-08-

35 3 4
                                    

- Arvan -



Gue gak pernah tau kalau sesuatu yang awalnya gue benci akan jadi sesuatu yang gue suka.

Sesuatu itu adalah hujan.

Adanya dia di sana duduk untuk menunggu jemputannya yang ternyata ojek online adalah bukan sekedar menunggu.

Dia di sana untuk sejenak istirahat dari ramai dipikirannya. Tapi waktu itu, justru gue datang membawa kekosongan didiri gue yang gak tau kapan adanya.

"Kamu harus ikutin apa kata Mami, Van."

Kalimat yang akan membuat gue akhirnya mengepalkan tangan gue dan bergegas pergi dari rumah tanpa suara.

Kalimat yang akan membuat gue tersadar kalau gak akan ada yang pernah bisa dengerin gue.

Sekalipun gue cuma minta untuk didengar.

Tapi lagi, waktu raut mukanya sedikit takut akan gue yang tiba-tiba mengajaknya berkenalan, saat itu gue merasa didengar.

Sejak dia membiarkan gue berbicara tanpa disalahkan, tanpa dibenarkan, tanpa dihakimi, gue merasa kalau dia mendengar gue.

Walaupun waktu itu hujan cukup deras hingga membuat suara diantara kita nyaris gak terdengar, dia tetap mendengar bahkan berusaha.

Dia berusaha untuk mendengar.

Dia berusaha untuk tetap di sana.

Dia gak mikirin gimana nantinya dia pulang, dia cuma duduk disana bersama gue, mendengarkan gue.

Bahkan, terlalu aneh saat gue bisa sangat terbuka ke seseorang yang baru aja gue temui disebuah halte yang udah gak beroperasi.

Dari sekian banyak orang yang udah gue kenal lama, gue malah terbuka dengan seseorang yang baru aja gue temui.




Gue gak pernah menyesal untuk terlihat lemah dihadapannya saat hujan juga ikut menghardik kesedihan gue.

"Gapapa, Arvan."

Tangannya yang saat itu mulai menepuk pundak gue sambil tersenyum membuat gue merasa... kalau gue mau terus didengar olehnya.

Sejak saat itu gue selalu ingin dia berada disekitar gue.

Untuk selalu meramaikan diri gue yang kosong karena gak pernah didengar.

Dia berbagi ramai, gue berbagi sepi.

"Gapapa, Arvan."

Denila akan selalu jadi seorang perempuan yang mampu membuat gue tenang. Tenang karena gue merasa, gue punya seseorang yang selalu akan mendengar gue.

Yang selalu siap pundaknya gue jadikan sandaran, yang selalu siap tangannya untuk mengelus pundak gue sambil berkata, "Gapapa, Arvan."






"Tapi, Mi... Arvan sayang sama Denila."

"Kamu yakin dia sayang sama kamu juga, Van? kamu lebih milih dia daripada dengerin kata Mami?"

Playing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang