Sepasang mata berwarna merah darah menyala begitu terangnya ditengah kegelapan. Sosok itu berdiri dibalik pohon besar dekat sebuah mansion. Iris merahnya memindai seluruh mansion mencoba untuk mencari sesuatu yang sejak awal ia inginkan saat kedatangannya. Sosok itu meremat kuat batang pohon disampingnya ketika merasakan aura seseorang yang tengah di inginkannya tiba-tiba menguar begitu kuat. Dan Keinginannya untuk mendekati mansion itu semakin menguat ketika seseorang yang tengah ia cari terlihat berjalan keluar dari mansionnya. seorang pemuda cantik pemilik aura yang sangat ia sukai.
Manik merah itu menatap pemuda yang mulai berjalan menjauh dari mansionnya. Ia hendak keluar dari tempat persembunyiannya dan akan menghampiri pemuda cantik itu jika saja tidak ada sosok lain yang tiba-tiba datang dan langsung berjalan di samping pemuda cantik itu. sosok pemuda lain yang sangat ia kenal, entah harus ia benci atau malah sebaliknya. Melihat bagaimana begitu dekatnya mereka berdua membuat amarahnya kembali bergejolak.
‘Sialan kau, Mark’
Sosok itu memukul keras batang pohon di sampingnya yang mana pukulan itu membuat suara dentuman yang lumayan keras. Dan benar saja kedua atensi kedua pemuda yang ia amati tiba-tiba langsung teralih ke sumber suara yang ia buat. sosok ber-iris merah itu sedikit terkejut dan tiba-tiba tersadar akan perbuatannya, dan dengan cepat ia langsung melesat pergi menjauh.
Kedua pemuda yang berdiri lumayan jauh dari tempat dentuman itu seolah mengerti, dan tak bermaksud untuk mendekat sama sekali. Walau tak sempat melihat sosok yang membuat dentuman itu, tentu saja mereka berdua dapat merasakan aura yang dimiliki sosok itu. dan mereka berdua mengenalnya dengan baik.
“Dia selalu marah ketika aku bersamamu” ucap sosok pemuda ber-iris emas kepada sosok pemuda cantik dihadapannya.
“Aku lega karena kau datang hyung, setidaknya untuk saat ini aku tidak bertemu dengannya.” ucap pemuda cantik itu dengan senyuman tipisnya.
“Maaf, seharusnya aku lebih bisa menjagamu. Kalau saja saat itu jeno tidak-” sosok beriris emas itu tidak melanjutkan kalimatnya, atensi nya menatap ke arah pemuda di hadapannya. Lantas ia langsung tersenyum dan mencoba mengganti topik untuk meringankan suasana. “Eoh, bukankah kau akan pergi sekarang. Ayo akan kuantar” sosok ber-iris emas itu langsung meraih pergelangan tangannya, dan langsung mengajaknya untuk berjalan. Pemuda cantik yang sedari tadi terdiam itu lantas tersenyum manis kepada sosok yang menggenggam tangannya saat ini.
“Terima kasih, Mark hyung.”
***
Sudah hampir tiga hari berlalu, namun pemuda ber-iris biru itu masih setia menutup matanya. Dan sudah selama itu pula Haechan hanya bisa berjalan mondar-mandir di samping ranjang jaemin. semua hari-harinya ia lalui hanya untuk tetap berada disamping pemuda itu, ia terus melihat wajah sahabatnya yang semakin hari terlihat semakin pucat. Serta luka-luka di tubuhnya yang anehnya kenapa tidak kunjung mengering walau sudah sering kali diobati. Entah apa yang sudah pure vampire itu lakukan hingga jaemin nya menjadi seperti ini.
Setelah kedatangan paman yuta untuk melihat keadaan jaemin dan mengusulkan untuk memanggil pemuda bernama huang renjun untuk datang ke mansionnya beberapa hari yang lalu, entah mengapa sampai sekarang masih belum ada kabar sama sekali dari paman yuta maupun pemuda itu. Ia terus teringat pesan mark kepadanya untuk menanyakan semuanya pada pemuda itu jika ia memang masih belum mengerti. ia bingung, apa hubungan mark dengan pemuda bernama Huang Renjun itu? apa pemuda itu juga sama-sama vampire seperti mark? Tentu saja tidak mungkin, jika pemuda itu vampire bagaimana bisa paman yuta mengenalnya dan mengusulkan untuk membawanya kemari. Haechan mengacak rambutnya kasar. ‘ahhh, sebenarnya apa yang terjadi disini’
KAMU SEDANG MEMBACA
VAMPIRE HUNTER
Vampire"The taste of your blood is like opium to me, Na Jaemin" - Lee Jeno "We are destined to kill each other" - Na jaemin ⚠️WARNING!!⚠️ BOYS LOVE STORY RATE - M DON'T LIKE IT, DON'T READ IT