- Denila -
Dulu, waktu Papa masih ada, gue gak mungkin berani pulang malam. Papa selalu bilang kalau dia gak mau anaknya salah pergaulan.
Padahal, gue selalu bilang kalau gue bisa jaga diri.
Gue selalu pulang diantara jam sembilan sampai jam sepuluh malam. Lebih dari jam itu, gue bisa bayangin muka Papa yang menunggu gue pulang di ruang tamu.
Tapi sekarang... waktu menunjukkan hampir jam dua pagi dan gue malah berada di kota lain.
Bukan di rumah, untuk tidur atau bertukar cerita sama Mama karena biasanya waktu kita lagi sama-sama capek.. kita duduk berdua di ruang tamu buat sekedar ngobrol.
Papa juga dulu selalu menyempatkan buat bertukar cerita bareng gue dan Mama.
Entah gue yang cerita soal bagaimana gue di sekolah, Papa yang cerita soal klien nya yang banyak mau, ataupun Mama yang cerita kalau dia kalah arisan.
Tau apa yang bikin kita lebih rindu tentang suatu hal?
Saat kenangan itu terputar kembali di otak, dan lo bisa mengenangnya sepuas lo tapi lo gak pernah bisa mengulangnya dengan orang yang sama.
Lo gak bisa buat sekedar mengenang kenangan bersama orang yang membuat kenangan itu tercipta.
Kenangannya tetap ada di sana.
Si pencipta kenangan hilang.
Dan itu cuma buat kita sadar, kalau gak seharusnya mereka meninggalkan bekas.
Gak seharusnya mereka bikin kenangan yang selalu terputar di saat mereka gak ada untuk mengenangnya kembali bersama kita.
Gak adil untuk gue yang selalu mengingat.
Sialnya, hape gue mati. Dan gue gak bisa mengabari Mama bahwa gue gak pulang seperti biasanya.
Bahkan ini terlampau dari jam biasanya gue pulang.
Gue gak bisa bayangin Mama yang masih nunggu gue pulang karena cuma gue satu-satunya yang bisa menemani dia.
Gue juga gak ngerti kenapa sih gue harus sepeduli ini?
Bisa-bisa nya gue malah cancel taxi yang di pesan Fedillo.
Sebenarnya gue bisa langsung pulang aja karena dia juga yang meminta gue untuk pulang. Tapi entah kenapa, hati kecil gue berkata gue harus kembali ke ruang inap itu untuk memberikannya sebuah pengharum ruangan.
Gak disangka, saat gue kembali untuk membawa beberapa barang, gue mendapati Tante Rasmi yang ternyata udah bangun dari tidurnya sejak saat gue pulang.
"Permisi tante..." gue menyapanya sangat pelan karena takut mengagetkan. Terlebih, Fedillo juga belum bangun dari tidurnya. Gue juga gak tega buat ngebangunin cuma buat minta izin masuk ke ruangan Tante Rasmi.
Untungnya, ada Arsenio yang masih terjaga sehingga gue bisa minta izin jenguk Tante Rasmi lewat dia.
Sebenarnya gak enak juga buat jenguk Tante Rasmi di jam segini. Habis, gue pikir Tante Rasmi masih tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Playing
Fanfiction[On going] - We play games, not feelings. But sometimes, we are cowards. - Selamat datang dan berkenalan dengan Fedillo dan Denila serta yang lainnya.