✨13

1.7K 104 7
                                    


✨✨✨

Hatiku juga bisa rapuh.
Bisa mati.
Seperti sekarang.

✨✨✨

"Saya bawa Kei ke rumah sakit saja."

Alex memangku tubuh lemah Kei. Ken masih berada di area UKS dan menatap apa yang ayahnya lakukan pada adiknya.

"Pa, Ken ikut!" ujar Kennan tiba-tiba.

"Ini orang kesurupan atau gengsi buat bilang tobat, sih?" batin Fira kesal.

Alex menggeleng. "Kamu belajar yang bener. Biar nanti bola basket kamu gak kena kepala Kei lagi!" ujar Alex pada Kennan dengan sedikit menyindir.

"Pokoknya Ken ikut!" tegas Ken.

Alex menghela nafasnya. "Yasudah, kamu ini emang kepala batu, ya!"

Alex lalu membawa tubuh Kei ke mobil.

"Ken, tolong kamu duduk di kursi belakang dan jagain tubuh Kei, ya!" titah Alex.

Ken bergidik. "Ogah, Pa!"

"Ken, kamu ini katanya maksa ikut, gimana, sih? Kei harus buru-buru diperiksa! Cepetan!"

Ken akhirnya menurut, ia duduk di jok belakang dan Alex merebahkan tubuh Kei dengan kepalanya yang berada di atas paha Ken.

"Pa!! Biarin dia duduk, kek. Kenapa harus di paha, Ken, sih?" protes Kennan pada Alex namun tak digubris.

Alex melajukan mobilnya cepat.

Ken tak melihat ke bawahnya. Ia merasa aneh dan mungkin canggung?

"Ken, pegangin dong! Badan Kei tadi mau jatuh!" suruh Alex.

Kennan berdecak pelan. Menyesal dia ikut.

"Denger gak Papa ngomong?" tanya Alex kesal.

"Papa bawel!" ujar Ken lalu membenarkan posisi tubuh Kei. Ia mengambil lengan Kei yang menggantung dan sempat menggenggamnya beberapa detik.

Alex tersenyum, setidaknya itu adalah awal yang baik untuk hubungan mereka.

Ken melihat ke arah luar mobil sambil berpikir, kenapa dia mau ikut? Padahal Kei adalah hal yang paling Ken benci.

Ia sempat berpikiran untuk menatap wajah Kei sekali saja, tapi ia urungkan. Gak guna, batinnya.

Namun semakin lama, hatinya malah menyuruhnya menatap adik kembarnya itu. Berbeda dengan otaknya yang menyuruh Ken diam saja.

Ken lalu menuruti kata hatinya karena ia merasa gelisah jika tak mengabulkan apa yang hatinya minta. Ia menatap sekejap wajah Kei.

Kulit pucat dengan bekas darah di atas bibir. Bibirnya yang ranum itu harusnya berwarna merah campur pink, namun kini ikut pucat.

Entah dorongan dari mana, Ken menyentuh wajah Kei tepat di bagian pipi dengan jempolnya dan mengusapnya pelan.

Lalu seketika ia kembali menjadi Ken yang ganas. Ia memalingkan wajahnya ke luar lagi. Ia tiba-tiba berpikir bahwa apa yang dia lakukan itu sangatlah bukan Ken yang sebenarnya.

"Ken, gendong dia! Papa harus ngurusin administrasi dulu," titah Alex saat mereka sampai di rumah sakit.

Ken spontan menggeleng. "Mending Ken aja yang ngurus administrasi," tawarnya.

Alex ikutan menggeleng.

"Pa! Aku ikut ke sini bukan buat jadi kang gotong!" Ken menolak permintaan ayahnya itu.

ALSAVA: friendship and relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang