Sambil menatap langit cerah yang menyilaukan mata didekat jendela ku. Berharap apa yang diinginkan terkabul.
Dalam benak ku.. aku hanya ingin bersekolah di SMA Negeri tanpa harus membayar uang SPP seperti sekolah swasta.
Adek ku ada 2, semuanya perempuan. Aku anak sulung yang sebentar lagi akan masuk SMA. Tapi pengumuman belum keluar, alhasil aku diberi waktu untuk menunggu.
'Pengen makan diluar tapi malas jalan..'.
"Dek Zura !.. sini dek". Seruku sambil bermain hp.
"Apa kak ?". Sahutnya dengan memegang snack ringan.
"Warung pak Haji buka gak ?".
"Buka dong, tadi aku habis beli jajan juga".
"Tolong belikan mbak indomie goreng sama telur 1".
"Uang jalan nya ?". Tangan kecilnya meminta uang lebih.
"Iya.. itu uangnya kelebihan 2 ribu. Kamu ambil aja".
"Tunggu !".
Adek ku Azura, yang paling kecil berlari dengan cepatnya ke warung yang ku maksud. Berbanding terbalik dengan adek ku yang kedua, gak mau disuruh meskipun dikasih uang jalan.
"Hmm..". Aku pergi ke dapur memanaskan air untuk memasak.
"Kak ! Ini mie sama telurnya".
"Oh, makasih yaa".
Setelah masakanku jadi. Aku langsung melahapnya di depan tv sambil menonton tayangan kesukaanku.
☆Bipp
Notifikasi hp ku berbunyi di sebelah tempat duduk ku. Langsung saja aku memeriksanya.
[Hai beb.. kamu gak jadi daftar sekolah di SMK ? Biar sama aku lagi gitu belajarnya 😅😅]*masuk
Darma, teman baik ku waktu SMP mengirimkan pesan di WA. Dia selalu berharap kalau aku akan bersamanya lagi dijenjang selanjutnya.
[Maaf ya say.. aku milih daftar di SMA Negeri biar gak ngerepotin orang tua. Kamu tau kan, adek ku sekolahnya 2-2 nya pilih swasta. Masa aku harus egois]*kirim
[Yaudah deh kalau memang itu pilihanmu.. eh, tapi ingat ! Jangan lupaiin aku yaa. Awas aja 😤😤]*masuk
[Iya, insya Allah... 😘]*kirim
Sangking lengketnya pertemananku bersama Darma sewaktu SMP. Rasanya berat sekali berpisah karena berbeda pilihan sekolah.
"Dek Azura ?.. dek ?".
"Apa kak ?".
"Kamu mau kah ?". Menawarinya sambil menyodorkan piring yang masih banyak mie.
"Gak mau, pedessss".
"Eh nggak kok. Enggak pedes.. coba cicipin dulu".
Azura langsung mencubit kecil mie itu untuk dicicipi.
"Enggak pedes kan ?". Tanyaku setelah ia menelan sedikit mie tadi.
"Iya. Gak pedes kak.. terima kasih".
"Ya Allah.. gemesss, gemess bangettt". Pipi tembemnya ku tekan-tekan usil.
"Kak ! Jangan diganggu.. Azura lagi makan".
"Beruntungnya aku punya adek imut kayak kamu".
"Iya.. nanti kalau udah gede kayak kak Ayu. Gak dibilang imut lagi".
"Betol !". Kuacungkan jempol didepan wajahnya.
"Iss kakak jahat". Azura pergi menjauh tapi masih tetap di area depan tv.
"Itu nanti kalau selesai makan. Jangan lupa taruh di tempat cuci piring".
"Ho'oh".
Aku mencuci tanganku dan langsung kembali ke dalam kamar menunggu azan Dzuhur.
Sambil mendengarkan lagu dan menggambar karakter anime. Azan Dhuzur terdengar di telingaku.
Segera saja aku mengambil wudhu dan sholat lebih awal dikamar. Setelahnya aku kembali melakukan hobiku.
"Safia, nak ?". Seru Abi dari jauh.
"Ya Abi ?".
"Sini toh nak..".
".... Kenapa Bi ?". Tepat di sebelahnya aku berdiri menunggu Abi melanjutkan.
"Kamu mau pilih jurusan apa ?".
"Yaa.. sebenarnya jurusan apapun gak masalah. Tapi kemarin aku ambil sesuai urutan pilihan IPA, IPS, BAHASA. Kalau gak bisa masuk IPA.. aku ditaruh di IPS, dan seterusnya". Jawabku panjang lebar.
"Tapi Abi sama Umi lebih suka kamu masuk di jurusan IPA".
'Nah kan... malasnya aku tuh begini'. Batinku.
Ku pasang wajah datar seperti sebelumnya. Ku tahan rasa kesal yang hampir meluap.
"Iya.. lihat aja nanti". Ucapku sambil melangkah pergi kembali ke dalam kamar.
"Kenapa sih !!! Aku punya orang tua memaksa.. bukan aku yang punya takdir. Kalau takdir bisa dirubah ! Gak bakalan aku mau lahir didunia ini". Gumamku pelan.
Ya, selama ini.. Aku memalsukan sifatku yang sebenarnya didepan orang-orang. Layaknya putri yang dikekang oleh peraturan kerajaan.
Diharuskan bisa membuat diriku sempurna. Agar tetap membuat nama orang tua bagus. Maka yang jadi penentunya adalah anak.
"Astagfirullah 3x".
Ketika apa yang kamu inginkan tidak terkabul. Yang timbul hanya rasa sedih. Aku mau menjadi diriku sendiri tanpa harus menyandang gelar orang tuaku.
Karena pasti. Jika salah sikap, sudah di cap buruk sama para tetangga disini.
"Umi ?". Aku menghampiri Umi yang berada di dapur.
"Apa nak ?".
"Umi.. aku mau nanya, Umi suka aku masuk jurusan IPA ?".
"Yaa nggak juga sih.. itu terserah kamu. Tapi kalau bisa masuk jurusan IPA, Umi senang".
"Jadi kalau misalnya aku gak masuk jurusan IPA. Malah masuknya IPS, nggak apa-apa kan ?".
"Yaa gak apa-apa".
Bilangnya gak apa-apa tapi yang dipasang muka kecewa. Aku benci yang begini.
"Maaf kalau nanti aku dapatnya jurusan IPS atau gak BAHASA, yang penting aku tau itu hanya segitu kemampuanku".
"....".
Lanjut chapter Zafia | Kedua
KAMU SEDANG MEMBACA
👽YOU ARE MY ALIEN👽[Slow Update]
RomancePia seperti Alien yang meninggalkan banyak jejak untuk dicari atau diketahui. Aku baru menyadari dirinya saat kelas 2 SMA. Padahal sudah setahun yang lalu, mengenal namanya semenjak pertama kali duduk dikelas 1 SMA. Ketika itu, aku sengaja menyapa n...