-16-

24 2 3
                                    

- Denila -


"Kamu lucu banget sih," dia tertawa sambil sesekali mengacak rambut gue.

"Rambut aku berantakan!" gue membenarkan rambut gue sambil sesekali menatapnya kesal.

Waktu itu cuma ada gue dan dia di dalam mobilnya menunggu tukang bubur langganan gue dan dia mengantarkan pesanan kita ke mobil.

"Denila...." pandangan gue beralih padanya yang sedang menatap gue dengan dalam sambil tersenyum tulus.

Senyum tulus seorang Arvan yang masih gue ingat.

Gak ada paksaan.

Gak ada sebuah kebohongan dalam matanya.

"Kenapa?" tanya gue berhenti membenarkan rambut gue dan menatapnya penuh.

"If you ever think to leave me, please don't."

Sempat kaget dengan ucapannya yang ternyata begitu dalam sebelum akhirnya gue tersenyum.

"Kok kamu random banget tiba-tiba bilang begitu..."

"...Aku di sini," lanjut gue masih dengan menatapnya supaya dia gak perlu takut karena gue ada di hadapan dia gak akan ke mana-mana.

Kini, sorot mata takutnya muncul.

"I even can't describe how i really feel grateful to meet you, Den."

Arvan selalu pandai berucap sampai gue merasa kalau gue benar-benar layak untuk terus hidup di dunia ini.

Gue gak pernah lupa tanggalnya.

30 September 2019.

Hari di mana gue merasa benar-benar berarti untuknya. Hari di mana gak ada yang gue inginkan kecuali untuk selalu bersama dia.

Satu hal lagi yang gue ingat pada hari itu, kalau gue lupa untuk berkata sama dengan apa yang dia minta pada gue.

Gue lupa untuk berkata dan meminta dia untuk gak pergi dari gue.

Karena, hari demi hari itu lewat semuanya mulai menjadi penyesalan.

Dia pergi.

Dia pergi tanpa sebuah alasan yang sampai saat ini selalu membuat gue bertanya-tanya.

Hidup terus berjalan gak peduli gue sedang lelah-lelahnya dengan hidup, sedang kecewa, atau sedih.

Waktu demi ke waktu.

Namanya hidup, harus tetap berjalan kan?

Sekalipun yang lo mau berhenti.

"Kamu tumben dua hari gak ngantor?" mama memulai topik pembicaraan sambil menaruh beberapa kue di meja makan.

"Lagi ambil cuti."

"Kamu ada masalah, Den?"

Mama paham bahwa gue termasuk orang yang bisa dibilang gila kerja. Makanya kalau dia tau gue ambil cuti dia pasti selalu nanya alasan kenapa gue ambil cuti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Playing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang