gue itu."

"Xena! Farrell!" panggil seorang cewek dengan rambut dikuncir kuda kepada mereka. Xena dan Farrell menghela nafas lega. "Akhirnya.."

***

"Wah.." ucap ketiga sahabat itu kagum melihat interior SMA Rajawali yang benar-benar megah. Korridornya saja sangat luas. Terdapat loker berjejeran di depan setiap kelas.

"Kita sekelas, kan?" tanya Lila yang dibals dengan anggukan mantap dari kedua temannya.

Mereka berjalan ke arah kelas mereka. Entah bagaimana, tiba-tiba gerombolan siswi berlari keluar dari setiap kelas mereka menuju pintu sekolah. Suasana mendadak begitu heboh. Saking ramainya gerombolan siswi itu menyebabkan Farrell, Lila, dan Xena terjebak dalam kerumunan tersebut dan tidak bisa masuk ke dalam kelas.

Ketiga sahabat itu saling melihat satu sama lain. Terlihat sorot kebingungan di wajah mereka. Semakin sulit untuk bergerak ketika gerombolan siswi saling berdorong-dorongan untuk bisa berjalan di dekat 4 lelaki yang kini berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Achilless!!"
"Gila gila ganteng banget!!"
"Geser lo! Gue mau deket mereka!"
"Gue juga mau kali!"

Bruk!

Seorang siswi yang ikut dalam gerombolan itu tak sengaja mendorong Xena hingga membuat cewek itu terjerembap kencang di atas lantai. Ia meringis kesakitan.

"Xena! Lo gapapa?" pekik Lila dengan raut wajah khawatir. Xena perlahan berdiri lalu merapihkan seragamnya yang mulai kusut. Seketika cewek itu panik menyadari suatu benda yang tidak ada lagi di genggamannya.

"Hape gw!" ucapnya panik. Mata gadis itu menerawang ke sekitar, mencoba mencari keberadaan benda persegi yang sudah ia beli dengan susah payah. Xena menghela nafas lega saat menemukan keberadaan handphone-nya.

Cewek itu kemudian berjalan ke arah handphone-nya.

Tiba-tiba seorang dari gerombolan tersebut menabraknya lagi hingga ia terjatuh. Gerombolan siswi itu tidak kunjung habis. Xena berusaha merangkak untuk meraih handphone-nya yang sudah tergeletak di lantai.

Perhatiannya tiba-tiba teralih saat empat cowok misterius itu berjalan melewatinya.

Mata Xena membulat. Tatapannya langsung tertuju pada sepasang sepatu cokelat dengan motif loreng, dan juga handphone-nya yang sudah rusak total. Pecah terinjak sepatu itu.

Lantas cewek itu beranjak. Matanya melihat-lihat ke sekitar. Gerombolan dan juga para lelaki itu sudah jauh pergi. Tidak terlihat lagi.


Haii semuaa!! Apa kabar? Jadi ini cerita yang aku bikin lagi setelah sekian lama..eh gak lama juga..ya pokoknya setelah lumayan lama break dari wattpad. Semoga kalian suka, ya. Menurut aku sih emang chapter 1 itu sengaja bikinnya pendek. Kalian langsung baca chapter 2 yaa semoga suka juga. Aku bakalan sering update berhubung self-quarantine and gabut banget di rumah. Stay tune terus in Xenavier!! Jangan lupa untuk selalu mem-vote seusai membaca setiap chapternyaa. Have a great day everyone!

~Mir

XENAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang