21

4 0 0
                                    

Kedatangan Jimin sebagai musisi papan atas, bukan lagi seseorang yang kabur dan menyembunyikan identitasnya dari khalayak publik membuatnya tampak berbeda. Tidak seperti kala Jimin masih memalsukan identitasnya dengan menggunakan nama Nathan, ada sebuah aura tersendiri yang membedakannya.

Malam semakin larut dan Queen menyadari Jimin sama sekali tidak memiliki niatan untuk beranjak pergi. Bahkan masih berbaring santai di atas sofa dan terlihat teramat serius. Lelaki itu berubah menjadi sosok yang setiap detiknya dipenuhi oleh kesibukan hariannya. Queen memastikan dia akan menginap.

Sejujurnya kelewat gila sebab seseorang seperti Park Jimin tiba-tiba datang tanpa memberi kabar dan dia mengatakan hanya datang serang diri tanpa perlindungan sebab kali ini adalah kunjungan pribadi. Bagaimana bisa? Setahu Queen, dari beberapa artikel yang ia baca mengenai agensi di Korea Selatan sangatlah ketat. Namun lelaki itu bertindak seolah ia akan mewarisi sepenuhnya saham agensi.

Masuk ke dalam apartemennya kemudian mengacaukan acaranya dengan Christine menonton bersama dan berakhir dengan menginap seakan ia baru memasuki kawasan rumahnya sendiri. Melihat Jimin seperti ini nytaris membuatnya lupa jika lelaki itu pernah dalam masa yang kelewat kelam meskipun pada akhirnya ia memilih untuk menghadapi kenyataan dan menerima apa yang telah terjadi.

Perlakuan Park Jimin sejujurnya sangatlah manis, membuat Queen merasa seperti seorang ratu yang paling di utamakan. Tapi terkadang perlakuan manisnya tertutup oleh kenyataan bahwa dirinya memiliki darah bajingan.

Malamnya kala itu hanya berisikan ocehan dari Jimin yang tidak akan pernah menjadi perkara membosankan bagi Queen. Dia mungkin akan menjadi manusia yang dengan teramat susah ditebak, akan selamanya menjadi Park Jimin si musisi papan atas tapi ia juga akan tetap menjadi sosok yang membuat Queen masih hidup dan melanjutkan hidupnya.

Semalaman Jimin melingkarkan lengannya pada pinggang Queen, membawanya kian dekat hingga keduanya kehilangan jarak. "Jangan pergi, aku sangat mencintaimu. Jangan pergi, tetap seperti ini selama mungkin. Jangan bersama Christine, aku tidak suka. Dia terlalu dekat denganmu, aku tidak suka."

Dia menggumamkan hal yang sama semalaman. Berulang-ulang, tanpa jeda hingga perlahan suaranya memudar dan tertidur dalam posisi yang sama. Jemari Queen bergerak untuk menggapai jemarinya, menautkan pada setiap selanya. "Hanya kau yang akan pergi, bukan aku."

Melihatnya begitu dekat, bahkan menghabiskan malam bersama seperti ini membuat Queen bertanya-tanya apakah benar seseorang seperti dia mampu Queen bawa dalam bagian hidupnya ataukah semua ini hanya kebahagiaan fana yang berujung kembali membuat luka.

Bahkan jika bisa, Queen menginginkan hal yang sama seperti Jimin, ingin kehangatan ini bertahan lebih lama kalaupun mungkin ia ingin selamanya. Selamanya seperti ini. Kedatangan Jimin membawa perkara baik yang sebelumnya tak ia perkirakan, ia membawa ketenangan—seakan membuat seluruh sesak dan takutnya pergi.

Hanya Jimin yang bisa melakukannya sampai detik ini, hanya dia.

Jarum panjang dan jarum pendek berada di angka delapan secara bersamaan dan matahari tidak terlihat begitu menyengat karena beberapa awan membentang yang membuat sinarnya terhalangi. Jimin menyesap segelas coklat panasnya dengan terburu-buru, terlihat tidak nyaman karena kedamaiannya terganggu.

Atasannya memberikan perintah untuk segera menentukan genre lagu kolaborasi keduanya sekaligus menulis lirik dan menentukan nadanya. Siapa yang peduli jika pagi hari ini cuaca sedang bersahabat dengan kelopak bunga bermekaran seolah sedang menunjukkan sisi terbaiknya. Karena bagi Jimin tetap sama, it's another work day.

"Kau sibuk sekali." Queen menghampiri lelaki itu dengan salah satu tangannya yang membawa sebuah sandwich yang baru ia buat. Duduk di sebelah Jimin kemudian meletakkan fokus pada makanan yang akan ia santap.

HELLO MY IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang