TIGA PULUH ENAM

496 44 20
                                    


Aku udah tau
-Elsa-

"Nanta, kamu bisa pulang duluan, aku ada urusan sebentar"

"Aku bakal nunggu kamu, El"

"Aku bisa pulang sama temen aku kok"

"Oke. Kalo nanti udah sampai rumah, kamu chat aku ya"

"Iya, Nanta. Hati-hati di jalan"

Elsa memutus sambungan teleponnya dengan Nanta, tangannya gemetar ketakutan mengingat bahwa dirinya saat ini sedang duduk disamping pria asing. Dan demi pria asing ini juga, dirinya harus berbohong kepada Nanta.

"Gak usah takut, Elsa" ujar pria asing tersebut seakan mengetahui ketakutan Elsa.

"Lo bisa langsung jelasin semuanya" balas Elsa tanpa menatap pria tersebut.

Pria asing ini melepas topi hitamnya dan tersenyum pulas kepada Elsa, ia mengulurkan tangan kearah Elsa,

Beberapa detik tangan pria asing ini mengambang di udara tanpa ada sambutan uluran tangan juga dari Elsa. "Oke, gak apa-apa" ucapnya berbesar hati dan dengan cepat menarik uluran tangannya.

"Namaku Arsen" ucap Arsen memperkenalkan diri.

Elsa diam, malah seperti tidak peduli. Dia hanya peduli dengan cerita tentang kecelakaannya yang akan pria ini katakan, selebihnya ia tidak ingin tau dan tidak peduli dengan apa yang pria ucapan pria ini.

Pandangan Arsen lurus menatap ke depan, "Aku udah berusaha cari kamu selama ini, di sekitaran tempat kecelakaan, di rumah sakit, bahkan di sekolah kamu tapi hasilnya nihil. Aku gak tahu kalo kamu udah mulai sekolah hari ini, kalo aku tau pasti aku udah kesana dan ngasih tau semuanya ke kamu" jelas Arsen.

Elsa masih diam,

"Semuanya aku lakukan supaya rasa bersalah ini hilang, Elsa. Aku harus ceritain semuanya walau dia gak mau aku nemuin kamu"

"Dia siapa?" ujar Elsa penasaran,

Arsen menghela napas panjang, "Wina" jawabnya dengan singkat, padat, dan jelas.  Satu nama yang dapat Elsa dengar dengan sangat-sangat jelas,

FLASHBACK ON

"Syukurlah keadaan bapak baik-baik aja" ujar Arsen.

"Apa yang baik-baik aja? Kehilangan semuanya? Harta, rumah, jabatan, bahkan kita juga kehilangan ibu, kakak masih anggap bapak sama kita baik-baik aja?" bentak Wina.

"Win, jangan kamu ungkit-ungkit lagi"

"Gak!"

"Win, semuanya bakal seperti semula. Kakak janji"

Wina menatap sinis Arsen, "Janji, janji, janji, aku udah denger kakak ngomong kata itu selama lima tahun ini" nada ucapan Wina seakan meremehkan.

"Win, kakak bakal berusaha"

"Kita hidup kaya gini, tapi dia tetep hidup enak. Kakak tahu? Setiap hari bahkan aku ngeliat kehidupan sempurna anaknya"

"Apa?" heran Arsen.

Wina menyeringai, "Aku harusnya ngucapin terimakasih sama kakak, karena kakak udah buat aku satu sekolah dan kenal sama anak dari pria jahat itu" jelas Wina.

My Cold PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang