KARY⸺23

223 26 4
                                    

Jadi, harusku salahkan siapa atas rasa bedebah ini, Tuan Hati? Apakah penjaga toilet umum sebelum melakukan ritual pembuangan sampah dari sebuah organ bernama usus besar sudah ditagih uang perawatan sebesar lima ribu rupiah, huh?

Atau harusku salahkan lagi semesta untuk kesekian kalinya atas rasa buat manusia macam dirimu ini, Tuan Dikta? 와 대박, 아이구 세상에. Ribet sekali.

Tuan penghuni kutub? Harusku salahkan organ bodoh mana lagi selain hati nan dungu ini? Aku pun tidak mau sembarangan mengikat tali kapal ke tonggak pelabuhan yang salah. Tapi, mau bagaimana lagi? Sejak hari itu aku suka kamu. Sudah coba henti tapi tidak bisa. Ah, bukan tidak bisa. Belum bisa, lebih tepatnya.

"Maafin saya ya, Bang Ivan. Tapi, kalau mau diskusi masalah apapun saya siap kok buat tukar pikiran. Asal ada cemilannya aja sih, hehe."

Bang Ivan tertawa renyah. Ajegile! Bagus sekali, giginya sangat rapih. Orang yang melihatnya pun akan ikut tersenyum karena saking manisnya orang ini. Bersahaja. Coba saja Ayubia melihat crush-nya yang sedang tertawa seperti ini, aku jamin dia akan pingsan. Aku saja sampai meleleh begini.

"Maaf juga untuk masalah Gavin⸺"

"Eh, tidak apa-apa kok, Bang. Saya tidak marah, malah senang bisa chatan dan ngobrol dengan crush ya walaupun hanya buat hal ini."

Bang Ivan mengangguk takzim dan Dikta si tuan sok dingin perebut hatiku itu melirikku dengan tatapan dinginnya seperti biasa. Cih, apa kamu kesal, Tuan, dengan pengakuanku?

"Dapat salam dari Ayubia, Bang. Dan sekalian saya pamit pulang. By the way, sekretariat HIMA-nya keren," ucapku saat melihat ruangan yang minimalis namun nyaman ini.

Kalian tahu tidak? Untuk keluar saja tuan sok dingin sok-sokan mau mengantarku sampai ke gerbang jurusan. Alibinya untuk memakiku sangat bagus.

"Pipin tidak mau memaki Inka? Ini sudah di depan gerbang, loh. Siapa tau tadi ditahan banget karna ada Bang Ivan."

Aku berucap dengan santai. Lagipula, sudah biasa aku menerima sarkastik darinya.

"Lain kali, jangan begitu. Saya tidak nyaman dan saya risih," ucapnya kemudian pergi. Tidakkah ia memikirkan perasaan yang mendapat sarkastiknya? Kenapa begitu sih.

Risih? Normal saja untuk seseorang yang tidak memiliki perasaan sedikit pun pada orang yang mengejarnya. Normal juga kalau dia terus melakukan sarkastik terhadap lawan si empu perasaan. Perasaan saja sudah berbeda, mau bersikap baik bagaimana?



Inka, si tuan risih sama AKUUUU hueeee🍊

Poor Hooman, 15 Mei 2020.

Revisi Masih Poor 20 April 2024


ꔫ˙ · . . · ˙ ꔫ˙ · . . · ˙ ꔫ˙ · . . · ˙ ꔫ˙ · . . · ˙ꔫ˙ · . . · ˙ꔫ


🦋 KAMUS CEHA 🦋

와 대박 = uwa daebak (weh, anjay)
아이구 세상에 = aiguu sesange (dunia gini amat)

HENTI? : DIARY INKA  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang