07

25 5 5
                                    

Mengenal seorang Nathan yang memiliki identitas asli sebagai Park Jimin merupakan sebuah hal yang baru—bahkan tidak pernah gadis itu pikirkan sebelumnya jika ia mampu berada di dalam situasi yang mengharuskannya untuk menutupi kebenaran. Queen bukan peramal yang mampu dengan mudah mengetahui masa depan, ia juga bukan cenayang mampu merapal setiap hal dengan tepat. Kala pertama kali ia mengetahui kebenaran ini, dia ingat betul jika dirinya harus menutup mulutnya dengan kedua tangan dan menyipitkan mata berkali-kali di hadapan papan raksasa pada pertengahan kota.

Seharusnya Queen senang kala memiliki koneksi—pertemanan apalagi sampai saling mengenal dengan salah satu orang penting seperti Park Jimin yang namanya sedang naik daun di seluruh penjuru dunia. Mengintat bagaimana ia teramat memilah dalam lingkup pertemanan harusnya ia senang mengenal lelaki itu secara personal, secara langsung di hadapannya. Tapi tidak, untuk pertama kalinya ia Queen mengharapkan jika kehadiran Jimin tidak pernah terlintas dalam kehidupannya.

Queen nyaris tidak mempercayai apa yang ia lalui, seolah kenyataan kembali membentuk sebuah cerita jenaka dalam lintas kehidupannya. kali ini ia berharap. Hanya kali ini, jika memungkinkan, tidak akan ada kekacauan bahkan sampai memorak-porandakan susunan hidupnya. Sebab saat ini ia merasa sedikit bergerak dari porosnya, ada beberapa hal yang membuat dia lamat-lamat berubah.

Tapi bagaimanapun juga, Queen benar-benar menganggap semua hal ini adalah kebetulan yang mana skala kemungkinan terjadinya adalah satu banding satu miliar—mendekati tidak mungkin. Iya memang kehidupan sesekali perlu ditertawakan karena begitu lucu.

Pada awalnya ia mempercayai Jimin karena dia sukses menggagalkan niatnya untuk mengakhiri debaran jantungnya, bunuh diri. Namun seiring berjalanya waktu, ia perlahan menyadari jika Jimin memang memiliki kepribadian yang baik. Ini bukan perihal parasnya yang tampak lugu, tetapi tatapannya juga bisa berubah sama tajamnya dengan serigala pemburu. Seorang lelaki papan atas dengan segala keramahannya dan semua luka yang ia pikul.

Tampak sangat sederhana bila hanya mengenakan kaos oversize miliknya yang berwarna hitam dan kadang kala akan berganti pada hoodie berwarna abu-abu. Rambut acak-acakan dengan senyum yang lebih cerah dari pada sinar mentari, kelewat sederhana hingga Queen kehilangan kata-kata untuk mendiskresikan kesempurnaannya.

Dan Queen bertanya-tanya, lelaki sepertinya—beban apa yang ia bawa hingga membuatnya begitu rapuh hingga sampai merengkuh dalam dekapannya?

Tidak ada perkataan yang mampu Queen katakan lebih sebab ia tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dia tidak mau memberi kata-kata sebagai harapan—tonggak utama bangkitnya seseorang. Sebab jika nantinya Queen tak lagi bisa menjadi tonggak tersebut, bagaimana dia bisa melanjutkan hidupnya?

Sesuai apa yang Queen katakan, pada saat lengan jarum pendek menggenapkan diri pada angka sembilan, keduanya mencoba mengabaikan apa saja yang sempat terjadi semalam, menguburnya dalam ingatan. Terutama Jimin, sungguh dia rasanya ingin berubah amnesia hanya untuk malam itu.

Suhu cuaca tidak begitu dingin sehingga setidaknya hanya membutuhkan dua lapis pakaian dengan beberapa hotpack yang sekiranya mampu menahan dingin. Sinar matahari yang sama sekali tidak memberikan efek yang menyengat, hanya sedikit hangat dan pancaran cahaya yang sukses menyinari bumi pada bagian tertentu.

Jimin berubah kelewat panik hanya dengan melangkahkan kaki keluar dari pintu apartemen, benar-benar merasakan sebagai buronan dunia seolah ia baru saja membunuh jutaan nyawa. Dengan ragu ia perlahan menapak kaki keluar, membaur dengan orang lain selayaknya manusia biasa bukan seorang selebriti papan atas.

Meskipun dengan semua kepanikan dan keraguan yang Jimin miliki, Queen tidak mengeluh apalagi sampai protes karna kehadirannya, padahal setiap hari Jimin memikirkan apabila kehadirannya yang mengganggu kehidupan normal Queen. Tapi tidak, di antara semua kegelisahan dan kekhawatiran itu Queen datang dengan seulas senyuman sederhana, menggandeng tangannya kemudian berkata, "Semua akan baik-baik saja karna sekarang kau baik-baik saja."

HELLO MY IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang