Malam gais! Sesuai janji, malam ini kami update tiga part, loh. Jangan lupa vote dan komennya, ya.
Laili pergi ke kafe yang tak jauh dari rumah untuk menemui teman-temannya. Ketika tiba di sana, tepat pukul 16.00, sesuai perjanjian, namun ia bahkan belum melihat teman-temannya. Laili memutuskan untuk memesan latte terlebih dahulu lalu duduk menunggu yang lainnya datang.
Tidak lama Dimas muncul, disusul oleh teman-teman lainnya, Tias dan Dio. Mereka berjalan menghampiri Laili.
"Lo udah lama nunggu di sini?" tanya Dimas.
"Belum lama banget, sih. Kok kalian telat?" tanya Laili dengan sedikit jengkel.
"Sorry, ya soalnya tadi jalanan macet banget. Lo kayak nggak tahu aja jalanan Jakarta kayak gimana kalo sore-sore gini," jawab Dimas.
"Ya nggak apa-apa tapi lain kali jangan kayak gini dong," tukas Laili
Setelahnya mereka bertiga langsung meninggalkan Laili untuk memesan kopi. Kopi yang dipesan oleh Laili diantarkan oleh pelayan ke mejanya tepat sebelum Dimas, Tias, dan Dio kembali, mereka duduk mengelilingi meja sembari menunggu pesanan mereka.
"Gimana tuh, si Arfa bales chat lu nggak?" tanya Tias yang penasaran dengan apa yang terjadi dengan Laili
"Dia masih nggak bales-bales chat gue sampai hari ini," aku Laili geram dan lesu.
"Oh, berarti dia emang bener-bener niat putus sama lo dan ini kayaknya ini udah tanda-tanda, deh kalo dia bukan cowok yang tepat buat lo," jelas Tias.
Kemudian Dimas menimpali pembicaraan Tias, "Jangan ngomong kayak gitu dong! Kan, ini cuman salah paham doang."
"Nggak, kok! Bener kata Tias, kalo gue emang nggak cocok lagi sama Arfa walaupun dia udah baik sama gue," kata Laili lemas.
"Lo itu cuman salah paham aja. Masa gara-gara ketemu cowok lain langsung putus, sih? Nggak bener banget, tu cowok!" tukas Dimas.
"Lo juga cowok, btw," sahut Tias, yang di balas geraman Dimas dan kekehan Dio.
Tanpa memedulikan Tias, Dimas langsung menenangkan Laili. Laki-laki itu kembali menyuruh Laili untuk menghubungi Arfa. Namun, kali ini meneleponnya bukan mengirimkan pesan seperti kemarin-kemarin. Laili mencoba menelepon Arfa, namun tidak mendapat jawaban.
"Nggak dijawab sama dia," kata Laili kembali berkaca-kaca.
"Coba telepon lagi, siapa tahu dia emang lagi sibuk," timpal Dio.
Laili mencoba untuk menelepon Arfa kembali, kali ini ia dapat mendengar suaranya.
"Arfa, aku beneran nggak pacaran sama Dimas. Ini semua salah paham doang. Aku min ...."
"Gue nggak mau denger telepon atau chat dari lo lagi. Kita udah putus sejak lo jalan sama cowok sialan itu. Gue nggak mau pacaran sama cewek kayak lo lagi!"
Sambungan telepon langsung terputus dan Laili kembali menangis sekuat-kuatnya. Dimas menepuk pundak gadis itu, menenangkan.
"Udah, nggak usah pikirin lagi kalo emang dia beneran mau putus sama lo. Lagian, masih banyak cowok di luar sana yang lebih baik daripada dia," ungkap Dimas.
"Tapi, tapi, nggak ada cowok yang sebaik dia. Dia itu baik sama gue dan selalu perhatiin gue dari SMA," ujar Laili sesenggukan, "makanya gue shock banget pas dia bilang putus gara-gara gue dianggap dua-in dia," lanjutnya, " gue juga nggak tahu kalo dia bakal dateng ke sini, kemaren."
"Bener kan kata gue, kalo dia emang bukan jodoh lo. Kalo dia jodoh lo harusnya dia nggak kayak gitu" tukas Tias geram.
"Iya, bener tuh. Ini udah saatnya lo harus move on dari dia, Li" timpal Dio.
Dimas menceritakan pengalamannya yang sama kepada Laili, agar gadis itu tenang. Pada waktu SMA Dimas sempat berpacaran dengan seorang perempuan yang merupakan teman sekelasnya. Suatu hari, ia jalan bersama teman-teman yang didalamnya juga terdapat teman perempuan ke sebuah mall. Ketika itu, Dimas dan teman-temannya ingin makan bersama di sebuah restoran dan pada saat teman-temannya izin ke toilet dan meninggalkan Dimas dan teman perempuannya tersebut, pacarnya melihat Dimas berduaan dan lelaki itu di marahi, sampai akhirnya kata putus mengudara. Awalnya, Dimas merasa sedih dan meminta pacarnya untuk kembali. Namun, pacarnya menolak. Seiring berjalan waktu, Dimas bisa kembali menjalani hidupnya.
"Ternyata lo pernah ada di posisi gue juga," kata Laili.
"Iya, makanya gue nggak mau lo terus-terusan sedih kayak gini. Udah, lupain aja si Arfa-Arfa itu kalo dia emang nggak mau maafin lo. Hidup bukan cuma tentang dia doang."
"Langkah awal ngelupain, coba mulai hari ini lo hapus kontak cowok lo," saran Dio yang sedari tadi hanya diam saja.
Tanpa bantahan, Laili dengan berat hati menghapus kontak Arfa setelah mendengar saran dari Dio. Ia harus yakin bahwa ini merupakan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya setelah ia mendengar pengalaman Dimas.
"Gue udah hapus kontak dia," lapor Laili.
"Nah, gitu dong!" seru Tias.
Kemudian Laili juga berpikir untuk menceritakan masalah kuliah kepada temannya.
"Guys, sebenarnya, gue itu salah jurusan," mulanya, "Gue awalnya pengen banget masuk Sastra Indonesia. Jadi, singkat cerita, gue daftar SNMPTN jurusan Sastra Indonesia UI dan akhirnya gue diterima di jurusan itu tapi Bokap maksa buat masuk manajemen dan gue langsung didaftarin manajemen. Mau nggak mau gue harus terima, ya karena yang biayain kuliah gue Bokap dan gue anggep ini sebagai amanah ..." lanjutnya,
" ... gue tolak SNMPTN dan kuliah di jurusan manajemen, tapi pas gue kuliah di sini, gue semakin sadar kalo gue emang salah jurusan. Buktinya, gue udah belajar mati-matian masih aja banyak nilai yang nggak memuaskan, apalagi ada yang C."
Merasa bersimpati, Dimas merespon, "Gue juga sama kayak lo, kok. Gue juga merasa salah jurusan. Tapi pas kuliah, gue sadar kalo ini emang jalannya gue. Nikmatin aja, prosesnya, mungkin ini jalannya lo, Li. Lo nggak boleh nyerah gitu aja, lo harus kuliah di sini. Siapa tahu nantinya lo bisa sukses."
"Gak apa-apa, ini masih semester satu. Namanya juga proses, pasti ada naik turunnya, lah. Gue juga dapat nilainya C, dua lagi," sambung Dio terkekeh malu, "Lo nggak harus pindah jurusan karena cuma dapet C doang, yang perlu lo lakuin, ya belajar," pesan Dio.
Gadis itu terdiam, ia berpikir lalu mengangguk-angguk menyetujui nasihat mereka, lalu tersenyum. Ucapan terimakasih mengalir dari mulut merah jambu alami Laili.
***
(LSC : 12520)
Bagaimana hari kalian? Jangan menyerah, ya gais. Tetaplah berusaha, sekecil apapun itu. Usahamu selama ini sudah bagus, ayo tingkatkan lagi! Ciayoo! Salam aksara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laili (LSC4) [Lengkap]
Teen FictionPutri Laili Jayanti, nama yang begitu indah namun tak seindah jalan hidupnya. Sudah kebal, malah kelewat bosan dengan badai yang terus menghampiri. Sebentar lagi dirinya akan masuk ke bangku kuliah dan ia mulai bertanya-tanya; badai seperti apa lagi...