05

1K 250 5
                                    

saat ini jadwal pelajaran olahraga, dan aku tidak begitu menyukainya; tapi tak buruk juga, setidaknya aku dapat melihat dia memainkan hal lain selain sepakbola.

anak laki-laki di kelas ku tengah bermain bola basket melawan kelas ips yang memiliki jadwal olahraga yang sama. ada sebagian yang hanya duduk-duduk di tepi lapangan.

kalau anak perempuan jelas hanya duduk lesehan, mengamati sambil bergerombol. sementara aku, sedikit mengasingkan diri, bukan apa; tapi terkadang apa yang menjadi pembahasan mereka, tidak begitu menarik untuk ku. toh, mereka sudah paham bagaimana sifat tertutup ku ini.

kulihat trisno yang paling antusias untuk merebut bola oranye itu, aku tersenyum tipis melihatnya. entah bagaimana laki-laki itu seolah memiliki hawa positif dari ujung kepala sampai ujung kaki; sehingga siapapun yang memperhatikannya pasti merasa senang, apalagi ketika dia tersenyum dengan mata yang menyipit, lucu sekali. kemudian tatapan ku beralih padanya yang kini menerima operan bola dari trisno yang berhasil merebutnya dari lawan.

dia menggiring bola dengan bersemangat, ketika hendak melakukan lompatan untuk melakukan shooting, hal yang tak terduga terjadi. seorang laki-laki, yang aku tak tahu siapa; ikut melompat, namun dengan kurang ajarnya menyenggol tubuh dia sedikit keras menggunakan bahu.

dia terjatuh dengan sisi tubuh kanannya dahulu yang menyentuh lantai lapangan dengan cukup keras. "akh!"

mata ku membulat, aku menutup mulut saking terkejutnya. untuk beberapa saat semua orang seolah bergeming untuk mencerna kejadian itu. hingga trisno berlari menghampiri dia yang mungkin tengah kesakitan.

"rean!!" teriak trisno, menyentuh bahu nya, terlihat benar-benar khawatir.

anak perempuan langsung berlari menghampiri. "bawa rean ke uks. dia kesakitan!" teriak ayudia, teman sekelas ku. yang ku ketahui jika dia juga menyukai nya.

anak laki-laki langsung tanggap, dan mencoba membopong tubuh dia perlahan.

aku berlari kecil untuk mengikuti ketika tubuh itu diangkat keluar dari lapangan dengan dia yang masih kesakitan.

dia ditidurkan di salah satu bangsal, aku hanya menatapnya melalui jendela dari luar. melihatnya kesakitan, rasanya aku ingin menangis. lalu fatih keluar dari sana setelah ku lihat dia mengajaknya berbicara.

aku langsung menghalangi langkah fatih. "mau kemana?" ku tanya.

"rean butuh dokter, ku pikir ada kemungkinan patah tulang."

aku menahan napas mendengar itu, fatih langsung berlalu bersamaan dengan tangan ku yang terkepal. aku menengok lagi ke dalam, dia masih kesakitan sambil memegangi lengan kanannya. sementara, teman-teman mungkin merasa harap-harap cemas.

namun, aku tidak menemukan keberadaan trisno. iya! trisno kemana? saking fokusnya aku pada dia, aku baru sadar jika trisno tidak ikut mengangkat nya ke uks. aku mengedarkan pandangan, dan memutuskan berlari kembali ke lapangan. aku menemukan nya terduduk di tepi lapangan. sendirian. semua orang sibuk oleh dia yang terluka, hanya trisno yang tersisa di sini.

anak kelas lain pun sudah bubar. entah apa yang aku lewatkan, yang jelas aku berjalan mendekati trisno. ingin memberitahu jika sahabatnya tengah butuh dokter sekarang.

begitu berdiri tepat di sampingnya, dia mendongak menatap ku; dan aku menemukan lebam di rahang laki-laki itu, juga sisa darah di sudut bibir trisno.

aku menghela napas berat, tiba-tiba terduduk lemas di sampingnya saat kulihat trisno tersenyum dengan gigi yang berlumur sisa darahnya padaku. dan hal selanjutnya, aku menangis.

mungkin sebentar lagi aku akan datang bulan, itu sebabnya aku menjadi sensitif hari ini.

trisno terkekeh melihat ku. "hehe, kamu kenapa ra? khawatir sama rean ya?"

aku mengusap wajah ku. dan menatap trisno sendu. "enggak tahu, tapi aku gak suka lihat darah." jawab ku parau.

trisno terlihat terkejut beberapa saat. "darah nya masih ya?" tanya nya sambil meraba bibir.

aku mengangguk, dan mencoba untuk tak menangis lagi. "gigi kamu merah."

"oh. aku pikir darahnya banyak. gak apa-apa, aku kan anak jantan. hehe." dia kembali tersenyum, dan aku merinding melihat sisa darah itu masih menempel di gigi nya.

"jangan senyum. tunggu di sini, aku beli air dulu."

belum sempat trisno mencegah ku, aku sudah berlari ke arah kantin untuk membeli air mineral.

kembali pada laki-laki itu, dan menyerahkan botol minuman ku. trisno berkumur dari air itu, dan anehnya dia justru menelan airnya.

"trisno! jorok!"

dia tersenyum dengan gigi yang sudah putih. "mubazir air nya, jadi aku telan."

aku tidak tahu, bagaimana bisa ada orang seperti trisno. aku menduga, pasti dia berkelahi tadi, untuk membela sahabatnya.

dia bangkit dengan menggenggam botol minuman ku, dan menunduk menatap pada ku.

"aku mau menghampiri rean, kirara mau ikut?" tawarnya sambil mengulurkan tangan.

aku ikut berdiri, namun menepis pelan tangan trisno. "tidak, aku mau ganti dan ke kelas saja."

aku pergi meninggalkan trisno di sana, tanpa sadar jika sedari tadi trisno menahan perih di sudut bibir hanya untuk tersenyum demi meyakinkan ku bahwa dia baik-baik saja.

aku kesal, aku masih ingin menangis. melihat dia terluka, melihat trisno yang selalu baik padaku juga terluka. aku juga jadi ikutan terluka.

hari yang cukup melelahkan. mungkin sekarang dia sudah di bawa ke rumah sakit. ku harap dia tidak mengalami patah tulang seperti yang dikatakan fatih tadi.

ku harap dia baik-baik saja.

____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________

mas rean, mas trisno jangan sakit lagi ya?

hehe.

vote !!!

°secret admirer : kth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang