TIGA PULUH EMPAT

467 45 3
                                    


Mulai saat ini kita jadi detektif!
-Leo-

"Lisa IPA 2, Ocha IPS 3, Celine IPS 1, Winny IPA 4, Fadila IPS 2, atau Belinda IPA 3?" seru Leo sembari menghitung nama-nama yang ia sebut dengan jarinya, wajahnya-pun terlihat kebingungan bak dipertemukan oleh pilihan yang sangat sulit.

Soal Cira? Leo sudah tidak begitu memperdulikan Cira. Leo tetaplah Leo yang menjaga ucapannya, tentang ucapan ketidakpeduliannya, ia benar-benar melakukan itu. Toh, Cira bukan satu-satunya wanita di dunia ini.

Cira mungkin menghilang dari hati Leo, namun banyak siswi di SMA Anggara yang masih tergila-gila pada Leo. Anggapan 'playboy' memang susah Leo hilangkan, kebanyakan menganggap Leo tidak tulus dan berniat main-main saja padahal kenyataan berbanding terbalik.

Adrian yang ditanya tidak begitu peduli, ia hanya diam dan tak merespon. Ia dipaksa oleh Leo untuk pergi ke kantin, karena hal ini ia memutuskan untuk mengabaikan Leo.

Leo menepuk pundak Adrian sedikit keras,  "Gue tanya! Jawab dong!" bentak Leo,

"Itu bukan pertanyaan" seru Adrian. Ya, memang itu bukan pertanyaan, Leo hanya mengucapkan daftar nama para cewek 'sok kecantikan' di SMA Anggara tanpa menyebutkan inti pertanyaannya.

Leo mendengus sebal, "Kira-kira diantara mereka, siapa yang cocok buat gue?" tanya Leo kedua kalinya, kali ini dengan intonasi lebih tinggi dari sebelumnya.

Tidak tahukah Adrian? Bahwa saat ini Leo ingin menghibur dirinya sendiri. Tidak ada lagi orang yang bisa ia harapkan selain Adrian, tapi masalahnya disini adalah Adrian tidak akan menghiburnya. Sungguh malang nasib Leo.

Adrian masih terfokus dengan ponselnya, masih tidak peduli dengan Leo, "Gak tau!" acuh Adrian.

"Kasih gue pencerahan dong, Bambang!"

Adrian terlihat berpikir sejenak, "Joko IPS 4"

"Ian, gue gak suka ke Joko njir. Gue gak bel-"

"Ini mie ayam pangsit sama jus alpukatnya" ucapan Leo terhenti karena kedatangan bu Elis dengan pesanannya.

Leo tersenyum lebar, "Makasih, bu" sahutnya.

Leo mulai menyantap mie ayam, sesekali ia meminum jus alpukatnya. "Ini enak banget sumpah!" puji Leo kepada makanan buatan bu Elis ini, walau baru dua suap ia makan.

"Kalo bu Elis masih sekolah, bakal gue nikahin dah tu!" tambah Leo dengan cengiran khas nya.

Sedangkan Adrian hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Leo yang semakin hari semakin gila.

Tiba-tiba Adrian beranjak dari duduknya, "Gue ke perpus!" tegasnya. Keputusan untuk pergi dan menghindari celotehan Leo memang hal yang harus ia lakukan saat ini.

"Lo boleh pergi, tapi bayar dulu" balas Leo. Adrian meninggalkan satu lembar uang ratus ribuan disamping Leo, ia lebih memilih kehilangan uang daripada menghabiskan waktu dengan Leo tanpa bermaksud menyantap apa-apa di kantin ini.

Sepeninggal Adrian, Leo hanya sendirian tanpa ditemani siapapun, hal ini semakin menguatkan status Leo sebagai seseorang 'Jomblo',

Saat mata Leo mengarah sekeliling, ia menghentikkan sejenak adegan makan-makannya. Leo melihat Elsa dengan Wina yang sedang berjalan ke arahnya. pandangan Leo mengikuti setiap pergerakan Elsa dan Wina sampai mereka berdua mengambil tempat duduk yang berada di belakang Leo.

"El" panggil Wina.

Elsa menoleh dan menaikkan kedua alisnya, "Apa, Win?" tanya Elsa.

"Lo beneran gak inget soal kecelakaan itu?"

My Cold PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang