Bab 2

318 46 0
                                    


Ingat ya readers,,
Hari-hari kalian berpuasa, author akan temani dengan update an cb special ramadhan ini...

__Assalaamu'alaikum__
Habibati
.


.

Sebelumnya...

Faul mulai memasang wajah seriusnya pada cowok dihadapannya, sebelum akhirnya menjawab. "Chaca pindah sekolah."

Usai mengatakannya, Faul pun melenggang pergi dari hadapan Danu yang masih mematung.

"Apa?? Pindah?? Mendadak banget." Gumam Danu ditengah keterkejutannya.

[[[[☆]]]]

Mengenai Chaca pindah sekolah, itu memang benar adanya. Karena hari ini juga __hari yang sama saat Danu menanyakan keberadaannya__ , Chaca sudah siap diantar kedua orang tuanya ketempat pendidikan yang baru.

Rencananya, Chaca akan dimasukkan kesebuah pondok pesantren yang terdapat fasilitas pembelajaran sekolah. Jadi pemimpin pondok tersebut memang sudah mendirikan gedung sekolah tingkat SMA belum lama ini. Letaknya pun masih satu area dengan bangunan pondok. Sehingga para santri tidak harus menaiki kendaraan umum untuk bisa bersekolah.

"Umi..." lirih Chaca pada Ibunya.

Chalifa tau apa yang saat ini putrinya fikirkan. Pasti Chaca merasa berat karena harus meninggalkan sekolahnya. Wanita berijab itu lantas menoleh pada putrinya yang kini duduk disebelahnya. Karena posisi mereka saat ini sama-sama berada dikursi penumpang.

"Kenapa Cha.??" Sahut Ifa pada putrinya.

"Apa harus ya, Chaca pindah sekolah disana? Chaca udah nyaman disekolah lama." Ujar Chaca, sedih.

Ya, sedih memang. Itu yang Chaca rasakan saat ini. Disana __sekolah lamanya, Chaca sudah menempuh pendidikan setengahnya.

Namun sekarang, disemester satu akhir Chaca malah dipindahkan oleh kedua orang tuanya. Dengan alasan, supaya putri tunggal mereka itu bisa lebih memperdalam lagi mengenai agama islam. Karena ayahnya dulu merupakan alumni dipondok pesantren tersebut. Itu sebabnya Samudera juga ingin putrinya mengikuti jejaknya sebagai pendakwah.

Dan itu artinya, pindahnya Chaca kesekolah lain bukan karena Danu. Melainkan karena keinginan sang ayah.

"Cha... maafin umi ya. Ini semua kemauan Abi kamu. Umi cuma bisa bantu dukung apa kata Abi. Karena semua ini demi kebaikan kamu juga." Nasihat Ifa.

Chaca mengangguk pasrah dengan perkataan sang ibu. Lagipula Ia masih satu kota ini dengan abi dan umi. Kalaupun jauh, itu karena Chaca akan tinggal diasrama pondok tersebut.

Samudera yang sibuk menyetir mobil tersenyum mendengar penjelasan sang istri. Meski sebenarnya Ia mendengar keluh kesah putrinya, akan tetapi Ia tetap memilih diam dan fokus dengan jalanan yang mereka lalui.

"Bi... berenti disini, bi. Chaca pengen ucapin kata perpisahan." Pinta Chaca ketika mobil yang mereka kendarai melintasi gedung sekolah bertuliskan "SMA Islami".

Samudera menuruti kemauan putrinya itu dengan menginjak pedal rem, sehingga mobil pun berhenti tepat didepan gerbang yang sudah dikunci karena sudah jam pelajaran.

"Aku pasti bakal kangen sama kalian semua..." ujar Chaca lirih. Tanpa sadar, airmata mulai berjatuhan satu persatu.

Chaca menangis karena sedih. Sebab Ia tidak sempat mengucap kata perpisahan atau 'sampai jumpa' pada Faul dan Putri, juga teman2 kelasnya yang lain. Karena pagi tadi Samudera lah yang mengurus perijinan pindah sekolahnya Chaca pada Pak KepSek.

"ASSALAAMUALAIKUM Habibati" _END_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang