4. Antara Suka Dan Benci

62 33 20
                                    

Happy reading

.
.
.

Karena challenge yang di berikan oleh Azka, para siswa/i sibuk melaksanakan challenge menggambar sketsa. Para OSIS pun meminta waktu 1 hari penuh untuk menjalankan challenge ini dan itu mendapat persetujuan dari para guru.

Tujuan dari challenge ini yaitu untuk menemukan bakat menggambar dari para siswa baru tersebut. Dan membuka peluang untuk mengikuti kejuaraan menggambar sketsa se nasional tahun depan.

Safira dan Uci telah menyelesaikan sketsanya. Uci takjub melihat hasil karya Safira. Ia pun heboh. Tanpa mereka sadari 3 pasang mata memperhatikannya. ya itu Aurell,  Rara dan Amanda.

"Eh lihat deh, gambarnya kayaknya lumayan tuh? Gimana kalau kita ngerampas punya dia?" tanya Amanda memberi masukan.

"Ide yang bagus tuh? Bagaimana Rell lo setuju kan?" tanga Rara semangat.

Tanpa basa-basi Aurell beranjak dari tempat duduknya lalu merebut kertas yang di pegang Safira. Dan sontak saja membuat Safira dan Uci kaget.

"Hei, Rell apa yang lo lakukan sih?! kembalikan sketsa Safira!" ucap Uci emosi.

"kembalikan? Enak aja lo ambil aja punya gue." ucap Aurell sambil melemparnya ke wajah Safira. Aurell pun berlalu pergi bersama 2 sahabatnya.

Safira hanya menundukkan kepalanya. Ia membendung air matanya agar tidak terjatuh. Tapi, air matapun akhirnya jatuh juga. Uci yang melihat Safira menangis langsung memeluknya.

"Saf, kenapa lo nggak  ngelawan mereka? Mereka tuh udah keterlaluan sama lo!" ucap Uci masih memeluk sahabatnya itu.

"Gue takut Ci, mereka itu terlalu menyeramkan buat gue."ucap safira disela-sela tangisannya.

________

Bel istirahat berbunyi, para siswa/i langsung menghampiri ketua OSIS untuk memperoleh buku tanda tangan. Safira panik, Uci pun menenangkan Safira kembali.

"Saf udahlah jangan takut, gue pasti akan menemani lo dan apapun hasilnya. Para OSIS pasti menerimanya dengan suka rela."

'Gue tau itu Ci, tapi gue malu memperlihatkan sketsa kepada orang yang gue sukai itu. Walaupun itu bukan asli punya gue.' ucap Safira dalam hatinya.

Aurell dan para sahabatnya menghampiri Azka dan Kevin, mereka menyerahkan hasil sketsanya. Kevin takjub dengan karya yang dimiliki Aurell. Ia pun memuji hasil karyanya itu. Sedangkan Azka hanya memberikan senyuman singkat.

Uci yang melihat dan mendengar mereka kesal. Ingin sekali ia memaki-maki dan memukul wajah sok manis mereka bertiga. Tapi, Safira melarangnya, melakukan hal bodoh tersebut.

Sampai akhirnya, sampailah di urutan Uci dan Safira. Ya, mereka mendapat urutan yang paling terakhir. Pertama di mulai dari Uci. Kevin menanyakan  namanya, sedangkan Azka menulis namanya dan akhirnya Uci mendapatkan bukunya.

Tiba-tiba Uci minta izin ke Safira untuk pergi ke kamar mandi Safira kaget.

"Bukannya lo bakal ngebantuin gue Ci? Kenapa lo malah pergi?" tanyanya lirih.

"Maafin gue Saf tapi gue udah nggak tahan. Maaf ya?" tanya Uci dan langsung berlalu pergi.

Tubuh Safira mendadak kaku, keringat bercucuran dan jantungnya berdetug kencang. Ia masih memandangi temannya yang sudah menghilang dari hadapannya itu.

"Hey!!!" bentak Azka yang sontak membuat kaget Safira.

Safira langsung saja menoleh kehadapan 2 laki-laki di hadapannya itu.

"Apa lo bakal natap temen lo terus menerus?! Mana sketsa lo?!" tanya Azka dengan nada membentak.

Safira langsung menyerahkannya. Mereka kaget melihat hasil karya Safira. Safira hanya menunduk malu, sedangkan Kevin tertawa terbahak-bahak. Azka menatap tajam Kevin dan Kevin langsung saja berhenti tertawa.

"Apa yang lo gambar?!".

"Gue menggambar wajah Kak Azka. Apa lagi?".

"Gue nih tampan. Kenapa lo menggambarnya dengan sangat jelek sekali?!".

"Tampan dari mananya?" Gumam safira.

"Lo bilang apa tadi?!!"

"Nggak ada."

Azka menanyakan namanya. Safira pun langsung menjawabnya. Kemudian Azka menyerahkan buku yang tadi sempat di tulisnya tersebut. Tapi ditolak oleh Safira.

"Ada apa lagi?"

"Itu bukan nama gue."

"Emang apa masalahnya?"

"ya itu masalahnya. Nama gue Safira bukan kelinci kecil"

"Lo terima atau nggak sama sekali?!" tanya Azka dengan tatapan tajam serta dengan nada mengancam.

Safira mendengus kesal. Ia menatap Azka dengan tatapan kesal, ia langsung mengambil bukunya dan berlalu pergi tanpa mengucapkan terima kasih.

Tak disadari semburat senyuman menghiasi wajah Azka. Kevin terkekeh dengan perilaku sahabat dan juniornya itu.

Benci, benci, benci... kenapa gue bisa suka sama dia sih? Saf bangunlah lo itu dibodohi oleh perasaan lo sendiri. Tapi, dia itu terlalu tampan? Aggghhhhh.... kenapa gue jadi frustasi kaya gini sih...
Gumam safira dalam hatinya

TBC.
Bagaimana ceritanya? Semoga kalian suka ya?

Jangan lupa kasih vote dan comment yaa

Rasa yang disembunyikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang