TIGA PULUH TUJUH

822 53 32
                                    


Ayah minta maaf
-Surya-

"Wina" tegas Elsa.

Suryanata yang sedari tadi bingung, dibuat semakin bingung. Wina? Suryanata mengenal nama gadis itu sebagai teman dari putrinya, lantas apa yang sebenarnya terjadi?

Air mata Elsa mulai berlinang lagi, bisa dikatakan nyawanya terancam karena perbuatan Ayahnya yang entah dengan disengaja atau tidak 'merugikan' orang lain. Dan jika ditanya sesakit apa hati Elsa? Tentu sangat sakit, lima tahun pertemanan yang ternyata hanya 'drama' semata di mata Wina, kebersamaannya dengan Wina selama ini hanya adegan dalam drama yang Wina ciptakan, dan satu hal besar yang terungkap saat ini, Wina sangat piawai dalam memerankan tokoh sebagai sahabat Elsa.

"Alessia Winata Salim, pernah dengar?" tanya Elsa dengan nada lemah dan sesenggukan.

Surya diam, tatapannya nyalang, namun otaknya berpikir keras berusaha mendapatkan jawaban dari pertanyaan Elsa, hingga ia dapatkan satu nama, Hartono Salim. Wajah Surya memanas seketika, tangannya gemetar mengingat nama itu, bukankah semuanya sudah berakhir? Otaknya menolak fakta yang ia lihat Lima tahun lalu karena melihat semua yang Elsa alami, tentu semua ini belum berakhir.

Tegang,

Suasana semakin tegang, Adrian hanya duduk diam menunggu siapa yang akan memulai pembicaraan, setidaknya sedikit penjelasan tentang masalah apa yang sebenarnya terjadi.

Surya beranjak dari duduknya, ia menatap dalam-dalam putri semata wayangnya, "El, dengerin Ayah dulu, Ayah bakal cerita-"

"Apa yang Ayah lakuin??" potong Elsa cepat, ia hanya ingin jawaban, jawaban yang pasti!

Surya masih berusaha untuk membuat Elsa luluh, "Elsa, duduk dulu ya, Ayah bakal ceritain semuanya" pinta Surya dengan nada selembut mungkin.

Elsa mengambil tempat duduk yang berhadapan langsung dengan Adrian. Elsa tidak mempedulikan siapapun disini, termasuk Adrian, yang Elsa pedulikan hanya jawaban dan sebab nyawanya yang terancam saat ini.

Melihat Elsa sudah melaksanakan perintahnya, saatnya Surya bergumul dengan hatinya, disatu sisi iya enggan untuk mengatakan semuanya, disisi lain ada putrinya yang menunggu jawaban pasti darinya.

Surya menghela napas panjang, untuk mengatakan semuanya mungkin inilah yang Surya harus lakukan. "Ayah Wina itu teman ayah-" Surya tidak bisa melanjutkan ucapannya, ia tidak ingin mengingat-ingat lagi.

Helaan napas panjang Surya lakukan lagi, "-dan Ayah adalah satu-satunya alasan yang membuat istri Hartono meninggal" kedua tangan Surya memegang keningnya, sekelebat terbayang akan apa yang ia lakukan.

Ya, Elsa langsung beranjak pergi meninggalkan semuanya. Sekarang ia paham apa yang Wina pikirkan, bahwa nyawa harus dibayar dengan nyawa.

Kali ini Adrian yang diliputi rasa keterkejutan dan juga rasa ingin tahu, saat ini hanya ada dirinya dan Suryanata, sungguh canggung. Surya masih menatap kepergian Elsa, sedangkan Adrian masih berpikir keras tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Drrtt... Drrttt...

Ponsel Adrian bergetar disaat yang tidak tepat, tapi setidaknya rasa canggung diantara keduanya sedikit berkurang. Ia melihat nama sang penelepon Kambing

Adrian beranjak dari duduknya dan sedikit menjauh dari Surya. Saat ini ia berada di dekat pintu utama.

"Woy Ian!"

"Apa?"

"Gimana? Udah ada clue?"

"Eh u-" belum sempat Adrian melanjutkan kalimatnya,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cold PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang