***
“kutanya sekali lagi, apa kau mencari jaemin?”
Haechan tak habis pikir dengan sosok dihadapannya ini, bagaimana bisa ia tau mengenai jaemin. siapa sebenarnya dia? Dan juga kenapa ia harus menunjukkan rupa aslinya hanya dengan bertanya mengenai jaemin.
“siapa kau? Bagaimana bisa kau tau, atau jangan-jangan kau yang..”
“sudah kuduga kau mencari bocah itu, apa kau temannya?” ucap sosok itu memotong perkataan haechan.
Haechan menggeram “aku bertanya siapa kau? Bagaimana bisa kau tau jika aku sedang mencari jaemin, apa kau vampire yang sering membuat onar diwilayah jaemin selama ini? jika iya, maka aku harus membunuhmu sekarang juga”
Sosok vampire itu menggeleng tak percaya, bagaimana bisa bocah itu mempunyai teman yang sama-sama temperamental seperti dirinya. Tapi melihat bagaimana respon pemuda dihadapannya saat ini, ia yakin dapat mempercayainya nantinya. Dan sekarang ia harus bisa meyakinkan pemuda itu tentang apa yang terjadi, bagaimanapun caranya.
“hei tenanglah.. aku bertanya baik-baik padamu tuan pemburu” ucapnya lembut. vampire itu merubah kembali sosoknya seperti semula. Yang mana perubahan secara tiba-tiba itu malah membuat pemuda dihadapannya semakin bingung. “jika benar kau teman bocah itu, maka aku harus memberitahumu sesuatu. Dan aku harap kau mau percaya dengan apa yang aku katakan nantinya”
Haechan berdecak tidak suka “apa kau mau mempengaruhiku? maaf saja tuan vampire.. aku tidak akan terpengaruh sama sekali” haechan bersendekap dada seolah menantang
“aku akan pergi sekarang” ucap haechan mulai melangkahkan kakinya menjauh.
“Mark!” teriak sosok vampire itu kepada haechan. Haechan yang mendengar itu berhenti dan menoleh kepada sosok itu seolah bertanya-tanya. “Mark, itu nama ku jika kau ingin tau” lanjut sosok itu sambil tersenyum manis. Haechan berdecak pinggang, ia hendak kembali berjalan, namun ia tiba-tiba teringat akan sesuatu
‘Tunggu.. Mark? Bukankah nama itu yang disebut jaemin saat di kota tadi’ haechan berbalik dan berjalan mendekat ke arah vampire bernama mark itu.
“tunggu, kau bilang tadi namamu mark?” tanya haechan mengintrupsi
“Seperti yang kau dengar tadi, namaku Mark. dan aku mengenal jaemin, temanmu yang manis itu” ucap mark dengar cengirannya
Haechan semakin dibuat bingung dengan apa yang terjadi, ia bertanya-tanya apa hubungan jaemin dengan sosok vampire dihadapannya ini. Jika mengingat kembali raut kesal bocah itu saat mengucap nama vampire itu, maka itu pertanda bahwa hubungan jaemin dengan vampire dihadapannya ini dari awal memang tidak baik. Tapi kenapa sosok didepannya ini seolah mengenal baik jaemin.
“Apa kau..”
‘KAU!!’
Sebelum sempat melontarkan kalimatnya, haechan dibuat kaget dengan sebuah suara teriakan yang tidak asing baginya. Ia lantas menoleh ke sumber suara, yang mana suara itu berasal dari lantai atas mansion tua itu.
“jaemin..” lirih haechan. Ia hendak pergi ke asal sumber suara, namun ketika akan pergi. Sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya.
Mark yang juga mendengar teriakan lantang itu terkesiap, dapat ia lihat bahwa pemuda dihadapannya ini akan pergi ke sumber suara berasal. Ia mencekal tangan pemburu itu untuk mencegahnya naik ke lantai atas. Bagaimanapun cara nya ia harus mengulur waktu agar jaemin bertemu dengan ‘sosoknya yang nyata’.
“kau tidak boleh pergi ke atas tuan pemburu” ucap mark tegas
Haechan yang mendengar itu menggeram marah, ia yakin ada suatu hal yang memang sudah direncanakan sejak awal. Ia melihat pergelangan tangannya yang mulai memerah akibat cekalan sosok vampire itu. ia mencoba lepas, namun usahanya sia-sia.
“Lepas sialan, atau aku akan benar-benar membunuhmu.” Desis haechan
Mark tidak punya pilihan, ia benar-benar harus mencegah pemuda dihadapannya jika ingin rencana nya berjalan dengan lancar “tidak akan kulepas, kau harus ada disini sampai semuanya selesai.”
“apa maksudmu hah?! Lepas sialan..!!” berontak haechan mencoba melepaskan cekalan vampire itu.
“hei tenanglah tuan pemburu. Percayalah, bocah itu akan baik-baik saja. Kau hanya perlu berada disini bersamaku. Aku akan menceritakan hal penting padamu. Bisakah kau tenang?” mark menatap haechan dengan raut memohon
Haechan memang tidak mengerti dengan apa yang terjadi, namun entah kenapa ia merasa seakan dirinya memang harus percaya dengan sosok vampire yang baru ditemuinya hari ini. Ia menatap lekat iris emasnya seolah mencari kebohongan yang tersembunyi dibaliknya. Namun yang ia lihat hanya seperti tatapan teduh. ‘Aneh’
Haechan menghela nafas pasrah, tak ada gunanya juga ia memberontak. Ia berharap hal penting yang akan dibicarakan vampire itu akan membawa titik jelas baginya. Karena jika tidak, maka ia benar-benar membuang waktu.
“baiklah, aku akan mendengarkanmu. Bisa kau lepas, ini sakit jika kau ingin tau” ucap haechan meringis melihat pergelangan tangannya yang memar hanya karena sebuah cekalan.
Mark yang mendengar itu langsung melepas cekalan tangannya. Ia tersenyum kikuk “maaf untuk tanganmu, aku tidak tau jika aku mencekalmu sekuat itu” mark menggaruk tengkuknya yang tak gatal
Haechan tak terlalu menghiraukan, ia sibuk mengusap pergelangan tangannya. “uhm, apa yang ingin kau katakan. Aku harap itu penting, karena jika tidak.. maka kau akan tau akibatnya” haechan menatap serius mark. Yang ditatap hanya tersenyum kemudian mulai berbicara.
“uhm sebenarnya..”
***
“S-siapa kau?”
Sosok itu tersenyum mendengar pertanyaan yang dilontarkan pemuda yang jauh berada di hadapannya. Ia tak memperdulikan bibirnya yang masih terdapat sisa sisa darah. Sekarang ia hanya akan fokus pada pemuda manis itu. Lihatlah tatapan terkejutnya. ‘sangat manis’
Sosok itu menyeringai ketika melihat pemuda dihadapannya masih tidak bergeming.
“Senang dengan apa yang kau lihat”
“brengsek, aku akan membunuhmu”
jaemin yang melihat seringaian itu semakin marah. Ia berjalan cepat mendekati sosok itu, ia tak menghiraukan dadanya yang masih sakit. ia sudah tak peduli dengan keadaannya nanti. Yang terbesit di otaknya sekarang adalah membunuh sosok pure vampire di depannya. Ia akan melayangkan sebuah tinju kepada sosok itu, namun sebelum mengenainya, sosok itu melesat untuk menghindarinya. Salahkan jaemin yang tidak membawa senjatanya. Tentu akan jauh lebih mudah jika menggunakan senjata.
Sosok itu tersenyum tipis akan serangan yang akan dilayangkan pemuda manisnya itu, ia merasa jika kali ini akan sedikit menguras tenaga. Ia berharap tidak akan hilang kendali lagi akan dirinya. Jika sampai itu terjadi, maka pemuda dihadapannya itu akan dalam bahaya.
“Kau bisa tenang? Aku bertemu denganmu tidak untuk ini. Kemari dan mari kita bicarakan dengan baik. jaemin”
Tbc
***
Double up sudah terpenuhi.. ಥ◡ಥ
Makasih yang sudah setia untuk menunggu up nya cerita ini, walau cerita terkesan tidak jelas, absurd atau apalah itu. intinya makasih banget buat kalian yang udah mau luangin waktu untuk baca, komen terus vote cerita ini.
#stayhealthy
#staySafe
#stayAtHomeEveryoneSemoga pandemi Covid-19 di indonesia ataupun didunia segera berakhir ya.. Dan buat yang lagi menjalankan ibadah puasa semangat juga. Hehe.. 😄
Semoga makin suka ya sama ceritanya..
See u 😚
***
02 Mei 2020
- MozaChim -
KAMU SEDANG MEMBACA
VAMPIRE HUNTER
Vampire"The taste of your blood is like opium to me, Na Jaemin" - Lee Jeno "We are destined to kill each other" - Na jaemin ⚠️WARNING!!⚠️ BOYS LOVE STORY RATE - M DON'T LIKE IT, DON'T READ IT