16. 𝐌𝐀𝐒𝐈𝐇 𝐒𝐄𝐏𝐀𝐑𝐔𝐇 𝐉𝐀𝐓𝐔𝐇

1K 194 78
                                    

G O D D E S S P A R K — © 2 O 2 O
✧    : :     ☾
❝ manakala semesta memberi
alasan-alasan dibalik semua
cerita beratas namakan perasaan. ❞

‹  jangan lupa vomment <3 ›

‹  jangan lupa vomment <3 ›

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























helaan sang bayu laksana menepi, mengaliri celah antara angkasa raya dan bumi. sedangkan rona nila saja belum terbasuh luntur sepenuhnya oleh bias sang rawi.

pagi-pagi buta seperti ini, rungu bagai dipaksa mendengar serangkaian kata yang tak minta tuk tersuara. mencipta erangan dari relung hati, mengeluh pada semesta ini.


























"aku enggak ikut."

"kenapa?" tanyaku.

"mau ketemu sama ibu, hehe."

lantas dirinya mengorbitkan lengkungan tipis, dibalut manis. isyarat bahagia, namun sungkan untuk dilukiskan secara kentara.

"hari ini juga, ya?" kemudian ia mengangguk sebagai jawaban.

"radin..." panggilnya.

"kenapa, hangga?" ucapku.

"jaga diri ya." begitu ranumnya mengeja klausa.

sedangkan lengannya dengan lancang mengacak surai gelitaku, walau tak sampai berantakan sepenuhnya.

kalau kata orang, yang diacak rambutnya yang berantakan hatinya.—ya katakanlah radinka sedemikian rupa.

lantas si taruna dengan asma hanggara itu memutuskan pulang, pula merajut langkahnya. akan tetapi, baru saja ia melenggang beberapa derap, ia pun berkata,

"eh, sebentar." selagi berbalik kanan, namun tetap pada tempatnya. dibalas tatapan tanya. lantas ia kembali berkata,






"kata orang, kalau mau ucap sampai jumpa harus ada peluk juga!"

semesta! hanggara sudah gila ya?!





"eh? jangan keras-keras. nanti ada yang dengar!" sahutku dengan nada pelan. malu, takut bunda dengar dari dalam.

"loh, beneran mau dipeluk?" tanyanya dengan lagak terkejut. kelopak netranya pun bagai meluas dari sebelumnya.





"eh, enggak. maksudnya—"

"hehe, bercanda."




seusainya aku hanya menghela napas lega, sementara dirinya melarikan diri, namun tak lupa mengucap kata.




DermagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang