-11-

34 3 5
                                    

- Fedillo -



Biasanya kalau di rumah begini, gue bisa habisin waktu gue untuk main game atau sekedar leha-leha diruang TV sambil nonton balapan motor.

Kalau ada Papa yang lagi libur diam di rumah, gue dan dia akan bermain bulutangkis bersama atau cuma sekadar duduk di teras sambil dia yang minum kopi dan gue minum teh.

Minggu lalu gue sempat bercengkrama bersama Papa yang kebetulan lagi libur.

"Kamu bagaimana?"

Karena Papa yang sering keluar kota untuk satu dan dua hal kerjaan yang katanya gak bisa ditinggal, membuat gue dan Papa jadi jarang ngobrol.

Bahkan, handphone gue aja jarang memunculkan sebuah pemberitahuan pesan dengan nama kontak Papa.

Gue cuma menoleh sambil meminum teh gue sedikit demi sedikit, "Gimana apanya?"

"Kerjaan mu, bagaimana?"

Sempat terlintas kalau gue kira pertanyaan yang nantinya terlontar adalah bukan itu.

"Baik-baik aja, gak ada masalah."

Papa gak pernah tanya gue mau jadi apa kelak, gue punya mimpi apa, dan hal sejenisnya.

Sampai sekarang, gue gak tau mau membawa hidup gue ke mana.

Kalimat Papa yang selalu gue ingat saat gue benar-benar merasa hilang arah adalah, "Lakuin yang bikin kamu senang."

Bahkan kadang gue lupa hal apa aja yang bikin gue senang. Hidup gue terlalu jalan begitu aja.

Pikir gue, yang penting gue gak jadi beban buat Mama sama Papa diusia gue yang udah bisa kerja sendiri.

"Papa gimana?" kala itu bergantian gue yang bertanya dan ingin tau.

"Papa masih bisa rasain senang, kamu gak perlu khawatir."

Selalu ada "gak perlu khawatir" di sana. Di kalimatnya, seolah memang tahu kalau kadang gue kepikiran dia yang bener-bener sibuk sampai harus bulak-balik ke luar kota.

"Dil..." gue menoleh lagi untuk mendapati Papa yang berdiri dari duduknya dan mengamati tumbuhan yang sengaja Mama tanam di teras rumah.

"Jangan lupa cari seseorang."

Suaranya masih tetap sama. Terdengar tegas namun menenangkan di saat yang sama.




"Seseorang yang bisa kamu bawa ke hidup kamu. Yang nantinya bisa temenin kamu waktu kamu susah dan senang."



Saat keesokkan harinya, tepatnya pagi hari gue sudah mendapati Papa yang kembali ke luar kota untuk urusan kantornya.



Berbeda dari minggu sebelumnya, hari ini rumah kedatangan seseorang.

"Tante, Bang Fedillo ada?"

Dari suaranya aja gue udah bisa menebak siapa yang datang. Sekalipun dia jarang ke rumah, gue cukup mengenal caranya mengetuk pintu dan suaranya yang menayakan keberadaan gue yang cukup familiar.

Playing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang