17

667 143 5
                                    

bgm : the overtunes - bicara

menyusun langkah untuk keluar dari perpustakaan kala bel berbunyi, menandakan istirahat ke dua akan selesai dalam lima menit. aku baru saja meminjam soal-soal ujian tahun lalu, karena minggu depan kelas akhir mulai mempersiapkan diri untuk ujian nasional.

waktu cepat sekali, padahal baru akhir-akhir ini aku bisa dekat dengan dia. sayang sekali bukan? sebentar lagi lulus, dan jika aku dan dia tidak satu kampus nantinya; bisa dipastikan bahwa aku tak akan bisa memperhatikannya lagi ---dengan rasa yang mungkin terus tumbuh, dan kusimpan sendiri. kirara yang menyedihkan.

dan kalian tahu? sudah tiga hari ini, sejak hari dia dan nova berdamai; dan di tiga hari itu juga terasa ada jarak yang tercipta. aku tidak tahu mengapa aku merasa seperti itu, tapi; dia berbeda.

aku menyempatkan diri untuk berbelok ke arah kantin, membeli roti karena perut ku yang terus minta di isi.

beberapa murid mulai kembali ke kelas, dan beruntung antriannya tidak panjang. jadi aku bisa langsung membayar.

ketika hendak melangkah keluar dari sana, langkah ku macet sebab meja disisi kiri ku tiba-tiba terdorong mundur hingga menimbulkan suara bising bukan main.

"oh?" aku terkejut, karena beberapa mangkok dan gelas ikut jatuh dan pecah berhamburan di lantai.

hampir saja aku ikut terdorong meja, jika reflek ku untuk menghindar tidak bagus.

ku tatap pelakunya, dan menemukan dia tersungkur di sana. mata ku membulat saat itu juga. ku alihkan pandangan pada trisno yang berjalan mendekati; berharap dia akan menolong sahabatnya. namun dugaan ku salah.

trisno justru menarik kerah dia sampai dia berdiri. sejurus kemudian, trisno meninju wajahnya keras-keras hingga dia kembali terjatuh ke lantai.

ku tutup mulut ku saking terkejutnya. soal-soal yang ku pinjam sudah tercecer. entah keberanian dari mana, aku tergesa mendekatinya, dan duduk dengan menyentuh bahu nya.

dia meringis kesakitan, dan menatap ku saat menyadari sentuhan ku di bahunya. dia seperti terkejut melalui bola matanya.

dan aku bisa melihat jelas darah di bibir juga hidungnya. baiklah, aku tidak boleh menangis.

dengan aku yang menghampiri dia saja pasti sudah menimbulkan banyak pertanyaan, apalagi jika aku menangisinya.

"ra." panggilnya.

ku usap mata berair ku dengan kasar. lantas aku bangkit, mengambil soal-soal tadi, dan memilih pergi dari sana.

mengabaikan dia yang terluka, dan tak menyadari tatapan tulus trisno yang mengkhawatirkan ku.

trisno sungguh keterlaluan. trisno adalah sahabatnya, tapi sekarang trisno memukulnya. dan aku yang tak tahu apa-apa, berakhir tidak bisa berbuat apa-apa.

baru beberapa langkah keluar dari area kantin. seseorang mencekal tangan ku, dan menarik ku untuk menghadap ke arahnya.

aku mendongak dan mendapatkan nova. tak tahan lagi, saat itu juga aku menangis.

nova menghela napas. "kenapa menangis?" tanya nya pelan.

"t-trisno pukul rean, kenapa kamu gak tolong?"

aku tidak paham pada nova maupun trisno hari ini. mengapa mereka begitu jahat, padahal selama ini dia sudah menanggung banyak penderitaan yang tak diketahui siapapun.

"aku malah ingin ikut pukul rean." jawabnya.

membuat ku terkejut. dan menatapnya tak percaya. ingin kubenturkan kepala laki-laki di hadapan ku ini ke tembok, kemudian meninggalkan mayat nya di gedung belakang sekolah. oke, itu keterlaluan. tapi, apa nova masih membenci kakak nya?

°secret admirer : kth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang