17. 𝐆𝐄𝐌𝐄𝐑𝐋𝐀𝐏 𝐌𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐁𝐄𝐑𝐁𝐈𝐍𝐓𝐀𝐍𝐆.

1.2K 189 32
                                    

G O D D E S S P A R K — © 2 O 2 O
✧    : :     ☾
memeta bilik sua sang semesta
dibawah gemintang milik bumantara
lantas mengukir satu ulasan cerita.❞

❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










merakit satu terpa helaan napas dibawah naungan samudera diatas angkasa. yang tak lama lagi 'kan membias merangkai satu kesatuan semburat jingga bernamakan senja.

sedangkan kidung-kidung perayaan para burung yang melintangi bumantara dengan sayap eloknya, kini berkumandang pongah mencipta serindai nada selayaknya menyambut kedatangan sehimpun manusia.
































"udah lengkap semua?" tanya saras yang tubuhnya berada dibelakangku seraya mengintip daftar ceklis yang kupegang kala itu.

"udah, tinggal nanti paling suruh anak laki-laki buat angkat-angkatinnya." lantas ia pun mengangguk sarat paham, dan mengakhiri sesi penceklisan peralatan.

"oh, oke."




























kemudian kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, sebelum kemilau jingga menyisir di singgasana bumantara kebiruan.

bagai bertualang di ranah tanah orang, kami melangkah seperti biasa di serambi dekat hutan tak bernama. seraya berbicara mengenai segala rupa, agar perjalanan tak dikekang senyap. kendati tak sepi jua, karena masih banyak orang yang melewat.

dan tak lama kemudian, kami berpapasan dengan kalingga yang tengah bercengkrama dengan teman-temannya.











"kalingga!" panggil saras padanya.

"eh ras, ada apa?"

"itu, barang-barang udah kita periksa, lengkap. sana gih, bawa semuanya."

"aduh, males ah," eluhnya, kendati nampak disengaja guna bersenda gurau belaka.

"ih cepet, mau aku laporin ke mahesa? biar koordinator sie perlengkapan yang namanya kalingga turun tahta?" ancamnya.

"astaghfirullah, ampun ras, galak bener," ujar lingga, sedang saras masih memasang perangai tajam nan mengancamnya.

"damai dah ya damai bro, nanti dibawain, serius gapake bohong," ujarnya lagi dengan kedua telapak tangannya yang menyatu, sementara aku dan teman-temannya hanya memandangnya seraya menahan tawa.










seusai itu, mereka pun melangkah pergi. namun, baru saja beberapa langkah, lingga berhenti dan bersuara lagi.









"eh, radinka," panggilnya, kemudian aku menoleh.

DermagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang