HAPPY READING GUYS!
18 Februari 2019 adalah hari dimana umur Laili telah bertambah satu tahun. Kini gadis itu berumur 19 tahun, dimana ia seharusnya sudah menjelma menjadi gadis dewasa, bukan lagi anak perempuan yang berumur lima tahun. Di umur ke-19 ini, Laili telah melewati setengah dari lika-liku hidup yang sebenarnya. Ia akhirnya sadar, semakin dewasa semakin banyak pula ujian yang akan datang.
Tepat pukul 12 malam tadi, Ibu dan Ayahnya Laili memberikan kejutan yang tak terduga kepada gadis itu. Ayah membawa Laili ke salah satu taman hiburan di Jakarta. Setalah pulang, ia di kejutkan dengan ibu yang membawa kue ulang tahun berukuran sedang berhiaskan krim putih yang menghiasi kue tersebut. Gadis berponi itu di suruh berganti pakaian, namun ia di kejutkan lagi dengan hiasan yang mengelilingi kamarnya. Tempat tidur Laili pun sudah dihiasi oleh tiga boneka baru, salah satunya memegang kertas berangka 19. Banyak balon merah jambu, biru dan putih mengambang di seluruh kamarnya. Laili bahagia, juga terharu. Setidaknya Ayah dan Ibu masih bisa menyisihkan waktu untuk putri mereka.
"Selamat ulang tahun anaknya Ibu," ucap Putri bahagia, ia menghampiri Laili kemudian mengecup pelipis gadis itu. Diikuti oleh Mahendra dengan melakukan hal yang sama. Lilin yang tepancang sudah padam dan potongan pertama ia berikan kepada orang tuanya.
"Semoga tetap menjadi anak Ayah yang membanggakan ya, Li."
Ucapan doa dari orang tua adalah hal yang didambakan oleh setiap anak, termasuk Laili. Hati Laili kembali merasakan penuh yang menyenangkan.
"Ibu sama Ayah, kok bisa ngerencanain ini, sih?" tanya Laili setelah melihat ibunya meletakkan kue di atas meja belajar.
"Mana mungkin Ibu dan Ayah melupakan tanggal ulang tahun anaknya, kan?" jawab Ayah.
Putri dan Mahendra menatap gadis kecil mereka yang sudah beranjak dewasa. Lalu keduanya kembali memeluk Laili singkat.
***
Keesokannya ketika Laili sedang sibuk dengan ponsel di bangku koridor kelas, Tias dan Dimas menghampiri gadis berpakaian Kemeja biru itu. Saking asiknya, Laili tidak menyadari eksistensi mereka berdua yang membuat mereka jengah dan kesal.
"Dim, dia kesurupan apa gimana?" bisik Tias kepada Dimas.
Dimas hanya mengedikkan bahunya perlahan. Laili benar-benar sedang hanyut dalam kalimat ucapan ulang tahun yang Arfa berikan melalui aplikasi chatting yang berwarna hijau.
+62 82223xxxxxx
"Hai Li! Apa kabar?"
"Hari ini, tanggal ulang tahunmu kan?
Happy Birthday, ya! Doa terbaik selalu menyertaimu. Aku minta maaf atas semua yang terjadi sama kita kemarin. Oh iya, tetap tersenyum ya. Semoga hari-harimu menyenangkan. Sekali lagi selamat ulang tahun, Putri Laili Jayanti (((peluk jauh)))" 10.20
"Makasih doanya ya, Ar" 10.22
"Aku udah kirim kue ulang tahun ke rumahmu. Nanti dimakan ya! Ada hadiah juga, semoga kamu suka" 10.25
Laili menyunggingkan senyumannya, lalu terperanjat karena Dimas dan Tias dihadapannya.
"Lo berdua ngagetin aja!" Laili mengusap dadanya perlahan dan mengatur napasnya yang tersengal karena terkejut.
"Lagi chatting-an sama siapa, sih?" tanya Dimas mulai kepo.
"Nggak sama siapa-siapa, kok. Liat timeline instagram doang," bohong Laili.
"Tapi senyum-senyum begitu? mencurigakan," timpal Tias dengan mata menyipit.
Lekas Laili memasukkan ponselnya ke dalam tas, tanpa membalas pesan terakhir dari Arfa.
"Apa sih, Yas, nggak kok," ucap Laili dengan nada gemasnya.
Tias dan Dimas tidak berkomentar lagi. Mereka hanya menganggukkan kepalanya singkat.
***
Laili baru saja ulang dari minimarket di dekar rumahnya untuk membeli cemilan. Saat memasuki rumahnya yang entah kenapa lampunya padam, padahal saat meninggalkannya tadi, rumanya masih benderang. Ia berjalan menuju stop kontak untuk menyalakan lampu. Tepat saat lampu menyala, Laili di kejutkan oleh suara ucapan selamat ulang tahun dan juga kue ulang tahun berserta lilinnya di meja.
"Happy Birthday!"
Dimas, Tias dan Dio memberikan kejutan yang tak terduga. Ini kejutan kedua setelah tadi malam ia merayakan dengan kedua orang tuanya. Laili masih diam di tempat, jantungnya masih berdebar kencang. Tias menghampiri Laili untuk segera mengganti pakaiannya dengan gaun yang sudah mereka siapkan.
Bak putri raja, gaun berwarna putih dengan panjang yang menjulur menutupi mata kaki dan bagian lengannya pendek sebahu sangat pas dikenakan oleh Laili. Mutiara-mutiara kecil yang menghiasi bagian lengan, pinggang dan tersebar acak di bagian bawah itu terkesan sangat mewah.
"Sini, tiup lilin dulu," Suruh Tias.
Wajah Laili terlihat sangat bahagia malam ini. Ia tak menyangka teman-temannya akan melakukan hal ini untuknya. Ia seperti menjadi putri semalam di hari ulang tahunnya.
"Li, selamat ulang tahun, ya!" Tias berseru lalu memeluk Laili singkat, "hadiah dari kita," lanjutnya dengan memberikan kotak kado berwana putih kepada Laili.
"Tapi kalian tadi ngeselin, aku kirain lupa!" tutur Laili dengan wajah kesal.
"Sengaja, biar jadi surprise," ucap Tias diakhiri dengan tawanya.
Dimas tidak bersuara, dirinya masih mengamati lamat-lamat wajah Laili yang nampaknya malam ini terlihat cantik dari biasanya. Gaun yang mereka berikan pun sangat pas di tubuh Laili. Rambut yang dicepol membuat leher jenjangnya terlihat. Laili terlihat berbeda dari yang pernah ia temui sebelumnya.
"Dim, lo kok diem aja?" tanya Tias sembari menyenggol lengan Dimas.
"Lo terkesima sama penampilan Laili, ya?" seloroh Dio menggoda Dimas.
"Eh, enggak, Laili beda aja kalo pake baju begitu."
Laili menaikkan alisnya sebelah, seolah berpikir dengan apa yang diucapkan oleh Dimas.
"By the way, selamat ulang tahun ya, Li!" seru Dimas mengalihkan pembicaraan.
"Makasih, Dim."
Mereka memakan hidangan yang sudah di ketiganya beli sebelum ke sini. Karena tidak ingin merepotkan keluarga Laili. Hampir tiga jam lamanya, mereka berpamitan untuk pulang. Sebelum sampai diambang pintu, Dimas kembali menoleh kepada Laili, lalu memberikan kotak kado berukuran kecil pada gadis itu.
"Ini, buat lo," ucap Dimas dengan kikuk.
Laili mengambilnya. "Makasih, Dim!"
Kemudian, Laili mengantar mereka sampai ke depan pintu gerbang.
"Hati-hati kalian! Makasih, ya!" seru Laili ketika ketiga sahabatnya sudah meninggalkan pekarangan rumah.
Laili kembali ke rumahnya sambil terus memperhatikan kado pemberian Dimas, lalu sedikit mengguncangkannya.
"Apa isinya, ya? Kok Dimas kikuk gitu ngasinya? Aneh banget."batin Laili.
***
(LSC : 16520)
KAMU SEDANG MEMBACA
Laili (LSC4) [Lengkap]
Teen FictionPutri Laili Jayanti, nama yang begitu indah namun tak seindah jalan hidupnya. Sudah kebal, malah kelewat bosan dengan badai yang terus menghampiri. Sebentar lagi dirinya akan masuk ke bangku kuliah dan ia mulai bertanya-tanya; badai seperti apa lagi...