4. Permulaan

49 11 0
                                        

Selamat malam dan selamat kembali menyelami lautan aksara di cerita ini!

kami harap kalian akan selalu penasaran dengan kelanjutan Laila, wkwkwk. Jadi, apa kalian penasaran?

HAPPY READING GAIS!

Ketika mahasiswa lain masih bermain games, Laili dan Tias malah berteduh di bawah pohon yang tidak jauh dari lapangan.

"Seru, tapi lesu kalau main gituan," ucap Tias sambil menyodorkan air botol milik Laili.

"Tapi kamu tadi keren loh!" dengan mengacungkan kedua jempol tangannya.

"Yang ada tangan sama kakiku sakit, Li."

"Itu nggak jadi masalah, yang penting tim kita menang, kan," ucap Laili dengan tawanya.

Permainan tarik tambang menjadi permainan pilihan Laili dan tim-nya, karena hanya itu yang menurut Laili menantang untuk dimainkan.

"Li, tadi kita belum sempat tanya nama cowok yang ada di belakang kamu."

"Yang mana?" Laili sembari berpikir.

"Yang pake kacamata sama topi itu loh, masa lupa."

"Oh, itu, lagian dia juga nggak ngenalin namanya tadi."

"Iya juga sih."

Mereka berdua bangkit, lalu kembali lagi ke lapangan untuk berkumpul bersama mahasiswa lainnya. Di lapangan masih ramai oleh mahasiswa yang bersorak, meski sepertinya ada yang tampak sangat kelelahan.

"Oke! Permainan kali ini selesai dan pemenangnya, Tim Biru!" seorang perempuan menyerukan dengan semangat yang terus berkobar meski matahari sudah tepat di atas kepala.

"Yeeee!" teriak si pemenang beserta timnya.

Seluruh mahasiswa bertepuk tangan, tak terkecuali Laili dan Tias pun sama-sama bertepuk tangan untuk meramaikan suasana. Hingga tanpa sadar sedari tadi ada seseorang yang menepuk-nepuk bahu Laili.

"Eh," Laili kaget ketika ada seorang cowok berdiri disampingnya.

"Lo, yang tadi satu tim bareng gue, kan? Gue Dimas."

"Oh iya, aku Laili dan ini Tias," jawab Laili dengan menarik lengan Tias yang masih riuh tepuk tangan.

"Eh hai, gue Tias. Lo cowok yang tadi, kan?" tanya Tias berbasa-basi.

"Iya. Gue nyari kalian dari tadi," tutur Dimas dengan polosnya. "Ternyata ada di kerumunan ini," lanjutnya kemudian.

"Iya, kita dari tadi emang di sini." Itu Tias yang menjawab. Sementara Laili hanya tersenyum.

"Kalian ngambil prodi apa?"

"Kebetulan kita berdua ngambil prodi yang sama, manajeman," jawab Tias ngerangkul bahu Laili.

"Wah! Berarti sama dong, gue juga ambil manajemen. Kali aja satu kelas sama kalian," seru Dimas diakhiri dengan kekehannya.

"Lo orangnya asik juga, ya. Semoga deh," imbuh Tias kemudian.

"Gue ke sana dulu, ya." pamit Dimas.

"Oke, Dim," ucap Laili dan Tias secara bersamaan.

***

"Setelah semua runtutan acara kegiatan kita laksanakan, hari ini kalian sudah resmi menjadi mahasiswa Universitas Pancasila," ucap Fahri di tengah kegiatan terakhinya menjadi ketua, lalu kembali memberikan wejangan serta meminta maaf untuk segala kekurangan selama ia menjadi ketua pada kegiatan kali ini.

"Kalian bisa bergabung dengan kita semua di ruang makan nanti. Oke, cukup sekian, selamat dan sukses untuk kita semua."

Sorak-sorai membahana memenuhi seluruh lapangan. Mahasiswa baru satu persatu mulai berhamburan untuk kembali ke dalam ruangan karena sesi makan akan segera tiba.

Tepat pukul empat sore, semua acara telah usai. Semua mahasiswa baru berfoto ria mengabadikan momen yang menyenangkan tersebut, meski sudah melewati beberapa kesulitan selama ospek berlangsung.

"Kita foto di sana aja, Li!" seru Tias sangat antusias.

Mereka menghampiri segerombolan mahasiswa yang sedang berfoto bersama Fahri, dan akhirnya mereka berfoto bersama. Laili pun menikmati suasana yang terjadi.

***

Seminggu setelah ospek, Laili menjalani hidup sebagai seorang mahasiswa baru. Tentu saja hal itu membuatnya gugup, apalagi ketika memasuki kelas yang telah tercantum namanya. Sayangnya, Laili tidak satu kelas dengan Tias, tetapi ia satu kelas dengan Dimas. Itu suatu keuntungan untuk Laili, karena gadis itu pikir, Dimas mungkin bisa menjadi teman baiknya saat di kelas nanti, apalagi mereka sudah saling mengenal sebelumnya.

Saat Laili hendak masuk kelas, mendadak Dimas yang duduk di di kursi belakang berjalan terburu-buru menghampiri Laili sambil memanggil namanya.

"Laili!" teriak Dimas lantang, sampai orang-orang yang sedang berada di sekitar koridor memperhatikannya.

Laili kaget karena suara Dimas yang tiba-tiba bergaung di pendengarannya.

"Jam segini udah datang aja," ucap Dimas kemudian.

"Iya, kan bentar lagi ada kelas," jawab Laili seadanya.

"Oh iya, kita sekelas, kan? Semoga lo bisa berteman baik sama gue, ya."

"Itu pasti," jawab Laili dengan senyumannya.

***

Semester satu akan segera berakhir, namun Laili masih belum bisa memahami materi yang dipelajarinya. Bahkan ia rela membagi waktu bermain untuk di jadikan waktu belajar. Hampir setiap hari ia selalu mampir ke perpustakaan kampus untuk membaca ulang materi yang diberikan dosen.

Usahanya sedikit membuahkan hasil, tapi tidak seperti apa yang diharapkan gadis bersurai panjang tersebut. Nilai-nilai Ujian Tengah Semester-nya pun tidak jauh bedanya dengan nilai Ujian Mid Semester kemarin. Hanya ada beberapa nilai yang naik, selebihnya tetap sama.

Badai memang akan datang kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun. Sama halnya yang sedang menimpa Laili saat ini. Mungkin Tuhan sedang menguji dirinya untuk menjadi lebih baik lagi. Tapi, sampai kapan?

Laili hanya butuh dukungan dari orang-orang terdekatnya, meskipun Dimas dan Tias tak henti-hentinya menyemangati Laili, gadis itu tetap merasa ada yang kurang. Bahkan mereka sering belajar bersama jika ada waktu senggang. Laili masih butuh perhatian lebih dari Ibu dan Ayahnya. Sedangkan mereka hampir setiap hari bekerja meninggalkan Laili sendirian di rumah.

Laili sempat menyerah dan hampir saja memutuskan untuk berhenti kuliah. Namun, ia juga tidak mau jika Ayah marah besar karena ulahnya. Pikiran Laili sudah terbagi ke mana-mana. Ia kehilangan fokusnya.

Apa aku bisa bertahan melewati semua ini?. Batin Laili.

(LSC : 7520)

Terimakasih telah membaca! Kami tunggu respon dari kalian, ya. Kita akan kembali bertemu di hari Sabtu dan baca Laili untuk menghibur malam minggu kamu. Salam aksara!

Laili (LSC4) [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang