1. She Is Laili

198 23 2
                                    

Happy reading gais (人 •͈ᴗ•͈)
.
.

Pengumuman kelulusan adalah moment bahagia sekaligus haru bagi semua siswa di SMA Bakti Nusa. Termasuk Laili sendiri. Bahagia karena lulus dan haru karena harus berpisah dengan teman sekelasnya yang berjuang selama 3 tahun ini.

Lapangan ini adalah saksi bisu awal Laili bertemu teman-teman aneh bin ajaib, hingga sekarang Kepala Sekolah memberi nasihat dan mengumumkan kelulusan, “Selamat kepada Putri Laili Jayanti atas peraihan nilai UN tertinggi se-Jakarta. Akhir kata, saya kepala sekolah SMA Bakti Nusa menyatakan kalian Lulus 100%. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh...”
“Wa’alaikumusallam...” sahut para siswa SMA Bakti Nusa sambil memberi tepuk tangan.

Laili turun dari atas panggung yang langsung dihadiahi pelukan oleh Nadya, sahabat Laili sejak SMP, “Yeayy!! selamat atas peraihan nilai UN tertinggi lo dan selamat menempuh hidup baru, Li”

“Ihh udah kayak mau nikahan aja, deh,” Sahut Laili

“Kita coret-coret baju, yuk!” lanjut Laili.

Benar, kepala sekolah langsung mengijinkan kami jika ingin coret-coret baju dengan syarat, kami tidak boleh mencoret fasilitas sekolah dan konvoi saat kelulusan.

“Baju lo mau gue coretin di bagian mana, nih?” tanya Nadya.

“Nih, di sini aja.” Laili menunjuk bagian punggungnya lalu Nadya mulai menulis sesuatu di sana.

“Sekarang giliran gue. Mau di bagian mana?”

“Samain aja. Inget gedein tulisan lo karena lo sahabat baik gue.”

Setelah selesai mencoret baju masing-masing, mereka mulai berbaur dengan teman sekelas mereka, dan tidak lupa mereka mengabadikan moment dengan berfoto riang sebagai kenang-kenangan mereka.

Suasana ini nggak akan pernah gue lupain. Batin Laili

***

Sepulang sekolah, teman sekelas Laili menghabiskan waktu terakhir mereka di rumah Laili sendiri. Rumah Laili begitu besar dan luas sehingga muat menampung teman-temannya yang beranggotakan 30 siswa. Rumah tingkat dua dengan interior klasik menjadi penghias di rumah tersebut. Rumah ini adalah hasil keringat orang tuanya dulu.

Mahendra Wirawan, Ayah Laili adalah pemilik perusahaan Adhi Utama Group, yaitu perusahaan terbesar di Jakarta. Perusahaan ini sudah bercabang ke kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Surabaya, Bali, Jayapura, dan lainnya. Sedangkan Ibu Laili, Putri Maharani adalah seorang designer ternama di tanah air. Karya-karyanya bahkan sudah dipakai oleh artis ternama dan diakui dunia.

Laili menyuruh teman sekelasnya untuk ke belakang rumahnya yang terdapat kolam renang besar dengan kedalaman 3 meter. Sedangkan Laili, Nadya, dan Fitri membuat minuman untuk teman-teman mereka. Laili sebenarnya mempunyai pembantu, tapi ia tidak ingin membuat pembantunya itu kelelahan karene mengurusi 30 siswa yang aneh bin ajaib.

Setelah selesai membuat minuman, mereka bertiga membawa minuman tersebut ke kolam renang. Sesampainya di sana, hal yang pertama kali mereka lihat adalah para lelaki yang asik berenang dan para gadis yang asik bergosip ria di bawah pohon mangga.

“Teman-teman, kalau haus ambil minumannya di sini, yaa!” teriak Laili

“Woy! Yang cowok kagak ada akhlak emang, ya. Kasian gue ngeliatin Laili.” Teriak Fitri, merasa tidak enak dengan Laili.

“Napa lo yang protes? Laili aja nggak ada protes?!” sahut Riko tidak terima.

“Tapi--”

“Nggak apa-apa, Fit. Karena ini moment terakhir kita, jadi gue nggak apa-apa.” Sahut Laili kalem

Mereka asik bersanda gurau, bercerita banyak hal hingga tertawa dan menangis, dan menghabiskan waktu bersama yang mungkin akan diceritakan kepada anak-anak mereka jika berkeluarga nanti.

***

Pukul 8 malam, semua teman-teman Laili berpamitan kepada sang tuan rumah. Ayah dan Ibu Laili sudah pulang sejak pukul 5 sore tadi.

“Om, Tante, makasi rumahnya udah rela kami pakai buat moment terakhir kali.” Ujar Nadya, mewakili yang lainnya.

“Iya, Om, Tante. Ketimbang kita nyewa villa yang mahal, lebih baik di rumah Laili saja.” Ujar Fajar, cowok barbar di kelas Laili, yang langsung mendapat cubitan di tangan oleh Fitri.

Mendengar celotehan Fajar, semua teman Laili menjadi tertawa termasuk orang tua Laili.

“Nggak apa-apa. Tante dan Om malah seneng liat kalian ketawa-ketawa seperti tadi. Lain kali, kalau ada waktu kesini aja. Kasian Laili sendiri di rumah ini.” Ujar Ibu Laili.

Laili yang malu hanya bisa merengek, “Ma... jangan gitu ihh...”

“Yaudah tante, om, kami pamit dulu. Bye, Laili!” ujar Arka, cowok terpintar di kelas Laili.

“Bye, temen-temen. Hati-hati di jalan!”

Setelah kepergian teman-temannya, Putri Maharani mengajak Mahendra Wirawan dan Laili makan malam bersama. Setelah itu, mereka bertiga menonton televisi bersama sambil berbincang tentang kejadian hari ini.
Laili bercerita tentang hari ini yang disambut tawa hangat oleh orang tuanya, tetapi ia tidak bercerita bahwa ia adalah peraih nilai UN tertinggi se-Jakarta. Laili lebih memilih besok pagi, tepat pukul 10, bertepatan dengan pengumuman SNMPTN.

Semoga ayah dan ibu seneng dengar kabar baik besok. Batin Laili

Dan tepat pukul 10 malam, mereka memilih untuk beristirahat karena kelelahan berbicara dan tertawa bersama.


(LSC4 : 5520)

Cerita ini merupakan kolaborasi dari empat member yaitu :
@ucuuzura (saya) chocolove22 Didi-R dan edselhindharta

Laili (LSC4) [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang