08

915 224 17
                                    

pukul enam lebih sepuluh menit, dan aku sudah berada di dalam kelas seorang diri.

kali ini aku menunggu dengan harapan bahwa dia dan trisno akan masuk sekolah hari ini. kepala ku pusing karena terus memikirkan dia yang tak kunjung ku ketahui bagaimana keadaannya. juga pusing karena laki-laki yang kemarin meminta tolong pada ku.

aku memang meninggalkan nova di depan uks, tapi langkah ku kembali terhenti saat dia mengucapkan sebuah kalimat yang sungguh tak ku duga akan ku dengar.

"bagaimana jika aku bilang kalau aku suka kamu?" ucap nova.

aku berbalik, menatapnya terkejut. tiba-tiba, tapi entah aku berpikir mungkin aku menjadi salah satu alasan mengapa nova berani melukai dia.

"mengapa menyukai ku? mengapa bukan orang lain?" tanya ku sedikit marah, menjadi sangat risih pada nya.

"kamu juga, mengapa menyukai rean? mengapa bukan aku?"

aku kembali terkejut mendengar itu. nova tahu jika aku menyukai sahabat trisno. apa selama ini semua orang juga sudah tahu? atau mungkin, dia juga sudah tahu?

aku ingin menangis setelah mengetahui fakta bahwa ada orang lain yang tahu kalau aku menyukai kapten dari klub sepakbola sekolah itu. aku merasa sangat bodoh!

"j-jadi karena ini kamu melukai rean?" tanya ku pada nya.

nova tersenyum remeh. "jangan terlalu percaya diri, kamu bukan gadis paling cantik; tapi sialnya aku suka kamu. aku melukai rean karena aku memang benci dia, bukan karena mu." tutur nya kasar.

mendengar penjelasannya, ku pikir aku semakin membencinya saja.

tahu apa yang selanjutnya terjadi? aku menangis di depannya, menatapnya penuh kebencian, kemudian pergi dengan berlari menjauh darinya. jika bang bintang tahu, bahwa nova penyebab mengapa aku sering menangis akhir-akhir ini; bisa dipastikan luka di wajahnya mungkin akan bertambah lagi.

wah, aku tambah pusing mengingat ini. aku memilih untuk menidurkan kepala ku di atas meja; sembari menunggu bel masuk berbunyi. atau setidaknya, sampai aku mendengar suara trisno yang teriak-teriak ketika masuk kelas nanti.

semakin lama, kelas terdengar lebih ramai. sampai aku mendengar apa yang sedari tadi ku tunggu.

"assalamualaikum. hello everybody, yang rindu yang rindu, yang kangen yang kangen, yang dari kemarin tanya rean gimana? rean kenapa sih? trisno tolol rean kenapa? nih, rean udah comeback."

semua terkekeh mendengar celotehan trisno di depan kelas dengan dia di sampingnya. aku ikut tersenyum melihat itu. tapi, seperkian detik kemudian, senyum ku luntur, melihat tangan kanannya yang dibalut perban.

trisno dan dia berjalan ke bangku mereka setelah beberapa teman sekelas sudah memastikan keadaan dari sahabat trisno.

"hai rara, rindu aku gak?" tanya trisno.

aku hanya tersenyum sebagai jawaban. ku lirik sekilas dia yang meletakkan tas, ingin aku bertanya. tapi urung. aku jadi takut, mungkin saja dia memang sudah tahu mengenai perasaan ku padanya, kirara menyedihkan.

"jangan terus menganggu perempuan, kamu mau tanggung jawab kalau kirara baper?" tegur nya pada trisno, tanpa menatap orang yang menjadi lawan bicaranya.

"diam kamu jambu air! aku marah sama kamu! jangan ngobrol sama aku!"

aku terkekeh mendengar kalimat dramatis trisno, ku pikir dia bercanda; ternyata tidak.

bahkan sampai pulang sekolah, trisno tidak mengajak dia berbicara. tetap tidak peduli saat dia kesusahan menulis karena tangan kanannya terluka. aku ingin membantunya, tapi aku takut kalau-kalau dia sudah tahu bahwa aku menyukainya.

°secret admirer : kth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang