5. Masalah

50 8 0
                                    

Selamat membaca gengs!

Pengumuman tanggal Ujian Akhir Semester telah beredar, mulai dari pesan berantai yang diteruskan ketua kelas di grup, aplikasi kampus, sampai lembaran-lebaran yang tertempel di perpustakaan dan papan info di setiap lantai gedung fakultas. Laili semakin berwalang hati, dua minggu dengan dua mata pelajaran di jam yang berbeda tidak menghilangkan kecemasan gadis yang tengah duduk berhadapan dengan laptopnya itu.

Sebagian besar mata kuliah memiliki tiga SKS atau Satuan Kredit Semester, di mana setiap SKS berisi tujuh pertemuan dan sepuluh materi yang belum semuanya dipahami oleh Laili. Entah ada dendam apa Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia yang dipilihkan Ayahnya secara sepihak tersebut terhadap Laili, sehingga sulit sekali untuk masuk ke dalam otak seorang siswi dengan nilai UN tertinggi di sekolah seperti dirinya.

Jurusan yang menitik beratkan pada pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi dan bagaimana cara memimpin sebuah perusahaan agar mencapai tujuan beserta tetek bengeknya sangat tidak kontras dengan otak Laili yang masih mencintai alunan bait-bait aksara dan metafora.

Dulu saat berada di jurusan IPS, ia masih mampu mempelajari hampir semua mata pelajaran, yang sebenarnya hanya berupa kulit dari sebuah planet bidang ilmu sosial, sekarang ia harus berusaha lagi untuk menggali ilmu yang sama lebih dalam, lebih detail, dan lebih terperinci lagi.

Ting!

Ponsel yang ia tinggalkan di atas kasur berjam-jam yang lalu berdentang, menandakan sebuah pesan sedang berlabuh. Pesan dari Arfa, pacarnya terbaca.

______________________________

HARI INI

Arepa
"Beb, udah tidur?" 21.45

"Belom. Masih mahamin materi kampus, nih. Susah!" 21.46

Arepa
"Lah, belom kelar? Yaudah istirahat dulu belajarnya, aku kangen nih. Wkwkwk." 21.46

"Yaelah, wkwk lo bikin sakit ati, tau!!!!!!" 21.46

Arepa
"Nggak tau artinya sih. Bego." 21.46 (sedang mengetik pesan)

"Woi! Malah ngatain lagi." 21.46

Arepa
"Wkwkwk tu artinya, wah kangen, wah kangen, wah kangen."

"Nahkan. Senyum-senyum sendiri kan lo!" 21.46

"Ni anak selesai UAS makin nggak beres deh otaknya." 21.46

Arepa
"WKWKWKWK."21.47

"Udah ih, Pa! Pegel nih pipi aku ketawa mulu. Wkwkwk" 21 .47

Arepa
"Jangan geer. Itu gue ketawa setan bukan ngegombal." 21.47

"Iya! makasih! Sekarang aku tau pacar aku selama ini siapa." 21.47

Arepa
"Ya Arfa lah, cowok kece dari Malang. Siapa lagi? Kamu selingkuh ya?!" 21.47

"Setan!" 21.48

Arepa
"Kamu selingkuh sama Setan, Beb?" 21.49

"ELO SETANNYA!! Udah ah. Aku mau lanjut belajar lagi nih. Tanggal 18 mau UAS" 21.49

Arepa
"Sini Setan peluk, wkwkwk"
"Yaudah, sana balajar biar gue nggak malu punya pacar kayak kamu. Semangat, ya! Bakal aku chat lagi setelah UAS kelar." 21.49

"Oke. Thanks" 21.50

______________________________

Percakapan berakhir setelah pesannya di baca oleh sang pacar. Hubungan yang terjalin hampir satu tahun tersebut memang terlihat aneh bin absurd. Arfa adalah teman sekolahnya saat SMA, juga jurusan IPS namun berbeda kelas. Sekarang jarak mereka semakin jauh, dimana Laili kuliah di Jakarta, sedangkan Arfa mengejar cita-citanya di kota Malang dengan jurusan hukum di Universitas Brawijaya.

Laili kembali menuju meja belajarnya yang berantakan oleh fotocopy tugas, binder dan laptop yang menampilkan slide materi. Lelah dan linu yang ia rasakan di tulang punggungnya, lalu mulai menutup materi, mematikan laptop dan merapikan bahan belajarnya untuk dilanjut nanti. Gadis bercepol dan berpiyama beruang itu menguap, dan lekas menyikat gigi sebelum ia terbenam ke samudra mimpi malam ini.

Tuhan, bantu aku dalam memahami materi, please. Batin Laili berbicara sebelum ia akhirnya terlelap.

***

Hari ini berlangsung dengan lancar. Besok adalah hari terakhir mahasiswa Universitas Pancasila menghadapi Ujian Akhir Semester. Tinggal mata kuliah Ekonomi Manajerial dan Laili telah mempelajari setengahnya. Tinggal setengah lagi, lalu latihan soal dari tugas-tugas sebelumnya, juga mencari soal-soal yang berkaitan di jejaring internet. Laili harap besok akan lebih baik dari hari sebelumnya dan nilainya pun semakin membaik dari Ujian Tengah Semester yang dilaluinya kemarin.

Gadis itu juga berharap pengorbanan belajarnya selama ini membuahkan hasil yang bagus dan tidak mengecewakan dirinya. Meskipun ia dan jurusan manajemen layaknya seorang musuh, Laili yakin bahwa batu yang di tetesi air terus-menerus lama-lama bisa melubangi batu itu juga. Pisau tumpul bisa tajam jika terus di asah walau mengorbankan waktu dan tenaga. Pohon akan tumbuh segar dan berakar kuat jika terus dipupuk.

Bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Laili hanya perlu bersabar dan berusaha mempelajari jurusan ini, ia tidak boleh menyerah, tidak boleh keluar atau Ayah Ibunya akan kecewa, atau dianggap payah oleh orang yang mengenalnya, atau ditinggalkan Tias dan Dimas, atau bahkan di putuskan Arfa karena tidak mau memiliki pacar yang bodoh, atau kecewa karena dirinya payah dan bodoh.

Laili gadis pintar, ia lulusan terbaik di sekolah, nilainya tidak pernah turun dari 80, bahkan di raport dan sertifikat UN-nya. Laili pasti bisa. Pasti!

"Hey, Li!" sentak Dimas sembari menepuk bahunya.

"Ah, ya? Ada apa, Dim?" jawab Laili setelah sadar dari lamunannya.

"Ngapain, sih? Jangan ngelamun. Ntar kesambet! Iii," tutur Dimas ngeri.

Laili tertawa, "Ngaco lo! Jangan percaya gituan! Mubazir," ucap Laili kemudian.

"Itu namanya syirik, bahlul," kata Tias yang baru saja menghampiri mereka.

"Nah, itu. Baru aja mau nyaut," seloroh Dimas, lalu mereka ber-tos ria di depan Laili yang terdiam.

"Gu ... gue, pulang dulu ya. Mau belajar materi besok, nih," ujar Laili. "Keburu panas juga," lanjutnya setelah melihat jam silver di tangan kiri yang telah menunjukkan pukul 11.38 WIB.

Bayangan kecewa dari orang-orang tersayang merasuki pikiran Laili setelah kembali mendengar kata yang bermakna sama dengan ungkapan bodoh. Ia tidak bodoh. Laili anak yang pintar, ia harus kembali ke rumah dan kembali menyelam materi sosial yang menunggu di rumah. Ia harus segera kembali ke rumah.

***

(LSC : 9520)

Sampai bertemu nanti malam! Salam aksara!

Laili (LSC4) [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang