"Tidak lengkap warna yang ku tangkap saat melihat dunia, dan itu karena tidak adanya dirimu."
Hemera Alena Theia🦋🦋🦋
Genap sudah dua bulan yang lalu adalah pertemuan terakhir Ale dengan Mr.Capella lebih tepatnya saat ia menjalani operasi. Tidak terasa oleh Ale keberadaan Mr.Capella didekatnya. Seolah ada yang hilang dan rindu yang senantiasa menyesakan dada.
Di satu sisi Ale sangat bahagia bisa mendapatkan penglihatannya kembali setelah sekian lamanya ia akhirnya bisa melihat wajah sang Ibu, cerahnya langit di siang hari dan indahnya langit di malam hari.
Tapi disisi lain Ale merasakan kehampaan karena hilangnya Mr.Capella. Tidak lengkap, cukup mendeskripsikan keadaannya.
Ale menatap dirinya di pantulan cermin. Rambut yang terurai dengan seragam putih abu yang pas di tubuhnya, tidak kebesaran dan tidak kekecilan. Tak lupa Ale menyampirkan tas berwarna baby blue di pundaknya.
Ini akan menjadi hari pertama bagi Ale untuk menginjakan kaki di SMA sebagi kelas XI. Karena kondisi Ale sebelumnya tidak memungkinkan Ale untuk bersekolah umum maka Ale memutuskan belajar sendiri dan tentunya dengan bantuan sang Ibu. Karena Ale memiliki otak yang cerdas maka tak sulit baginya untuk mempelajari materi SMA. Bagi Ale dalam keadaan apapun tidak alasan untuk berhenti menuntut ilmu.
Ale meminta kepada mamahnya untuk bersekolah di SMA Galaksi yang sangat populer di kota itu. Bukan karena kepopulerannya Ale ingin bersekolah disitu, tetapi Ale akan mencari Mr.Capella. Ale tahu bahwa Mr.Capella bersekolah di sana sebab Mr.Capella pernah mengatakannya pada Ale.
Ale segera turun kebawah setelah memakai gelang di tangannya.
"Good morning, honey," sapa Sheren—Mamah Ale.
"Too, mom," Ale menghampiri Mamahnya yang sudah rapi dengan pakaian kantornya. Ya, Sheren bekerja di perusahaan Atmaja milik almarhum suaminya. Mau bagaimana lagi karena itu peninggalan sang suami dan satu-satunya penghasilan untuk Sheren dan Ale.
Atmaja bukan sembarang perusahaan. Itu adalah perusahaan emas terbesar di Indonesia, maka hebat adalah julukan yang pantas diberikan kepada Sheren sebagai pemimpin wanita di perusahaan Atmaja ini.
Dari kecil Ale tidak pernah kekurangan dalam segi finansial. Harta yang berlimpah, rumah yang sangat mewah, dan fasilitas sangat lengkap, itu semua tidak membuat Ale lupa akan bersyukur. Ale lebih menikmati kesederhanaan dalam hidupnya. Percuma saja jika ia memiliki banyak harta tapi tidak seorang ayah. Ah, ini membuat Ale merasakan perih akan luka yang berusaha ia kubur.
"Sarapan dulu nih," Sheren menyodorkan sandwich isi keju pada putrinya itu.
"Kalo ada yang gangguin kamu di sekolah bilang sama mamah ya," ucap Sheren.
"Iya, Mah. Tenang aja, Ale bisa jaga diri." Ale memakan sarapannya dengan lahap.
"Kalo kamu gak nyaman sekolah disana bilang sama mamah. Biar mamah tuntut sekolahnya," ujar Sheren lagi.
"Iya iya, Mah. Lagian berlebihan banget deh."
"Bukannya berlebihan honey, Mamah gak mau kamu merasa gak nyaman. Apa lagi kalo ada yang ganggu kamu, mamah bakal langsung jeblosin ke penjara." Begitulah Sheren. Sangat overprotektif kepada Ale, awal mulanya setelah kejadian dimana Ale akan melakukan bunuh diri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous
Teen Fiction(FOLLOW AKUN PENULIS TERLEBIH DAHULU) Saat segalanya dapat ditangkap oleh mata Ale, sosok itu hilang bagaikan di telan bumi. Tanpa sepatah katapun sosok itu pergi. Hingga tiba saat dimana Ale disekolahkan di SMAGAL disitulah kisah yang sebenarnya di...