HAPPY READING GAISS,
Keesokan harinya, tepat pukul sembilan pagi, Laili sudah siap di depan laptop untuk pengumuman SNMPTN. Kemarin malam orang tua Laili bilang mereka libur bekerja hari ini, jadi ini waktu yang pas untuk memberi kejutan kepada mereka.
Gue yakin, gue pasti keterima. Batin Laili dengan penuh keyakinan.
Tok tok tok... Ibu Laili mengetuk pintu kamar putrinya, "Li, sarapan dulu."
"Iya, Bu."
Karena pengumuman SNMPTN masih satu jam lagi, Laili memilih sarapan bersama orang tuanya. Di meja makan, hanya ada suara sendok dan garpu yang memenuhi ruangan tersebut.
"Bu, Yah, aku sudah selesai, ya."
"Loh? Tumben sarapannya sedikit?" tanya ayah Laili.
"Iya, Yah. Lagi nggak nafsu aja. Oh iya, nanti Laili mau ngasih kejutan buat ayah dan ibu. Ditunggu, yaa..."
"Kejutan apa?" tanya Ibu Laili, kepo.
"Ada, deh pokoknya. Nanti pasti ayah dan ibu seneng banget." dengan penuh semangat, Laili berlari ke kamarnya dan mulai menyalakan laptopnya. Kemudian dia membuka link pengumuman SNMPTN dan memasukkan nomor peserta dan tanggal lahir yang tertera pada kartu pendaftaran.
Laili mulai berdoa dan menghitung dalam hati. Sambil menutup mata, ia menekan tanda enter pada laptopnya. Hal yang pertama kali ia lihat saat membuka mata adalah warna hijau yang artinya ia lulus SNMPTN tahun ini.
Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN 2018 pada :
PTN : Universitas Indonesia
Progam Studi : Sastra Indonesia
Laili berteriak riang yang menyebabkan kedua orang tuanya tergesa-gesa berlari ke kamarnya, "Ada apa, Li? Ada kecoa terbang, ya?" tanya ayahnya.
"Iya, ada apa sebenarnya?" tanya ibunya.
Laili yang ditanyai oleh kedua orang tuanya, hanya tersenyum sambil menanggapi, "Ibu, ayah, masih inget tidak dengan kejutan yang aku bilang?"
"Iya, masih." Sahut keduanya
"Jadi, kejutan yang pertama, aku jadi orang peraih nilai UN tertinggi se-Jakarta," jawab Laili. Kedua orang tuanya tersenyum dan masih menyimak apa yang akan diucapkan anaknya selanjutnya.
Laili terlihat menimang-nimang kata-kata yang tepat untuk menyampaikannya, "Dan yang kedua..."
"Yang kedua apa, sayang?" tanya ibunya.
"Yang kedua, aku lulus SNMPTN tahun ini di Universitas Indonesia, Bu! Yah!"
Mendengar hal itu, Ibu Laili langsung memeluk putri semata wayangnya dengan bangga dan menangis haru, "Wahh... Ibu nggak nyangka kamu bisa sehebat ini." Sambil melepas pelukannya.
"Jurusan apa yang kamu pilih di sana?" tanya ayah Laili
"Jurusan sastra Indonesia, Yah."
"Apa?! Sastra Indonesia?! Mau jadi apa kamu kalau pilih jurusan itu?!" kata ayah Laili dengan nada membentak putrinya.
Bagai petir di siang bolong, Laili spontan menangis dan mengingat kejadian tiga tahun lalu saat ia akan memilih jurusan di SMA.
"Ayah, aku kan sudah mau nurut dengan ayah saat SMA. Padahal, aku ingin sekali masuk jurusan IPA, tetapi ayah melarangku. Kali ini, biarkan aku yang memilih jalanku sendiri." Kata Laili sambil menangis.
"Tidak bisa!! Ayah ingin kamu nanti masuk jurusan manajemen bisnis atau akuntansi untuk nerusin perusahaan ayah atau kamu masuk jurusan fashion designer seperti ibumu!"
Laili semakin menangis, "Tapi, Yah..."
"Nggak ada tapi-tapian dan untuk universitas biar ayah saja yang mencarikan jika kamu sudah memilih." Setelah mengatakan itu, ayah Laili meninggalkan kamar putrinya.
"Ibu, bagaimana ini? Aku nggak mau , Bu!" kata Laili kesal dan menangis di pelukan ibunya.
"Ibu juga tidak bisa melarang ayahmu karena dia keras kepala, sayang. Jadi, sabar, ya?" setelah itu, ibu Laili menenangkan putrinya sampai Laili tertidur dipelukannya.
***
Pukul tiga sore, Laili terbangun dari mimpinya yang terasa nyata. Laili yang merasa haus segera pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
Di ruang tengah, Laili melihat orang tuanya sedang menonton televisi. Saat ingin kembali ke kamar, ayah Laili bertanya, "Bagaimana? Sudah memilih jurusan?"
Hah, ternyata ini bukan mimpi. Batin Laili
"Belum, Yah."
"Ayah sudah memilih universitas yang tepat untukmu. Di sana fasilitasnya lengkap dan dosennya juga kompeten dibidangnya." Ayah Laili menunjukkan brosur yang bertuliskan 'Universitas Pancasila'
"Tapi, pendaftaran terakhirnya besok. Aku kan belum memilih, Yah?"
"Ayah tahu kamu akan lama memilih, jadi ayah sudah daftarkan kamu di jurusan manajemen. Bersiaplah karena beberapa bulan lagi kamu akan masuk ke sana."
"Kali ini Ayah benar-benar jahat! Seenaknya saja mengatur masa depanku!" kata Laili sambil membentak ayahnya dan menahan agar air matanya tidak jatuh dihadapan orang tuanya.
"Ayah tidak peduli. Intinya, kamu harus meneruskan perusahaan yang Ayah punya."
Mendengar itu, Laili langsung berlari dan mengunci kamarnya lalu menangis sejadi-jadinya hingga senja datang menghampiri.
***
Setelah puas menangis, Laili segera membersihkan diri lalu mengadu kepada-Nya melalui doa, "Ya Tuhan, cobaan apa lagi yang Kau berikan kepadaku? Aku lelah, Tuhan. Biarkanlah sekali saja aku bahagia menikmati hidupku. Berikan hambamu ini petunjuk untuk ke depannya. Amin." Setelah selesai berdoa, Laili merasa lebih baik dari sebelumnya.
Iya, Aku harus semangat! Aku harus menjalani hari dengan semangat walaupun aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Batin Laili, menyemangati dirinya sendiri.
(LSC: 5520)
Terimakasih telah menyukai cerita kami, kami harap kalian betah dengan Laili beserta kehidupannya. Sampai ketemu di part-part berikutnya. Salam sastra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laili (LSC4) [Lengkap]
Teen FictionPutri Laili Jayanti, nama yang begitu indah namun tak seindah jalan hidupnya. Sudah kebal, malah kelewat bosan dengan badai yang terus menghampiri. Sebentar lagi dirinya akan masuk ke bangku kuliah dan ia mulai bertanya-tanya; badai seperti apa lagi...