"Gue mau ngajarin kalian, tapi ada syaratnya!" ujar Kei sambil menatap mereka satu persatu.
Alesyan, Fira dan Lea langsung menatapnya.
"Apaan?" tanya mereka serempak.
Kei menatap mereka dengan senyum smirknya.
- - -
"Kalian harus berhenti ngomong kasar," jawab Kei dengan santai.
"What the fuck, bitch? Are you kidding me?!" seru mereka bersamaan.
"Bangsat baru aja gue suruh berhenti toxic udah ngatain gue bitch aja!" ujar Kei kesal.
"Are you forget, babe? Ciri khas kita itu toxic, you know!" tolak Lea.
"And our breakfast, lunch and dinner is toxic, babe! I can't, really!" pekik Fira dengan gaya yang alay.
"Gue? Berhenti toxic? Lu canda ye, ibab," ucap Alesyan sambil melemparkan potongan penghapus hitam ke arah Kei.
"Diem lu, Ales! Berasa lagi umroh ngelemparin beginian," ujar Kei sambil membuang sisa penghapus di tangan Alesyan ke lantai.
"Gue yang ngelempar jumroh, lu setannya," canda Alesyan.
"Bangsat, lu," umpat Kei.
"Jadi gimana syaratnya, woe?" tanya Fira.
"Jadi gue ubah aja," jawab Kei.
"Terus diganti jadi apa?" tanya Lea.
Kei berpikir sejenak.
"Gimana kalo ...?" gumam Kei menggantung.
Mereka memperhatikan Kei dan ucapannya dengan seksama.
"Kalian beliin Pulau Dewata buat gue!" putus Kei sambil nyengir polos.
Alesyan langsung mengepalkan tangannya lalu meniupnya.
Fira langsung tersenyum lebar, sangat lebar.
"Gurls, dia minta dibunuh," ujar Lea.
Kei yang merasa situasi sedang tidak aman bersiap untuk kabur.
"Mau kita gimanain, nih?" tanya Fira sambil menggosokkan kedua telapak tangannya.
Kei langsung berlari terbirit-birit, menghindari ketiga sahabatnya itu yang sudah siap menyerangnya.
"Seranggg!!!" seru Fira.
Mereka bertiga langsung mengejar Kei yang sudah agak menjauh. Kelas mereka yang berada di ujung dan jauh dari gerbang membuat Kei dan yang lainnya harus berlari ekstra.
Sayangnya, koridor sedang penuh membuat Kei harus berdesakkan dan menabrak beberapa orang.
"Minggir, minggir!" ujar Kei.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSAVA: friendship and relationship
Fiksi Remaja[BELUM REVISI] Follow dulu sebelum baca, yuk. 'Sejak dulu kamu hanya mengetahui namaku. Kita sedarah tapi tak searah.' -Keiyona Alsava Putri 'Bukannya kamu yang memutus? Lantas mengapa kamu juga yang merundung? Dunia ini bukan sekedar candaan, saya...
