-01-

109 4 9
                                    

- Fedillo -

"Oy, lo disuruh bos survei lapangan nanti jam 1 an."

"...."

"Terus, lo disuruh meeting juga besok."

"...."

"Itu aja si seinget gue pesan dari Pak Adri buat lo."

Ck, mulai lagi tuh si Adri kasih kerjaan banyak. Kalau aja gue gak inget dia yang kasih gue gaji, udah gue caci maki depan mukanya.

"Fedillo lo denger gue gak si?"

Gue denger kali, cuma males aja ladeninnya.

"Iya Indra gue denger. Bawel amat si lo."

Tanpa gue melihat tampang Indra, gue tau betul kalau sekarang mukanya asem banget gara-gara seperti biasa dikacangin gue yang lagi sibuk main game online.

"Lo tuh kapan si berhenti main game gajelas lo? kerjaan lo tuh banyak."

Selalu. Indra adalah salah satu dari sekian banyak orang di hidup gue yang mempertanyakan kapan gue berhenti main game online.

"Dra, hidup lo kaku amat sih kek kanebo."

Indra ini bisa dibilang bertolak belakang dengan gue. Dia gak pernah mainin hape ber jam-jam buat buang-buang waktu kayak gue. Pasti, yang dia buka di hape pinternya itu, kalau gak video youtube dengan judul "8 cara untuk meraih kesuksesan" ya gak jauh dari nulis artikel di blog pribadinya. Pokoknya, hidup nya jauh lebih produktif daripada gue.

"Lo tuh gak inget umur apa ya..." Omongan Indra terpotong secara perlahan saat dia mendapati gue menatapnya tajam.

"Dra, kerjaan gue bikin mumet. Gue butuh sesuatu buat hibur diri gue sendiri."

Dan untuk pertama kali, gue menganggap serius apa yang Indra ucapkan untuk gue disaat biasanya gue berakhir untuk bercandain dia yang gak kelar-kelar nontonin film berbau motivasi yang tinggi.

Mungkin, lagi sensi kali gue hari ini.

"Cari cewek lah."

Gue kira, Indra bakal tinggalin gue dengan tampang bete nya.

Tapi liat sekarang, dia malah duduk di depan gue, nyimpen semua tumpukan berkas di bangku sebelahnya dan menyalakan rokoknya.

Dan sepertinya, dari tampangnya yang mengerutkan kening sambil menatap gue intens, gue tau apa yang setelah ini dia ucapkan.

"Lo mau pacarin game-game lo itu?"

Tuh kan.

Gue berusaha buat gak nyebelin, tapi dia malah nyebelin banget.

Sempat ada jeda sebentar sebelum gue akhirnya memberhentikan game gue dan berakhir mengambil satu batang rokok milik Indra.

Bisa terhitung jari berapa kali gue merokok. Karena biasanya, gue merokok disaat gue sudah stres dengan semua kerjaan yang numpuk pemberian Pak Adri. Dan hari ini, entah kenapa gue merasa mumet dengan semuanya.

Siang ini, kantin di kantor gue cukup ramai. Mungkin karena hari terakhir ngantor semua pegawai menyempatkan untuk makan atau cuman sekedar duduk di kantin seperti yang gue lakukan—dan Indra yang tiba tiba datang ngomel gak jelas.

"Iya ya. Apa gue pacarin game gue aja," gumam gue sengaja membuat Indra lebih bete.

"Serius kali, Dil," Indra membuang puntung rokok nya sembarangan. Gak tau aja dia bacot nya Pak Adri kalau liat dia begitu di kantin perusahaannya.

Playing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang