Bab 4

288 41 0
                                    


__Assalaamu'alaikum__
HABIBATI
.
.

Sebelumnya....

"Ma... Aku pengen pindah sekolah." Perkataan Danu sontak membuat wanita itu terkejut bukan main, bahkan Ia menjatuhkan suapannya pada piring.

"Yang bener kamu, San? Semester kamu loh tinggal satu lagi, sebelum naik kelas XII." Ujar Santika tak percaya.

Danu mengangguk iya sebagai jawaban.

"Yasudah, nanti Mama obrolin sama Papa kamu ya?"

"Gak usah juga gak papa, Ma. Kan Papa sibuk terus sama kerjaan kantornya."

[[[[☆]]]]

"Ada apa, Ma? Mama koq kayak lagi mikir sesuatu sih?? Sampe gak jawab salam Papa.." Tegur Ichwan yang baru kembali dari kantor, saat mendapati istrinya duduk disofa ruang tamu.

Santika yang baru menyadari kepulangan suaminya lantas beranjak dan mencium lembut punggung tangan Ichwan. Setelahnya, Ia juga mengambil alih tas kerja yang Ichwan bawa sebelum akhirnya mereka berjalan beriringan menuju lantai atas.

"Gini, Pa.. tadi si Ichsan tiba2 bilang mau pindah sekolah. Padahal kan semester dua kelas XI nya dia baru dimulai. Dan Papa tau,, dia mau pindah kemana??" Tutur Santika, diakhiri dengan pertanyaan.

Ichwan menggeleng pelan, seraya mengendorkan simpul pada dasi dilehernya.

"Memangnya kemana, Ma?"

"Ichsan bilang, dia mau disekolahin disekolah deket pesantren yang baru dibangun itu Pa.. Papa kaget gak sih, denger anak kita minta sekolah ditempat begituan?"

Ichwan dibuat terkejut dengan cerita sang istri mengenai putranya yang nakal dan bandel itu. Tapi setelahnya, menggeleng tak percaya. Mustahil, fikirnya.

"Ah, Mama ngawur deh pasti. Mana mungkin anak kayak dia mau disekolahin sambil mondok. Kita masukin dia di SMA yang sekarang aja, dia mau karena terpaksa. Takut gak dikasih uang bulanan." Bantah Ichwan akan perkataan sang istri.

Sementara Santika berdecak sebal dengan pemikiran sang suami yang tidak mau mempercayai anaknya sendiri.

"Pa, aku gak ngarang cerita. Demi Alloh, Pa.. Ichsan bener2 bilang kayak gitu tadi sama aku. Dan kuping aku gak mungkin salah denger." Kali ini Ichwan menghentikan langkahnya dan menatap lekat pada Santika.

Selain karena mereka sudah sampai dikamar mereka, sekaligus Ichwan memastikan apakah ada kebohongan dalam perkataan sang istri atau tidak. Akan tetapi lamunan singkatnya itu terbuyar, kala Santika memukul bahu kekarnya pelan.

"Ih, Papa gak percayaan deh sama Mama. Kalo gitu coba aja besok Papa tanya langsung sama si Ichsan. Dan inget, jangan suka su'udhon sama anak sendiri." Santika memperingati, setelah itu Ia berlalu dari hadapan sang suami dengan wajah sebal.

Sementara itu, tanpa membujuk istrinya yang tengah merajuk, Ichwan langsung bergegas menuju kamar putranya. Memastikan apakah anak itu sudah tidur, atau masih bermain game dikamarnya. Dan betapa terkejutnya Ichwan ketika melihat putranya tengah mengaji Al-Qur'an menjelang tidurnya.

Bukan tanpa sebab ayah satu anak itu terkejut dan dibuat heran akan tingkah putranya. Akan tetapi, ini kali pertama bagi Ichwan melihat pemandangan lain seorang Ichsan. Entah sudah sejak kapan, putranya itu berubah menjadi lebih senang mengaji daripada game. Dan wajar saja, jika bacaan putranya terdengar masih belajar membaca. Karena sejak SMP, Ichsan sudah sangat sulit diarahkan untuk mengkaji bacaan kitab suci Al-Qur'an.

"ASSALAAMUALAIKUM Habibati" _END_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang