7: Open

296 52 9
                                    

"Kita selalu ingin membangun idealisme kita sendiri. Kita berusaha menjadi lebih baik tetapi selalu khawatir, takut apakah kita bisa jadi lebih baik atau tidak. Kepercayaan diri yang kita miliki juga sama, ketika tidak bisa mencapai tujuan, kita akan merasa minder" -ENFJ

Mark POV

Malam yang dingin. Aroma khas rumah sakit tercium seolah memaksa masuk kedalam hidungku. Suasana cukup riuh di lobby tunggu tempatku duduk sekarang karena pasien, dokter dan perawat banyak yang berlalu lalang melewatiku.

Pikiranku kacau. Aku takut ibu tidak selamat dan pergi menyusul Ayahku. Aku takut. Aku berusaha menjaga ibu tetapi aku gagal. Aku malu dengan diriku sendiri karena tidak bisa menjaga ibuku dengan baik.

"Calm down Mark. She'll be fine," sahut Ashley menenangkanku.

"I ... I can't ...." Jawabku sambil menahan rasa perih dan cemas.

Aku tertunduk dan menutup wajahku dengan kedua tanganku. Aku tak ingin Ashley melihat diriku yang tak bisa apa-apa ini.

"Mark, it ain't your fault, ok? Just calm down and keep praying she's gonna fine," lanjutnya lagi sambil mengelus punggungku pelan.

"Aku tak punya siapapun lagi di dunia ini kecuali ibuku. Aku takut. Aku memang pria payah yang tak bisa menjaga orang yang kusayang dengan baik," ucapku putus asa.

"Hey, Mark. Look at me."

Tiba-tiba Ashley menangkup pipiku dan mengarahkan wajahku ke wajahnya agar aku bisa melihatnya dengan baik.

"Kau tak seperti itu. Tolong jangan menyalahkan diri sendiri atas kejadian ibumu ini. Kumohon." Lanjut Ashley sembari menatapku intens dan lembut.

Tatapannya, suaranya, hangatnya telapak tangan Ashley cukup menenangkan diriku. Ya, mungkin aku harus tenang dan terus berdoa agar Tuhan menyelamatkan ibuku saat ini.

"Thanks Ash for being here with me. Aku tak tau apa yang akan terjadi jika kau dan ibumu tidak menolongku tadi," balasku sembari tersenyum ke arahnya.

Ashley membalas senyumku dan mengelus pundakku agar aku bisa tenang. Aku tak tau bahwa Ashley punya sisi keibuan seperti ini. Sikap penuh perhatian ini baru pertama kali aku lihat dari dirinya. Sikap dingin dan kakunya hilang tergantikan dengan hangatnya perhatian yang dia tunjukkan padaku.

Tak lama kemudian pintu IGD terbuka. Akupun refleks berdiri untuk melihat keadaan di dalam IGD tersebut. Kemudian ibunya Ashley dan seorang dokter keluar dari ruangan itu.  Mereka menghampiriku yang masih berada di ruang tunggu bersama Ashley yang masih setia menunggu bersamaku.

"Mark, ibumu sudah mulai sadar namun belum total. Dia masih perlu perawatan intensif di rumah sakit. Apakah ibumu sebelumnya memang punya penyakit jantung?" tanya dokter tersebut kepadaku.

"Ya, ibuku pengidap kelainan jantung bawaan Ventricular septal defect dok," jawabku.

Ibuku memiliki penyakit jantung Ventricular septal defect atau VSD dari lahir. Kata dokter yang pernah menangani ibuku sebelumnya, penyakit ini menyebabkankan jantung ibu muncul lubang abnormal di dinding yang memisahkan ventrikel kanan dan kiri.

"Ibu sudah pernah melakukan operasi penutupan lubang VSD saat ia masih bayi. Tapi entah kenapa setelah kepergian ayah, ibu jadi syok berat dan lubang VSD di jantungnya bocor kembali," lanjutku lagi.

"Wah, itu gawat. Apakah sebelumnya sudah pernah dibawa berobat?" lanjut dokter itu lagi.

"Sudah dok, tapi karena lubang yang bocor berukuran kecil jadi mereka hanya memberikan obat pada ibuku," jawabku.

MBTI Series : Mr. Sunshine (INFP girl & ENFJ boy) ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang