SEBELAS

11 1 0
                                    

Kak Tio mendekat ke arahku, dan ku lihat tatapan nya seperti seekor macan yang berburu mangsa incaran nya.

Sorot matanya juga tajam hingga aku tidak bisa berpaling. Lalu, Kertas info untuk Pia rusak karena genggamanku.

"Sini ! Biar aku aja yang kasih ke Zafia". Seru nya dengan nada tinggi setelah merampas kertas itu.

"Tunggu !!. Kenapa tiba-tiba kak Tio sikapnya berubah ?".

"Sudah aku peringatkan kemarin.. jangan dekati Delisa !. Kau tau kan kalau dia bermuka 2 dihadapanmu ?".

"Tap-tapi ! Kak Delisa baik. Sudah kasih tau aku semua hal tentang Zafia".

"Sehabis kamu tau lalu apa ?.. bisa aja kamu langsung tanyaiin Zafia daripada pakai perantara".

Kak Tio dan teman-teman nya pergi meninggalkan ku yang mematung sendiri di koridor kelas 3.

Entah apa maksudnya dia menyalahkan semua padaku. Aku bahkan tidak mengerti permasalahan mereka.

'Padahal yang kusuka 1 orang. Tapi kenapa malah melibatkan banyak orang'. Gerutuku dalam hati.

"Hei, kamu kenapa ?". Ucap seseorang yang begitu familiar di telingaku.

"Eh.. kak Delisa, mau pulang ?". Tanyaku balik.

"Iya nih. Aku harus sibuk sama ujian merepotkan seperti ini".

"Kak, aku mau nanya alamat rumahnya Zafia. Sebelumnya aku udah nanya dia di WA tapi gak dibalas".

"Eh ! Kusarankan jangan pergi kerumahnya Zafia.
Kamu tau gak Bapaknya tuh galak banget, terus Zafia juga gak dibolehin bawa temen cowok kerumahnya. Nanti, bisa-bisa setelah kamu pulang dari rumahnya. Zafia yang kena pukul". Ulasnya.

"Hah ?. Kok jahat banget sih Bapaknya kan itu anaknya".

"Entahlah aku juga gak tau. Tapi kalau masih status saudara dibolehin kok".

"Ooo begitu. Pantesan aja Zafia gak berani balas". Ocehku yang melihat hp genggamku.

"Oh iya.. kamu masih lanjut gak ?".

"Apanya ?".

"Belajar nembak Zafia".

"Oh iya. Dilanjut aja".

Aku pun melanjutkan kegiatanku yang terpotong karena teman kelas yang menelfonku tiba-tiba.

"Delisa !!". Ucap kak Tio dari jauh. Lalu menghampiri kami yang duduk berdua ditangga.

"Mck-, datang lagi bedebah satu". Sungutnya memasamkan muka.

"Ikut aku !". Kak Tio menyambar tangan kak Delisa dan diajak menjauh dariku.

"....". Aku yang tidak tau apa-apa hanya tetap diam ditempat.

Setelah beberapa lama, datanglah kak Tio sendirian tanpa bersama kak Delisa. Habis itu, kak Tio memaksaku untuk berpacaran dengan kak Delisa.

Aku tidak mau. Lalu aku tanya alasan nya. Sontak aku kaget dengan kiriman voice note dari Zafia di hp milik kak Tio yang katanya untuk diriku.

Langsung saja aku menempelkan telingaku dilayar tipis itu. Kak Tio sengaja mengecilkan volume suaranya supaya aku sendiri yang mendengarnya.

***

Dalam diam dan kudengar dengan jelas, suara Zafia seperti berada langsung disebelahku.

Aku ingin menangis tapi rasanya terlalu sakit dihati. Apa ini yang namanya patah hati padahal dia juga suka padaku.

Aku mengembalikan hp kak Tio. Mengucapkan terima kasih diikuti senyuman tipis lalu pergi tanpa tujuan dengan motorku.

Ku melaju dengan kecepatan motor seperti biasa tapi tanpa berniat mengerem. Rasanya jika aku mati pun tak apa. Karena aku sudah terlalu jatuh cinta sama Zafia.

Ku lafalkan syahadat. Entah itu akan diterima atau tidak nantinya. Aku serahkan saja semua pada Yang Kuasa.

Ternyata benar, semakin kau penasaran dengan nya. Semakin rumit akhirnya.

Dasar, alien yang sungguh aneh.

🍃
🍃

☆PIIIIPPPPP !!

Tabrakan tak terelakan dari arah kanan membuatku terlempar berlawanan.

"Ngingggg~g". Bunyi dengingan yang keras terdengar ditelingaku.

"Djrnfk ksngnrj kjdnxub !!".

Konyolnya aku, mencoba untuk mendengar orang-orang disekeliling yang menolong padahal sia-sia.

"Apa ini ? Darah ?". Kulihat tanganku berlumuran darah setelah mengusap bagian kepala.

"Dhd ksnbdifj ksbbg".

"....".

"Idjk jdbh knffhd". Salah satu tangan bapak itu menutup mataku.

Benar saja. Aku merasakan gelap kemerahan setelah menutup mata.
.
.
.
.
.
.














.

[Selesai]




Belum ! Masih ada lagi. Chapter selanjutnya ditunggu yaa.. 😢

👽YOU ARE MY ALIEN👽[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang