7. Perdebatan Tanpa Ujung

51 19 12
                                    

Happy reading

.
.
.

1 minggu setelah diadakannya challenge. Hari ini adalah pengumuman hasil challenge minggu lalu. Para siswa/i kelas X berlarian ke aula  untuk mendengarkan hasil challenge  tersebut.

"Saf ayo kita ke aula." ujar Uci sambil menarik pergelangan tangan Safira.

"Nggak mau, lo aja sana! Lagi pula gue nggak mungkin menang, terlepas dari kejadian  tadi." ucap Safira datar. Tiba-tiba Safira pergi.

"Saf lo mau kemana?!" tanya Uci sedikit berteriak.


"Ke perpus." ucap Safira tanpa menoleh.

'kapan lo berhenti peduli kepada buku-buku lo sih Saf, karena hobi lo. Lo nggak memperdulikan disekitar lo.' ucap Uci dalam hati

Di perpustakaan,

Safira memilih beberapa buku pengetahuan yang menarik untuk di baca. Setelah mendapatkan buku yang ia suka, dia langsung duduk di dekat jendela yang menghadap ke taman.

Disela-sela membacanya Safira melamun.

Maafin gue Ci. Tapi, gue nggak mau karya gue di tampilkan dan di akui oleh orang lain. Disisi lain gue nggak ingin melihat dia yang membuat hati gue melayang dan dijatuhkan secara bersamaan.

Tiba-tiba seseorang datang dan duduk di hadapan Safira. Safira menoleh dan kaget melihatnya

Kenapa dia ada disini? Bukannya dia ada di aula memberikan pengumumannya ya?

Safira menatapnya lama hingga Azka yang angkat bicara.

"Kenapa? Gue ganteng ya?"

"Geer. Ngapain Ka Azka ada disini?" Ucap safira dengan berbisik-bisik. Safira paham karena di perpustakaan tidak boleh berisik. Azka tidak menjawab dia hanya menatap safira tajam.

"Jangan natap gue kaya gitu"

"Kenapa? Apa lo takut natap gue?"

"Enggak, bukannya takut. Tapi, gue khawatir aja jika mata kakak tiba-tiba terlepas dari tempatnya." ucap Safira santai. Azka kesal mendengar jawaban safira yang nyeleneh.

"Kenapa lo ada disini?" tanya Azka cepat.


"Gue ingin baca buku."

"Kenapa lo nggak ikut kumpul di aula?"

"Karena menurut gue itu nggak penting. Lagi pula gue nggak akan mungkin menang challenge itu. Kakak sendiri kan yang mengatakan bahwa sketsa gue jelek?"

"Tapi, lo harus berpartisipasi untuk hasil pengumuman tersebut."

"Seharusnya ucapan kakak lebih cocok untuk kakak sendiri."

"Maksud lo?!"

"Kakak sendiri ngapain ada disini? Bukannya kaka harus mengumumkan hasilnya?"

"Lo ini ya...." ucapan Azka terpotong dengan bel istirahat. Azka yang mendengarnya langsung menarik tangan Safira dan mereka pergi meninggalkan perpustakaan tersebut.

Para siswa/i melihat dengan tatapan bingung. Bahkan banyak yang menggosip tentang mereka. Safira yang mendengar gosipan merasa malu sedangkan Azka tidak memperdulikannya.

Di kantin sekolah,

Azka mendudukkan Safira dengan kasar, Safira hanya memasang wajah kesalnya. Dan 2 mangkok bakso sudah tersedia di meja mereka.

"Kenapa lo natap gue kaya gitu? Ayo makan!" ucap Azka yang sudah memakan baksonya.

"Lepasin tangan gue! Gue nih bukan hewan peliharaan tau." ucap Safira sambil menepis tangan Azka dengan kasar. Azka berhenti dari makannya.

"Yaaaa, tapi lo ini kelinci kecilku." ucap Azka menggoda sambil menarik hidung Safira yang mancung itu.

"Auww... sakit tau. Kakak ingin bikin hidung gue kayak pinokio?!" tanya Safira dengan sangat kesal sambil memegang hidungnya.

Azka terkekeh dengan penuturan dan ekspresi Safira yang menurutnya menggemaskan itu.

'Saf...saf, kenapa lo menggemaskan sekali sih? Lo itu sangat berbeda dengan perempuan lain. Baru seminggu jadi siswi SMA udah buat gue senyum-senyum sendiri di kamar.'
ucap Azka dalam hati sambil memandang Safira dengan senyuman.

"Ka Azka gila ya?"

"Eh.. apa? Apa lo bilang?!"

"Tuhh kan bener, kaka tuh seharusnya datang ke Rumah Sakit Jiwa bukan ke kantin."

"Berani lo ya! Ayo cepat makan!" perintah Azka sambil menyodorkan bakso ke hadapan Safira.

"Gue nggak suka bakso."

Azka seketika menghentikan makannya dan langsung menatap Safira tajam

"Jadi, apa yang lo suka?"

"Gue sukaaaa..."

"Suka apa? Ayo cepat katakan!"

"Gue sukaaaa melihat Kak Azka MENDERITA." ucap Safira dengan senyuman manisnya

Seketika Safira berlari meninggalkan Azka yang terlihat bengong dengan jawaban Safira.

'Dasar cewe itu ya.' ujar Azka terkekeh dengan kelakuan Safira. Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Azka. Azka kaget dibuatnya.


TBC.
Bagaimana ceritanya? Semoga kalian suka ya?

Jangan lupa kasih vote dan comment yaa

Rasa yang disembunyikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang