✨5

2.6K 173 10
                                    

Kei hari ini datang lebih pagi dibandingkan biasanya. Ia sedang duduk di mejanya sambil membaca hasil rangkumannya semalam. Hari ini ada ulangan bahasa indonesia, Kei agak kesulitan dalam pelajaran ini. Ia selalu belajar ekstra untuk pelajaran bahasa kebangsaannya itu.

Ia malah lebih lancar berbahasa inggris dan hafal semua materinya dibandingkan berbahasa indonesia. Ia sendiri pun kebingungan mengapa bahasa asing lebih lekat dengan dirinya dibanding bahasa tanah airnya.

"Hai," sapa seseorang. Dia Ray.

Kei menoleh. "Mau ngapain, ya?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.

"Itu ... aku mau minta maaf," jawab Ray.

Kei menautkan alisnya.

"Minggu kemarin," ujar Ray mengingatkan Kei.

Kei langsung teringat. "Oh ... Itu bukan salah lo, kok," ucap Kei.

"Tapi aku tetep gak enak aja sama kamu," tegas Ray yang membuat Kei memutar bola matanya malas. Ia lalu melihat nametag Ray.

"Rayshiva ... Rayshiva Altharafisqi, bisa kah kamu pergi? Saya sedang sibuk. Masalah kemarin sudah saya maklumi, jadi mohon jangan mengganggu," ujar Kei menggunakan bahasa formal.

Ray mengerti, mungkin Kei sedang ingin menyendiri dan mempelajari deretan tulisan di buku yang sedang ia pegang.

"Yaudah aku pamit, ya. Semoga lain waktu bisa bertemu lagi. Semangat belajarnya, Kei!" pamit Ray sembari memberikannya support.

Ray berlalu, meninggalkan Kei yang tersenyum samar. Jujur, baru pertama kali ia didekati lelaki. Biasanya laki-laki lain enggan mengganggu Kei yang berwajah dingin.

Dan Ray tetap mendekatinya meskipun ia sudah mengetahui kekurangan terbesar Kei yaitu traumanya. Kei jadi tersenyum geli mengingatnya.

Ray adalah laki-laki biasa. Dia anggota OSIS dan tidak terlalu famous. Ray seorang kutu buku, ia juga penyandang gelar rangking 1 paralel di jurusan IPS. Sama seperti Kei yang menduduki gelar itu namun di jurusan IPA.

Wajah Ray terbilang tampan kecampur imut, bukan kecampur tai. Lekukan wajahnya mirip seperti salah satu anggota F4 yaitu Kuan Hung atau terkenalnya adalah Darren Chen. Ray adalah Chen versi kacamata.

Perawakan Ray tegap. Meskipun ia berkacamata, namun Ray rajin nge-gym seminggu sekali atau lebih. Ray juga rajin berolahraga seperti renang dan tenis meja.

Jujur saja, pikiran Kei saat ini malah pada Ray bukan buku. Ia malah memikirkan lelaki yang terus mendekatinya.

"Ishh kok gue malah mikirin dia, sih?" gerutu Kei pelan.

Namun, Kei tetap memikirkan Ray. Ia tersenyum sendiri seperti orang gila dibalik buku yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

Tak lama, Fira datang.

"Hello! Good morning, bitch!" sapa Fira pada Kei. Ia mencubit pipi Kei yang membuat sang empu menggeram.

"Lu kira gue jalang," protes Kei.

"Oh iya lupa! Lu kan lesbi," ralat Fira sambil nyengir.

"Gue gak lesbi!" bantah Kei sambil mencubit pinggang Fira.

"Aduh aduh! Sakit, goblok!" ringis Fira. Ia mengelus pinggangnya yang terhalang oleh kain tersebut.

"Mampus lagian suruh siapa ngatain gue lesbi!" ujar Kei.

Fira berdecak pelan. "Lagian gada bukti bahwa lu gak lesbi," jawabnya.

"Ada kok!" elak Kei dengan wajah yang menantang.

ALSAVA: friendship and relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang