- Fedillo -
Dulu, gue merasa bahwa untuk selalu merasa kesepian seperti ini bukanlah suatu hal yang baik.
Kadang gue cemas untuk mengetahui bahwa nanti di masa depan—tepatnya sekarang, gue akan selalu merasa kesepian.
Dan memang pada akhirnya gue merasakannya.
Kesepian.
Bedanya, gue gak menganggap hal tersebut sesuatu yang buruk.
Bahkan terasa biasa aja.
Mungkin karena gue mulai terbiasa. Terbiasa untuk melakukan sesuatu sendiri, terbiasa untuk mendapati sebuah rumah yang sepi, terbiasa mendapati kalau gue gak pernah punya seseorang yang bisa menggapai gue saat gue jatuh.
Cuma ada satu.
Diri gue sendiri.
Dan lagi, gue gak merasa keberatan dengan semua yang udah terjadi.
The past will always be past. So life for now, it's your choice to create a good or bad past.
Saat gue menemukan seseorang yang gue kira akan selalu ada di sisi gue.. nyatanya hal itu cuma berakhir menjadi masa lalu.
Masa lalu dimana gue merasa, kalau aja gue lebih berhati-hati dalam menerka apa yang akan terjadi, gue gak perlu untuk merasa sakit saat itu.
Lagi, masa lalu akan selalu disana. Jadi sebuah masa yang dikenang di masa sekarang.
Seseorang yang mungkin masih membekas di hati gue. Karena keberadaannya yang sempat membuat gue lupa gimana rasanya kesepian.
Sampai akhirnya dia pergi, gue merasa bahwa dunia cuma membiarkan gue merasakan kebahagiaan yang sifatnya sementara.
Sejak saat itu, gue merasa orang yang terbaik membuat diri gue bahagia adalah diri gue sendiri.
Gak ada yang lain.
Seseorang itu pergi.
Gue tetap hidup. Walau kadang gue merasa mati. Namun, gue merasa kalau semua udah diatur sama Tuhan.
Semenjak kepergiannya, gue jarang merasa kesepian lagi. Gue berubah jadi seseorang yang menikmati sepi walaupun sekitar gue ramai.
"Gue gak bisa," suaranya serak. Kala itu cuma ada gue dan dia didalam mobil yang tepat berhenti didepan rumahnya selepas gue mengantarnya pulang dari rumah gue.
"Gue ngerasa kalau kita gak bakal lebih dari seorang teman, Dil."
Gue cuma tersenyum.
"Gapapa. Makasih udah jujur sama perasaan lo sendiri," karena gue gak mau mengetahui fakta kalau nanti dia cuma berpura-pura merasakan perasaan yang sama seperti gue.
Perasaan ingin dia selalu ada disamping gue.
"Fedillo... go find your happiness."
Gue menatapnya dalam seolah malam itu malam terakhir gue bisa menatap matanya.
Sadar akan diri gue yang telat untuk mengetahuinya lebih dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Playing
Фанфик[On going] - We play games, not feelings. But sometimes, we are cowards. - Selamat datang dan berkenalan dengan Fedillo dan Denila serta yang lainnya.