10

852 206 9
                                    

[ bgm : lagu favorit kalian, yang menurut kalian lirik nya manis. ]

hari sabtu, dan sekolah libur.

sore ini, aku tengah berjalan kaki menuju angkringan penjual minuman jahe kesukaan kakek; tak begitu jauh dari rumah. cukup dekat juga dengan sekolah.

aku memang yang paling sering mengunjungi kakek. dulu waktu libur dan aku masih smp, pasti seharian ku habiskan di rumah kakek bersama bang bintang; karena ayah dan ibu bekerja. karena sekarang aku sudah besar, anehnya kakek justru melarang ku sering-sering menengoknya.

beliau bilang aku seharusnya lebih sering keluar bermain bersama teman, dan bla bla bla. tapi kalian tahu bukan? aku lebih suka pada batas nyaman ku; bertemu orang baru membuatku risih, setidaknya untuk saat ini saja. karena pastinya aku tetap memerlukan orang baru saat memasuki dunia yang lebih luas nanti.

angkringan itu sudah terlihat di seberang jalan. aku tinggal menyebrang dan sampai. tapi sebuah motor perlahan menepi ke arah ku, membuat ku urung berjalan. takutnya motor itu akan menabrak ku.

aku menatap si pengendara dengan pembonceng di belakangnya. motor itu berhenti, dan keduanya melepas helm secara bersamaan.

"hai, ra!"

aku yang awalnya tak peduli, kemudian tersenyum, melihat orang yang menyapa ku itu tersenyum. ternyata trisno, dan— dia. mereka sudah akur rupanya.

"hai." jawab ku.

aku menatap keduanya bergantian. mereka saat ini menggunakan baju training, pasti baru saja selesai latihan dengan tim sepak bola nya.

"mau kemana?" tanya trisno.

aku hendak menjawab saat ku lihat dia menengok ke belakang punggungnya, ke arah angkringan, kemudian berbalik menatap ku.

"mau ke angkringan itu ya?" tanya dia. ku lihat trisno menatap sahabatnya dan beralih ke angkringan itu.

aku senang dia masih ingat tentang ini. "iya, aku mau ke sana." jawab ku, menatap keduanya bergantian— lagi.

trisno mengangguk. "aku juga mau ke sana ah!" ucapnya bersemangat.

aku tersenyum geli melihat kelakuannya. "mau beli minuman?" tanya ku.

"iyalah! ayo kirara!"

ku lihat trisno turun dari motor dengan bersemangat, sembari menunjukkan deretan gigi putihnya; membuat dia yang masih duduk mencoba menahan motor dengan satu tangannya yang tak terluka, juga kedua kakinya karena mungkin akan jatuh sebab pengurangan beban dari tubuh trisno.

aku senang sejujurnya akan ditemani trisno, tapi kemudian aku menatap dia. trisno jadi ikut menatap sahabatnya.

"kamu mau ikut gak?!" tanya trisno, seolah mewakilkan ku.

mendengar nada ketusnya, aku beralih menatap trisno. ternyata mereka belum sepenuhnya damai. mungkin trisno sengaja memberi tumpangan, karena kasihan pada sahabat nya yang masih terluka.

"terserah kamu, intinya kamu gak marah lagi sama aku." jawabnya tenang, dengan tersenyum tipis.

"pft!" aku menahan tawa mendengar itu, gemas saja ketika menyaksikan bagaimana dia sangat membutuhkan trisno.

"gak! aku masih marah sama kamu!" tolak trisno.

"ya makanya aku ikut atau gak itu terserah kamu, intinya kamu gak marah lagi sama aku." dia masih bertahan untuk membuat trisno memaafkannya karena masalah yang tak ku ketahui.

aku hanya menyimak perdebatan mereka, sampai ketika trisno akan kembali ngenyel dan mulai menolak lagi.

"aku masih—

°secret admirer : kth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang