1. Wajah Yang Tak Asing

105 43 21
                                    

Happy reading

.
.
.

Waktu menunjukkan pukul 06.15 wib. Safira sudah siap dan rapih di meja makannya. Bunda Mira sudah meletakkan sarapannya di hadapan Safira. Safira langsung menyantap sarapannya itu.

"Saf apa berangkatnya mau diantar oleh Mang Jajang?" Tanya bunda.

"Nggak bun, tadi Uci sudah berjanji untuk berangkat bersama hari ini." ucap Safira menjelaskan. Tak berapa lama Uci datang.

"PAGI BUNDAAAAA PAGI SAFFFF. UCI SUDAH DATANNNGGGG." ucap Uci dengan kehebohannya. Bunda membalasnya hanya dengan senyuman.

"Berisik Uci, haruskah lo setiap kali datang kerumah gue mesti teriak-teriak kayak gitu?" ucap safira kesal.

Uci terkekeh, ia menjelaskan bahwa itu semangat untuk menyambut harinya. Bunda yang mendengarnya hanya mengelengkan kepala.

"Uci, apa kamu sudah sarapan?" tanya bunda lembut.

"Sudah bun, tadi di rumah." ucap Uci dengan menyunggingkan senyuman di wajahnya. Tak berapa lama, Safira sudah menyelesaikan sarapannya.

"Bun, Safira berangkat sekolah dulu ya." ucap Safira sambil mencium punggung tangan bundanya dan senyuman yang mengembang di wajahnya.

"Baiklah hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut bawa motornya." ucap bunda memperingatkan.

"Oke bun. Assalamu'alaikum" ucap Safira dan Uci dengan bersamaan.

"Wa'alaikumsalam." balas bunda.

__________

Sampai di parkiran sekolah

"Saf, lo duluan aja kekelasnya ya." ucap Uci cepat.

"Emang lo mau kemana?" tanya Safira penasaran.

"Gue mau ke kantin sebentar". ucap Uci menjelaskan.

"Bukannya lo sudah sarapan ya? Jangan-jangan lo bohong lagi sama bunda gue?" tanya Safira dengan nada mengintrogasi. Uci terkekeh, melihat wajah sahabatnya itu.

"Kenapa lo malah ketawa?" tanya Safira bingung.

"Nggak lah, mana mungkin gue bohong sama bunda lo. Bisa-bisa gue nggak bakal makan cup cakenya bunda lagi. Oke Saf gue duluan ya." ucap uci dan langsung berlalu pergi.

Safira menggelengkan kepalanya dan menyunggingkan senyumannya.

Akhirnya, gue nggak menyangka bisa masuk ke sekolah yang selama ini gue impikan. Apakah gue sedang bermimpi sekarang?

Safira memasuki gedung tersebut. Dia berjalan santai menuju ke kelasnya sambil melihat ke sekelilingnya. Karena terlalu terpana, tanpa di sengaja Safira menabrak punggung seorang laki-laki di hadapannya.

"Aduhhh." ringis Safira sambil memegang kepalanya yang bertubrukan dengan punggung laki-laki di hadapannya. Laki-laki tersebut berbalik dan menoleh kearah Safira. Ia menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.

"Maaf gue nggak sengaja. Apa lo baik-baik saja?" tanya Safira yang masih fokus dengan kepalanya yang sakit akibat bertubrukan tadi. Lalu iapun menoleh menatap laki-laki di hadapannya.  Ia sangat takjub melihat laki-laki di hadapannya itu.

'Ya Allah, apa ini? Kenapa ciptaan-MU begitu sempurna? Apakah dia pangeran yang kau siapkan untukku? Tapi kenapa wajahnya tidak asing ya?' tanya Safira dalam hati dengan memasang ekspresi bengong.

"Tunggu kenapa gue jadi ikut-ikutan kaya Uci? Nggak mungkin gue terkena virus alaynya kan?" tanya-nya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya.

Safira tersadar dengan lamunannya. Ia memandang name tag di kemejanya dan dia pun tercengang.

Nggak mungkin, kenapa dia juga sekolah disini? Apakah gue sedang bermimpi sekarang?

Laki-laki itu menatap Safira bingung. Entah apa yang sekarang di fikirkan oleh perempuan di hadapannya itu. Yang jelas ia tidak peduli. Laki-laki tersebut langsung pergi meninggalkan Safira yang sibuk dengan fikirannya sendiri.

TBC.
Bagaimana ceritanya? Semoga kalian suka ya?

Jangan lupa kasih vote dan comment yaa

Rasa yang disembunyikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang