3- Kesan Pertama Terburuk

80 10 0
                                    

Mereka tiba di depan sebuah pintu kayu. Terlihat sangat sepi di sekitar ruangan itu. Aura mencekam mulai menyelimuti korridor tempat Xena, Lila, dan Farrell berdiri.

"Ini markas Achilles. Lo ketuk sana. Gue balik, ya. Semoga berhasil" ucap Zara lalu berjalan menjauh dari Xena dan teman-temannya.

Xena mengumpulkan keberaniannya, kemudian berjalan pelan ke arah pintu. Tiba-tiba, Lila menahan tanganny, membuat gadis berambut sebahu itu menatapnya kaget.

"Lo yakin, Xen? Lo udah denger kan tadi? Mereka bukan sembarangan orang. Lo nantang mereka, mereka gak akan biarin lo lepas gitu aja. Apalagi menyangkut hal kayak gini. Kayaknya lebih baik kita balik aja deh.."

"Maksud lo? Gue biarin hape ini rusak aja gitu? Gak bisa." Xena kemudian mengetuk pintu markas Achilles. Tidak ada jawaban. Meskipun sedikit bingung, Xena mengetuk pintu itu kembali. Tidak kunjung ada jawaban. Xena mulai kesal.

"Kayaknya mereka lagi di luar. Udah yuk, Xen kita balik aja. Besok masih bisa." ucap Lila.

Xena menggeleng cepat. "Gak bisa. Gak bisa besok. Kalau mereka emang gak ada, gue bakal tunggu mereka sampe ada."

"Nanti kita terlambat masuk kelas, Xen." lanjut Farrell.

"Yaudah kalian duluan aja. Gue tunggu sini sampe mereka datang." ucap Xena keukeuh.

Farrel dan Amel menghela nafas pasrah. Mereka tidak ingin telat masuk kelas, tapi dalam waktu yang bersamaan mereka tidak bisa meninggalkan Xena sendirian disini. Bisa saja 4 cowok itu melakukan hal jahat kepada Xena. Jika itu terjadi, mereka akan melindunginya, oleh karena itu Amel da Farrell memutuskan untuk menemani Xena sampai Achilles datang.

Farrell tiba-tiba merasa tidak nyaman. Entah kenapa bulu kuduknya tiba-tiba naik dengan sendirinya. Perasaannya tidak enak. "Um..guys..kalian ngerasa ada yang aneh gak? Tiba-tiba hawanya berasa kuat gitu."

Xena juga tiba-tiba merasa begitu. Tidak mungkin sekolah ini dulu kuburan kan?

"Xen..Far.." ucap Lila terbata. Cewek itu menunjuk ke arah sebelah kanan mereka. Xena dan Farrell pun ikut menoleh ke arah Lila menunjuk.

Deg.

Empat cowok tinggi berjalan pelan ke arah mereka. Aura yang dipancarkan pada mereka sangat kuat. Wajah tampan mereka menunjukkan sorot keangkuhan. Kaki mereka yang jenjang melangkah dengan berwibawa. Seragam yang mereka kenakan terlihat sangat bersih, tampang mereka begitu menunjukkan bahwa mereka semua benar-benar orang-orang berada. Tak ada satupun dari Achilles yang tidak menarik perhatian. Buktinya Xena, Farrell, dan Amel sampai tidak mampu berkedip meliihat most wanted geng itu jalan mendekat.

Ini waktunya, Xena. Tunjukkan keberanianmu, batin Xena. Cewek itu menarik nafas, mengumpulkan keberanian..kemudian membuangnya. Perlahan ia melangkahkan kakinya ke arah Achilles. Matanya menatap lurus ke arah mereka yang sudah memasang raut wajah bingung melihat kehadiran Xena. Achilles menghentikan langkahnya, begitupula dengan Xena. Mereka saling berhadapan.

"Ada masalah apa?", tanya cowok yang ada di paling depan. Wajahnya yang seperti ada blasteran bule terlihat datar dan santai, meskipunagak terkesan sinis. Mata cewek itu kemudian beralih pada sepatu dengan motif loreng yang cowok itu kenakan. Iya, ini orang yang ia cari. Orang yang harus bertanggungjawab atas kejadian tadi.

Xena menunjukkan handphone rusaknya di depan Xavier. "Lo tahu ini apa?"

"Handphone." jawabnya singkat. Teman-teman di belakangny tertawa kecil mendengar pertanyaan aneh Xena.

"Lo tau apa yang terjadi sama hape ini?"

Xavier mengangkat bahunya acuh. "Kenapa gue harus tahu?"

"Tadi pagi, lo dan gerombolan fans cewe lo itu lewat. Salah satu dari mereka dorong gue dan hape gue jatuh. Lo dan temen-temen lo lewat, hape ini lo injek terus layarnya pecah." jelas Xena.

Sebelah alis Xavier terangkat. "Terus? Lo minta gua ganti hape lo gitu?"

"Menurut lo?" tanya Xena.

Xavier tersenyum remeh. "Buat apa gw ganti hape murahan lo itu? Mending beli lap buat bersihin sepatu gw setelah kena hape kotor lo itu."

Emosi Xena mulai naik. "Lo ngerendahin gue?" tanyanya emosi.

"Gak. Gue cuman ngomong fakta." jawab Xavier santai.

Xena berdecih. "Heh, bule brengsek. Gak usah sok jago. Ganti rugi hape gue! Seandainya lo gak injek hape gue, gak akan dipermasalahin sampai kayak gini. Lagian kan duit lo banyak. Beli satu hape bukan hal yang susah, kan? Gak usah sok jago. Lo malah bikin diri lo semakin rendah dimata orang tahu gak? Liat muka jelek lo aja udah bikin gue jijik." Anggota Achilles membulatkan matanya mendengar kalimat yang baru saja Xena lontarkan. Nih orang cari mati, batin mereka.

Emosi Xavier ikut naik. Cowok itu menarik tangan Xena kemudian menarik kerahnya. "Lo bilang apa barusan?"

Xena berdecih. "Muka. Tampang. Lo. Menjijikan. Gitu aja masa emosi?"

"Sinting!" Xavier menaikkan tangannya yang sudah terkepal hendak meninju Xena, namun salah satu dari temannya menahannya.

"Udah, Xav. Dia cewek." lerai Hiro.

Xavier melepas cengkeramannya dari kerah Xena. Rahang cowok itu mengeras. Ini pertama kalinya dalam sejarah Achilles ada seseorang..apalagi seorang perempuan, berani berbicara seperti itu pada Xavier. Kalau saja itu bukan perempuan dan Hiro tidak menahannya, detinasi berikutnya orang itu hanya dua..rumah sakit atau kuburan.

Xavier menatap Xena tajam. "Mau lo mohon mohon sampe nangis darah pun..gue gak akan ganti rugi hape lo. Inget itu!" ucapnya penuh penekanan. Ia kemudian berjalan..sengaja menabrak bahu Xena saking kesalnya. Xavier dan teman-teman segengnya kemudian masuk ke dalam markas mereka.

Xena menunduk. Tangannya mengepal keras. Wajahnya merah padam. Nafasnya memburu. Terlihat sekali cewek berambut sebahu itu marah besar. Ini baru pertama kali mereka bertemu dan berbicara bersama tapi jika Xena ditanya apakah ia ingin bertemu lagi dengan Xavier atau tidak, sama sekali tidak. Cewek itu akan menolak keras. Dia sudah terlanjur tidak menyukai Xavier Morgan. Angkuh, menyebalkan, merasa dirinya paling hebat. Kesan pertamanya pada cowok itu sudah sangat buruk.





XENAVIERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang