11

14 0 0
                                    

Andai Jimin tidak pernah menjadi seorang idol papan atas, ia tidak perlu melakukan penyamaran penuh hanya untuk membeli roti di sebuah kafe terdekat. Entah ia berubah gila atau melupakan fakta bahwa pencarian seorang Park Jmin di luar sana seolah berubah jadi wabah.

Kondisinya memang berangsur-angsur membaik selama dua hari terakhir. Namun bukan berati pada hari ketiga lelaki itu bisa berjalan-jalan pada temperatur yang terbilang dingin di luar sana.

Jangan salahkan Queen karena gadis itu sudah bersikap terlampau ketus untuk menolak permintaannya, berkali-kali mengabaikan dan juga dengan tegas menolak permintaannya. Tapi seharian penuh pada setiap jam yang terlewati, Jimin tetap merengek pada hal yang sama. Hal itu nyaris membuat Queen gila.

Jimin benar-benar merasa senang kala ia kembali bisa menapakkan kaki di luar apartemen. Sensasi yang sejujurnya Jimin rindukan, berbaur dengan orang lain dan menjadi salah satu bagian dari mereka yang biasa saja. Keduanya terpaksa keluar dari apartemen, oh ralat, hanya Queen yang merasa terbebani di sini. Jimin terlihat sama riangnya seakan ia baru saja menemui dunia luar yang indah pada pandangan saja.

Malam di London akan selalu indah, gemerlap lampu warna-warni yang mengisi kota, gaya bangunannya yang masih mempertahankan mode kerajaan tetapi tetap modern di saat bersamaan. Banyaknya orang berlalu lalang dengan memegang segelas minuman hangat dan banyaknya toko yang menyediakan berbagai pernak-pernik guna menarik minat pembeli. Jimin jatuh cinta dengan suasana London tapi masih tidak mampu menyaingi perasaannya terhadap Queen.

Queen berjalan dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel, sesekali melirik ke arah Jimin yang saat ini tengah memperhatikan jalanan dari penjuru kanan dan kiri. Sesekali kepalanya mendongak hanya untuk menatap bintang dan menyipitkan mata untuk menatapi beberapa objek di seberang jalan. Dia berubah menjadi lelaki berumur dua puluh lima tahun, lelaki yang masih ingin mencari arti sebenarnya apa itu hidup.

Sejujurnya Queen kerap kali memikirkan bagaimana kelanjutan hidup Jimin jika ia tetap berada di posisi ini dalam jangka waktu lama. Sebenarnya akan buruk, namun setelah mengetahui bagaimana kenyataan menghancurkannya dengan dahsyat. Membuatnya harus merasa bersalah setiap detiknya karna menanggung sebuah beban besar—Queen ingin Jimin bahagia.

Mungkin cara ini salah, malah bisa jadi cara paling buruk tapi ia tidak memiliki pilihan lain. Sama sekali tidak berniat melaporkan keberadaannya. Namun jika tidak memungkinkan, setidaknya ia masih berada di sini sampai hatinya benar-benar sembuh.

Gadis itu menyadari jika Jimin berusaha keras untuk menyamakan semua hal tersebut hanya untuk berteman dengannya, mengurangi beberapa hal yang menurutnya mengganggu ketenangan hidup. Queen rasa Jimin tidak perlu melakukan semua hal sejenis itu, karna dia memang tidak pantas mendapatkannya.

Mungkin Queen terlalu banyak menyematkan berbagai hal negatif pada segala yang ia lihat, bahkan pada sesuatu yang hanya ia lihat secara sekilas. Bukan semata-mata murni berburuk sangka, Queen hanya terlalu malas untuk melambungkan ekspektasi tinggi dan kemudian ia kembali terjatuh karena kenyataan tidak memihak pada dirinya. Hal ini seakan menjadi tameng bagi dirinya untuk menghindari sakit hati.

Sama halnya kala Jimin sakit. Gadis itu sudah berpikir bahwa ia akan sangat kerepotan karena lelaki itu demam, membayangkan Jimin berubah menjadi sangat manja membuat Queen sudah muak. Tapi kenyataannya, lelaki itu lebih banyak diam. Mengubah posisinya hanya untuk menatap ke luar jendela dan bangkit hanya untuk menonton televisi atau sekedar ingin menggerakkan beberapa ototnya.

Queen lebih sering mendapati Jimin yang merenung. Jimin masih kerap kali menimang-nimang perbuatannya.

Kondisi Jimin telah membaik seperti sedia kala, pertanda bahwa ia bisa kembali tidur di sofa. Namun Jimin bertanya apakah ia bisa tidur di sebelahnya lagi kendati ia sudah sembuh. Saat menanyakan hal itu Jimin bersumpah bahwa ia hanya bercanda, bahkan ia terkekeh setelahnya. Namun Queen mengizinkan dengan satu anggukan kepala, kemudian berkata, "Lakukan saja, jika itu membuatmu merasa lebih baik."

HELLO MY IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang