- Fedillo -
I'd climb every mountain
And swim every oceanMusic player di mobil menemani perjalanan gue menuju suatu tempat.
Bandung.
Terbiasa dengan kata sendiri, membuat gue selalu merasa biasa-biasa aja sekalipun sekitar gue sepi. Gue terbiasa melakukan sesuatu sendiri. Bahkan, gue pernah jalan-jalan satu mingguan di luar kota cuma ditemani diri sendiri.
Jalanan menuju Bandung di malam ini gak begitu padat juga gak begitu lenggang.
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, 'cause I need you to see
That you are the reasonBeberapa kali gue mengikuti suara penyanyi asli, menyanyikan lagunya bersama-sama.
Gue mencoba mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang gak penting banget di kepala gue.
Kenapa gue rela untuk ke Bandung cuma buat kasih jepit rambut ke orang yang bahkan gak gue kenal?
Gila kali ya, gue?
Apa mungkin jiwa tanggung jawab gue ini sangat besar?
Terkahir kali ke Bandung, beberapa bulan yang lalu. Ngajak Mama ke salah satu toko kue favorit Mama di Bandung.
Terus, bisa-bisanya gue ke Bandung ngikutin mobil orang untuk sampai disebuah rumah yang gak begitu besar. Halaman rumahnya dipenuhi dengan beberapa tanaman. Cat nya putih. Pagar nya juga berwarna putih.
Gue turun dari mobil gue tanpa berpikir panjang. Memberhentikan aktivitasnya yang sedang membuka pagar.
Dia sampai terlihat kaget mendengar suara gue. Emang suara gue semenyeramkan itu? sampai gue harus bilang, "Gue bukan setan by the way. Tenang aja."
Mukanya sedikit panik. Sambil sesekali dia benerin bajunya dengan gugup.
Kenapa, deh?
Tapi lain lagi, waktu gue memberikan barang miliknya, sebuah jepitan rambut yang membuat gue se-tolol ini untuk ngikutin dia ke Bandung, omongannya begitu pedas sampai di telinga gue sekalipun nada suaranya lembut.
"For your information.. jepit rambut banyak di toko. Harganya gak mahal banget. Gue bisa beli lagi yang serupa."
For your information, katanya.
Dih, gue juga tau kali.
Tapi, gue juga gak bisa marah atau kesal.
Karena gue juga bingung kenapa gue sebegitu niat nya ke sini, ke rumahnya, buat kasih jepitan rambut yang dia bisa beli lagi.
Mukanya yang panik juga berubah jadi lebih berani. Sama seperti waktu gue menabraknya beberapa jam yang lalu.
Gak ada pembicaraan yang bermakna.
Bahkan gue gak sempat mengajaknya berkenalan. Sebenarnya gue mau, cuma gatau kenapa otak gue sedang gak berfungsi dengan baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Playing
أدب الهواة[On going] - We play games, not feelings. But sometimes, we are cowards. - Selamat datang dan berkenalan dengan Fedillo dan Denila serta yang lainnya.