Yoona sangat bosan malam ini, seperti biasnya, Yoona selalu insomnia. Dia hanya menyetel film untuk menemani rasa sepi nya, tanpa menontonnya. ia fokus pada ponselnya bermain permainan ular. Karena sudah bosan bermain, Yoona mencoba menelpon Namjoon untuk menemani rasa sepi nya, tapi Namjoon tidak mengangkat telponya. Mungkin sudah tidur. Ini sudah Jam 10 malam. Biasanya sih, Namjoon akan terjaga kalau ia tidak sedang lelah. Perasaan Yoona sungguh tidak enak entah kenapa. Bingung lagi harus menghilangkan rasa gelisah nya dengan cara apa. Akhirnya dia beralih pada laptopnya melanjutkan cerita yang sedang ia tulis baru-baru ini."Kim yoona"
Bisik sosok yang memanggil nama nya membuat ia seketika merinding. Pelan sekali suara nya, samar tapi masih bisa didengar di telinga Yoona. Yoona mengabaikannya dan terus fokus menulis di laptopnya— di pojok meja dekat jendela. Tiba-tiba saja TV nya tidak bersuara lagi. Lantas Yoona menoleh untuk mengecek TV nya apakah baik-baik saja. Ternyata benar, TV nya mati. Hari semakin larut, sudah hampir jam 12 tengah malam, Yoona semakin merinding. Entah apa yang ada di dalam bayangannya saat ini.
Angin yang bertiup kencang diluar jendela membuat Yoona semakin takut. Sebenarnya Yoona bukan penakut, tapi wajar kan jika sesekali si pemberani juga merasa takut. Yoona segera bangun untuk menutup gordennya dan berniat segera lari ke kamar ibunya. Saat Yoona hendak membalikan badan menuju pintu, tiba-tiba pintu nya tertutup dengan sendirinya. Jantung Yoona semakin berdebar, tapi Yoona tetap memutuskan untuk keluar dari kamarnya.
Saat ia membuka pintu nya...
"cha! Kim yoona!"
Sosok Seokjin yang tengah berdiri tepat di depan pintu kamarnya, sengaja menganggetkannya."ibuuu!" Yoona berteriak dan menutup mata nya dengan spontan.
"Yoona-ya, kenapa?" Tanya oppa nya tanpa rasa bersalah.
Setelah sadar kalau suara yang ia dengar suara oppa nya, dia segera membuka mata nya perlahan."Gila! Menyebalkan! Dasar oppa gila!" Teriaknya sambil memukuli Seokjin dengan buku yang ada di tangannya.
"Aw! hentikan y
yoona! Kau kenapa?""Kau menakutiku! Itu tidak lucu sama sekali oppa!" Yoona menatap oppa nya tajam.
"ahaha iya maaf, masa begitu saja takut. Kata nya Yoona pemberani." ledeknya.
"Menyebalkan!!" Ucapnya kesal sambil menitihkan airmata.
"Eh, kok nangis? Memang oppa keterlaluan ya? Maaf Yoona, oppa tidak bermaksud buat Yoona menangis. Maaf ya." Seokjin hendak memeluk adiknya yang menangis tapi Yoona langsung mendorong tubuhnya.
"Ada apa Yoona?" Ucap ibunya yang keluar dari pintu kamarnya.
"Kenapa menangis malam-malam begini?"Yoona hanya terus menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ah ini bu, Yoona takut katanya. Mungkin karena terlalu sering nonton film horror, dia jadi parno begini."
"Benarkah? Yoona jarang takut sampai menangis begitu." Ucap ibunya sambil menghampirinya. "Yakin Yoona baik-baik saja? Ada hal lain yang buat Yoona menangis?" Tanya ibunya pelan. "Tadi sebelum seokjin datang, Yoona anteng di kamarnya."
"Mungkin Yoona merindukan oppa nya bu. Mungkin dia menangis karena tidak mau oppa nya pergi besok." Ucapnya kikuk. Merasa tidak enak membuat Yoona menangis Seokjin tidak berani bilang habis menjaili adiknya.
"Yasudah kalau begitu aku pulang lagi bu, tadi hanya ingin mengecek Yoona saja."
Ibunya hanya menatap Seokjin heran, sedangkan Yoona masih menangis menutupi wajahnya.
"Yasudah, Seokjin menginap disini saja, temani adikmu." Ucap ibunya. " Kasihan Yoona takut begitu. Takut kehilangan oppa nya mungkin" Ledek ibunya. Ibunya pasti tahu kalau ini ulah oppa nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Oppa Since 1997
FanfictionMeskipun tidak sedarah, mereka benar-benar memiliki hubungan yang erat. Hubungan seperti kakak-adik kandung pada umumnya. Kim Seokjin sudah merawat Kim Yoona yang bukan adik kandungnya itu sejak bayi. Dimanja dan disayang, hubungan itu tetap hanya s...