"Kita selalu yakin bahwa ada kebaikan di hati semua orang, tapi keyakinan ini membuat kita menjadi mudah dimanfaatkan oleh orang lain" -INFP
Ashley POV
"Jika X tambah Y sama dengan 100 dan x/y sama...," jelas bu Merry di depan kelas.
Aku tak memperhatikannya sama sekali. Aku lebih memilih untuk mendengarkan musik diam-diam menggunakan airpodku. Maaf, aku memang pendiam tapi aku bukan murid teladan.
Jika sudah menyangkut pelajaran matematika aku pasti tak pernah memperhatikan bu Merry yang sedang menjelaskan pelajaran karena aku memang tidak paham sama sekali dengan hitung-hitungan.
Alasan pertama karena membosankan bagiku. Alasan kedua karena aku tidak suka di sodorkan data dan logika seperti soal matematika yang selalu menjebak dan bercabang kemana-mana. Ketiga, aku sudah terlanjur sakit hati dengan matematika. Kau tau kenapa?
Pernah sekali aku memaksakan diri untuk belajar matematika. Aku sudah serius memperhatikan guru saat sedang belajar, bertanya dengan teman yang pintar matematika, dan melihat buku saku kumpulan rumus. Tapi saat aku yakin bisa menjawab soal ulangan matematika yang diberikan, ternyata 80% jawabanku salah semua. Semenjak itu aku sudah menyerah dalam pelajaran ini. Dan yeah, tentu saja ibuku banyak mengomeliku karna nilai matematikaku selalu rendah.
Saat ini aku lebih memilih untuk mendengarkan lagu yang ingin aku cover dalam waktu dekat. Lagu You belong with me yang dibawakan oleh Taylor Swift. Salah satu penyanyi kesukaanku yang lagunya selalu masuk dalam playlistku.
"She's cheer captain and i on the bleachers~"
Ah, lirik ini mengingatkanku pada Mark dan Elena. Aku jadi teringat kembali kejadian saat Mark dan Elena terjatuh bersama. Sejujurnya kuakui mereka berdua terlihat ... cocok?
Jantungku saat ini rasanya seperti berdetak kuat dan meninggalkan rasa nyeri. Apakah aku cemburu? Saat di gymnasium kemarin juga sangat jelas kalau aku cemburu. Memangnya aku punya hak untuk cemburu? Sampai saat ini status kami kan hanya "teman".
Sedekat apapun kami sekarang bukan berarti Mark sedang jatuh cinta padaku. Aku pernah terjebak hubungan seperti ini dulu saat SMP. Dekat seperti kekasih namun ternyata keesokan harinya dia pacaran dengan sahabatku. Menyedihkan. Dan saat aku menemukan orang yang suka padaku dan aku juga suka padanya, ibu ayahku malah mengacaukan semuanya.
Jika diingat-ingat, aku tak pernah sukses dalam masalah percintaan. Jadi lebih baik perasaanku pada Mark saat ini cukup untukku saja. Sakit memang. Tapi lebih sakit lagi jika aku terus berharap.
"Ms. Ashley? Ms. ASHLEY??? are you listen to me?" sahut bu Merry padaku.
"Ah, eum, ye-yes ma'am...," jawabku.
Cepat-cepat kusembunyikan airpod yang kupasang di telinga kiriku dengan hati hati agar tidak terlihat oleh bu Merry.
"Silahkan kedepan dan jawab pertanyaan yang ada di papan tulis." Lanjutnya lagi.
Shit.
Aku maju dengan kepala sedikit tertunduk. Sial, aku tak mendengarkan sama sekali. Yang kulakukan saat ini hanya menatap papan tulis didepanku ini dan memegang kapur tanpa menuliskan jawabannya sama sekali.
"Ms. Ashley, saya lihat kamu sering termenung di kelas saya. Apakah kamu memang tidak ada minat di pelajaran saya? Apakah kamu tidak ada niat untuk memperbaiki nilai matematikamu yang semakin memburuk?" tanya bu Merry dengan sedikit sarkas.
"Maaf, bu," jawabku lesu.
"Sekarang silahkan keluar ke depan kelas dan ambil posisi hukuman sampai pelajaran saya selesai. Saya harap kamu mau merenungkan kejadian hari ini dan tidak mengulanginya lagi," lanjut bu Merry padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MBTI Series : Mr. Sunshine (INFP girl & ENFJ boy) ✔
Novela JuvenilPernahkah kamu merasa di dunia ini tidak ada yang bisa mengerti kamu? bahkan kamu merasa orangtuamu pun tidak pernah mengerti kamu. Gelap, sunyi, itulah gambaran hatimu. Pernahkah? Ya seperti itulah diriku. Aku bahkan tak punya banyak teman karna k...