✨24

1.5K 90 30
                                    


✨✨✨

Mencintai bukan sekedar ucapan tapi juga tindakan.

✨✨✨

Kei meniup permen karet yang sejak tadi ia kunyah.

Ia sedang berjalan menuju kelasnya. Jam pertama hari ini jatuh pada pelajaran olahraga. Jadi, saat ini Ia sedang memakai kaus olahraganya.

Sambil bersenandung kecil -karena sekolah masih sepi, Kei menatap deretan kelas yang berjejer rapi.

Jika genre saat ini adalah horror bukan fiksi remaja, pasti Kei akan melihat hal-hal yang janggal atau mendengar suatu bisikan yang aneh.

Sekolah elitenya pun memiliki cerita horror tersendiri. Yang jika diceritakan sekarang, mungkin akan menjadi sebuah novel.

Sebenarnya Kei pernah disapa oleh makhluk tak kasat mata. Waktu itu Kei pulang telat karena mengerjakan tugas sekolahnya dan berlatih untuk olimpiade Sains. Saat ia melewati perpustakaan, ia menatap ke dalam. Ada satu mahkluk dengan wajah hancur, mata tinggal sebelah lagi, yang satunya sudah hilang entah kemana. Hanya menyisakan darah yang mengucur.

Berhenti, aku tidak akan menceritakannya. Ini sangat menyeramkan. Wajahnya sudah tidak bisa dideskripsikan lagi.

Lebih baik sekarang beralih pada Kei yang sedang menatap lapangan sekolahnya dari lantai 3. Ia sudah sampai di depan kelasnya tapi ia menginginkan untuk menghirup udara segar terlebih dahulu.

Ada beberapa anak OSIS yang sedang berkumpul lengkap dengan jasnya. Pasti hari ini ada razia barang yang tak diperbolehkan dibawa ke sekolah seperti make up, rokok, minuman keras, obat-obatan terlarang dan benda lainnya yang sudah masuk list haram dibawa ke sekolah.

Kei tetap santai. Ia hanya membawa ponsel, buku, alat tulis dan parfum karena ada pelajaran olahraga.

"Pasti si Fira bakalan kayak orang struk kalo tahu sekarang ada razia," pikir Kei.

Ia lalu masuk ke kelasnya dan duduk.

11-IPA-1. Kei menyukai kelas ini. Meskipun kadang Anggita menatapnya tak suka.

Kebobrokan kelas ini tidak akan bisa terlupakan.

Kei lalu membuka ponselnya dan melihat last seen sahabat-sahabatnya di WhatsApp.

Tumben, Alesyan terlihat dilihatnya kemarin. Biasanya ia pagi-pagi sudah menyapa Farel di WhatsApp meskipun kadang diabaikan.

Siklus perjuangan mereka seperti ini, saat Alesyan memperjuangkan Farel, maka si cowok tolol itu akan menolaknya mentah-mentah.

Saat Alesyan sudah menyerah untuk mengejar Farel, gadis dongo itu dikejar oleh Farel.

Saat Farel sudah mendapati Alesyan, maka mereka akan saling menjauh.

Padahal mereka berusaha saling berdekatan.

Heran.

Waktu lalu maju. Namun tak ada seorang pun yang masuk ke kelas. Apa Kei terlalu pagi?

Padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.30.

Kei lalu menelpon Fira, namun tak ada jawaban.

"Si Fira kemana, sih?" tanyanya pada dirinya sendiri dengan gusar.

Ia mencoba menelpon Fira lagi tapi kembali tak ada jawaban.

Ia gusar. Mengapa orang-orang belum datang? Apa ia ketinggalan info?

Tapi perasaannya ia tidak salah apa pun.

ALSAVA: friendship and relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang