18. Dibully Lagi

11 7 5
                                    

Happy reading
.
.
.

Safira baru saja sampai di sekolah yang ia sangat rindukan itu. Siapa yang nggak rindu ke sekolah sih, saat kesibukan dirumah membuat kalian cepat bosan?

Ok kembali ke cerita, Safira sungguh senang sekali. Ia di izinkan oleh ayahnya. Saat dia berjalan di koridor. Tiba-tiba seseorang tengah mamanggil namanya cukup keras dari arah belakang.

"SAF... SAFIRA.... SAF...."

Safira pun menoleh dan mendapati sahabatnya berlari kearahnya. Safira hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah laku sabahatnya itu.

"JAHAT LO! KENAPA LO NGGAK BILANG-BILANG KALO LO BALIK LAGI KE SEKOLAH?!" tanyanya dengan suara nyaring.

"Itu mulut nggak usah teriak-teriak napa? Gue bukannya nggak mau kasih tau sama lo. Tapi, dilarang sama ayah. Katanya nggak boleh kasih tau Uci. Ya udah terpaksa gue turutin."

"Yang bener lo? Mampus gue! Gue dimusuhin bokap lo Saf. Apa jangan-jangan gara-gara malam itu gue panggil dia ayah ya? OMG!! rasa-rasanya bakal ada larangan main ke rumah lo deh. Tapi, waktu itu gue kan udah pesan ke lo buat bilangin minta maaf ke Om Syam?" tanyanya dramatis.

"Udah, tapi nggak di respon Ci." ucapnya. "Hayo loh nggak boleh makan cup cake buatan bunda lagi sama bokap gue." ucapnya menakut-nakuti.

Uci terlihat sangat uring-uringan. Melihat raut wajah sahabatnya. Safira langsung saja tertawa. Melihat sahabatnya tertawa, uci malah terlihat bingung.

"Kenapa lo malah ketawa Saf?" tanyanya penuh selidik.

"Hhhhh... nggak nyangka lelucon gue bisa berhasil juga."

"Lo ngerjain gue?"

"Iya." Safira pun langsung berlari. Kabur dari hadapan sahabatnya yang emosinya hampir meledak itu.

"WOY... JAHAT LOH SAF. BOHONGIN SAHABAT LO SENDIRI! JANGAN LARI LO!" ujar Uci sambil berteriak mengejar Safira.

Merekapun kejar-kejaran. Tapi, berhenti begitu saja saat sampai di dalam kelas. Safira sangat terkejut sekaligus takut dengan tatapan tiga pasang mata yang menatapnya dengan tatapan benci. Siapa lagi jika bukan si pembuat onar.

Uci yang melihat raut wajah Safira langsung menggandeng tangannya menuju tempat duduknya.

"Hiraukan saja mereka Saf. Lo nggak usah takut. Ada gue disamping lo." ucapnya pelan. Safira pun hanya mengangguk paham.

Ya, karena kejadian tempo hari itu. Safira merasa sangat takut jika berhadapan dengan si pembuat onar. Terlepas dari pembullyannya itu membuat Safira sedikit trauma.

Pelajaran dimulai,
Semua siswa yang ada di kelas tersebut dengan fokus memperhatikan penjelasan materi yang guru mapel tersebut beri.

Tapi, sejak tadi Safira sangat tidak tenang dengan duduknya. Ia melirik Aurell sejenak dan mendapati ia sedang menatapnya dengan tatapan benci.

Langsung saja ia mengalihkan pandangannya kembali kearah guru mapel. Uci sangat kasihan dengan mimik muka sahabatnya itu yang terlihat tidak nyaman dan ketakutan.

Uci langsung saja menggenggam tangan Safira dan mengangguk menyemangatinya. Safira hanya tersenyum melihat sahabatnya yang menyemangatinya dan membuatnya sedikit rileks.

.
.
.
.

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa pada berhamburan keluar kelas. begitupun dengan Safira dan Uci yang juga keluar kelas.

"Gue ke toilet dulu ya Saf. Panggilan alam soalnya. Jangan kemana-mana. Lo sekarang harus pulang sama gue!" ucapnya sambil memegang perutnya. Safira hanya mengangguk paham.

Saat ia telah selesai memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Sesosok siswi tiba-tiba membekap mulutnya dengan sapu tangan. Siapa lagi jika bukan si pembuat onar dengan dayang-dayangnya.

Safira langsung saja diseret ke taman belakang sekolah. Tentu saja taman itu sudah sepi dari para siswa yang mayoritasnya sudah pada pulang.

Setelah sampainya di taman belakang. Safira langsung saja di dorong ke belakang seperti kejadian perundungan yang pernah terjadi tadi.

"Rell, mau lo apa sih? Kenapa lo terlihat benci banget sama gue?"

Aurell dan dayang-dayangnya itu tertawa dengan tawa yang mengerikan. Menatap tajam kearah Safira dengan sorot mata ingin membunuh. Safira tentu saja ketakutan bukan main.

Tanpa mereka sadari seseorang tengah melihat dan merekam kejadian tersebut menggunakan hanphone-nya.

Aurell langsung saja mencengkram dagu Safira dengan sangat kencang. Hingga Safira meringis kesakitan.

"LO MASIH TANYA KENAPA GUE BENCI BANGET SAMA LO HA? DASAR BODOH!!!," Aurell langsung menghempaskan tangan Aurell dari dagu Safira dengan amat kencang.

"GUE UDAH PERINGATIN LO BUAT JAUHIN AZKA! TAPI, APA YANG LO LAKUIN HA? LO MALAH BERDUA-DUAAN DENGAN AZKA DI KANTIN!!!" ujar Aurell dengan sorot mata kebencian.

"I... itu ti...tidak se...seper..ti yang lo li...lihat Rell. Bu...kan ha....hanya gu..e yang ada di.... disana." ucapnya dengan terbata-bata karena takut.

PLAKKKK

Sebuah tamparan melayang kearah pipi Safira. Sungguh Safira sangat kesakitan dengan bekas tamparan yang ditimbulkan. Ia hanya meringis dan menahan sakit di pipinya.

"DASAR WANITA JALANG! LO PIKIR GUE PERCAYA SAMA LO?!"

PLAKKKK

"GUE BENCI SAMA LO! GUE INGIN SEGERA LENYAPIN LO!" ucapnya sambil memukul-mukul tubuh Safira teramat kencang dengan tongkat sapu yang entah dapat dari mana.

Safira memohon ampun ke Aurell untuk berhenti memukulnya. Tapi, Aurell justru semakin gencar memukul Safira dengan brutal. Sedangkan dayang-dayangnya hanya tertawa seperti orang yang kerasukan.

Aurell pun menyuruh teman-temannya merebut tas Safira dan mengobrak-abrik isi tas Safira. Ia melempar isi tas Safira kesembarang arah dan merobek tasnya dengan sebuah gunting di tangannya.

Safira yang melihat itu hanya pasrah. Ia sudah lelah menghadapi Aurell dan para dayang-dayangnya itu. Sungguh yang Safira inginkan sekarang hanya ingin memeluk bundanya itu. Tubuh Safira sungguh sangat kesakitan sekarang.

Setelah Aurell puas merusak tas Safira. Ia langsung melemparnya kearah wajah Safira yang menunduk. Aurell menyuruh sahabat-sahabatnya cabut dari tempat itu.

'Bundaaa.. Saf takut bunda. Tubuh Saf sakit semua bun. Saf ingin dipeluk sama bunda sekarang' ujar Safira dalam hati sambil menangis kejar dan menahan sakit ditubuhnya.

Orang yang tadi mengintip dan merekam kejadian seketika bergumam.

Harus gue beritahu dia sekarang!

Tbc.
Hai readers bagaimana ceritanya? Semoga kalian suka ya...

Jangan lupa tinggalkan jejak. Dan kalo ada typo langsung komen aja ya...

Rasa yang disembunyikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang