Keesokan paginya, subuh-subuh Xena bangun kemudian bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya. Today is the day! Hari Xena mengikuti retreat ke Bali bersama teman-teman sekelasnya. Dengan semangat, Xena melangkah memasuki Vios hitamnya. Disitu sudah ada kedua orangtuanya duduk di bangku depan.
"Udah? Gak ada yang ketinggalan?" tanya Linda memastikan berhubung anak satu-satunya itu sangat pelupa.
Xena mengecek isi tas ranselnya kemudian beralih ke bagasi. Ia kemudian mengacungkan jempolnya. "Siap, ma! Lesgo!"
Ayah Xena tersenyum kemudian segera menginjak pedal. Melesat menuju sekolah Xena.
👑
Mobil Xena berhenti di seberang gerbang sekolahnya. Xena memakai tasnya. Tangannya bergerak hendak membuka pintu mobil.
"Xena keluar ya, ma, pa. Sampe ketemu 5 hari lagi." ujar Xena menyalim tangan kedua orangtuanya.
"Hati-hati, ya. Kamu kalau kemana-mana ajak Lila atau temanmu yang lain. Bahaya sendirian."
Xena terkekeh. "Ma, Xena bukan anak SD lagi. Bisa jaga diri sendiri."
"Ya tetep aja! Itu tempat baru. Kamu belum terlalu familier sama tempat itu. Pokoknya kemana-mana jangan sendirian." Linda memang sangat protektif terhadap Xena. Wanita itu takut hal yang tidak diinginkan terjadi jika anaknya tidak hati-hati.
"Satu lagi.." lanjut Linda. "Mama harap pulang-pulang kamu dapet cowok. Bosen mama liat kamu sendirian terus. Ngenes banget liatnya."
Xena melongo. Selain protektif dan penuh nasihat, ibunya ini mempunyai lidah yang sangat tajam. Sekali bicara, setidaknya ada satu atau dua kata yang bisa menusuk Xena meskipun gadis itu sudah terbiasa mendengarnya.
"Kamu ini. Xena masih kelas 10. Gak usah pacar-pacaran dulu." tegur ayah Xena.
Xena menghela nafas di ambang pintu. "Terserah mama. Xena pasrah aja."
"Xena!"
Xena beserta kedua orangtuanya menoleh. Seketika jantung Xena berdetak cepat melihat Xavier berjalan ke arahnya. Ia mendadak panik. Cowok itu terlihat menawan dengan balutan hoodie off white putih dengan lengan yang tergulung beserta celana jeans.
Keringat Xena bercucuran melihat Xavier yang semakin mendekat. Matanya melirik ke arah kedua orangtuanya yang memasang raut wajah penasaran. Tamat riwayatnya jika kedua orangtuanya tau soal "hukuman anehnya".
"Y-yaudah ma, pa. X-xena langsung masuk ya! Takut telat haha!"
Xena menutup pintu mobilnya. Ia lalu bergegas menarik kopernya kemudian berlari menjauh. Langkahnya terhenti di depan Xavier.
"Kenapa lo? Buru-buru banget. Padahal gue mau nyamperin." ucap Xavier melihat Xena yang sudah ngos-ngosan.
"Gak usah! Untung lo berhenti disini." ujar Xena dengan nafas yang masih terengah-engah. Kopernya begitu berat. Entah barang-barang apa saja yang telah dimasukkan ibunya ke dalam koper.
Xena terkesiap ketika tangan Xavier tiba-tiba menarik kopernya. "Ng-ngapain lo?" Xavier berdecak. "Ayo masuk. Nanti telat."
Xena mengangkat kedua bahunya. Seulas senyum tercetak di wajahnya. Yaa, setidaknya ada seseorang yang bisa membantunya menarik kopernya yang berat. Bebannya bisa berkurang.
"Itu cewek yang naik mobil murah itu ya?"
"Ih nggak banget."
"Positive thinking aja. Mungkin BMW-nya lagi dibetulin."
"Pake acara dibawain kopernya sama Xavier lagi. Nggak punya malu apa?"
"Dasar. Udah miskin, gak punya harga diri lagi hahahaha."

KAMU SEDANG MEMBACA
XENAVIER
RomansaSemua berawal dari kejadian yang sempat menghebohkan seluruh penjuru sekolah. Xenarya Agatha, siswi baru SMA Rajawali meninju seorang Xavier Morgan, cucu pemilik sekolah, siswa most wanted sekaligus pemimpin geng yang sangat terkenal di sekolah. Xav...