KARY⸺25

198 24 6
                                    

Hari ini Ujian Tengah Semester! Sudah hampir satu bulan aku tidak bertegur sapa dengan tuan sok dingin sejak perkataannya itu. Ah, lebih tepatnya aku yang tidak lagi menyapa.

Sejak kapan aku memerdulikan perkataan sarkasnya untuk perasaanku? Sejak kapan juga aku mulai sakit hati dengan segala perkataannya?

AAAAAAAAAAAAA!!!

Oke, kalian tahu kenapa aku berteriak? Ya, si kampret Gerald melemparkan sebuah tikus karet mainan ke arahku. Begini, aku tidak takut hanya kaget saja. Ingat, hanya kaget!

"Kau mau mati, huh?"

Aku berbicara sedikit keras dan masih duduk di tempatku, melakukan pendinginan otak setelah di cecar soal UTS yang tidak mahasiswawi.

"Galak sekali! Ayo ke kantin, kita makan, aku lapar, Inka."

Gerald mendekat dan berjongkok tepat di depan kursiku. Seperti anak anjing yang menunggu tuannya.

Kalau dilihat-lihat Gerald itu tampan, matanya seperti tapioca pearl atau lebih gampangnya mata boba. Hitam pekat seperti arang dan selalu menunjukkan cahaya di sana. Meneduhkan.

Tapi, itu semua tertutup karena tingkahnya yang seperti orang gila, kekanakan, manja, sering mengganggu seseorang. Jailnya di luar nalar. Seperti kurang belaian saja.

"Bia, Rey, Dasya mana?"

Aku bertanya dan melihat ke sekeliling ruangan, dua manusia aneh itu sudah tidak ada di sini.

"Sudah duluan, kata mereka: Inka kalau sedang melakukan pendinginan otak itu lama. Kita bisa mati kelaparan kalau menunggu dia, begitu."

Aku mendecih. Mati kelaparan apanya? Alasan sekali dua nenek sihir + satu pangeran kegelapan kesayanganku itu.

"Ayo, Vin. Ditunggu anak-anak nih."

Suara wanita yang kukenal, yang kutahu juga dia dari kelas B. Yang kutahu pula dia adalah kekasih dari pelabuhan kapalku. Menunjukkan diri di depan kelas A. Kelas yang kutempati.

"Duluan,"

Wanita itu mengangguk takzim dan tersenyum manis saat melihatku dengan sedikit menganggukkan kepala kemudian pergi. Sekali lagi kuingatkan! Gadis itu sempurna. Cantik, baik, ramah, pintar, kesayangan dosen pula. Ayo remahan rengginang sadar!

Oiya, anjim, guys!

Ternyata Dikta si tuan sok dingin dari tadi masih di kelas. Tenang dikit ngapah!? Tidak usah seperti cacing kepanasan begitu.

Gerald yang menyadari ekspresi wajahku berubah dari yang lemas menjadi sedikit memanas dan beberapa kali mendengus pun langsung terkekeh. Mengejek, huh?

Tiba-tiba ada kertas yang mendarat di atas mejaku.

"Lain kali tidak perlu repot-repot memberikan contekan pada orang lain. Kamu tidak membantu mereka sama sekali, hanya bodoh bersama saja."

Dikta berkata dengan santai, tatapan matanya susah dijelaskan. Tapi, ya terserah aku dong!

"Nye-nye-nye~ bicara dengan tembok sana."

Aku menggumamkan ejekan, entah terdengar atau tidak olehnya. Aku tidak peduli juga.

"Ayo, Ger. Aku juga lapar. Pengen es teh, panas sekali soalnya."

Gerald tertegun. Masih terdiam. Entah kenapa?

Aku berdiri. Berhadapan dengan tuan sok dingin.

"Minggir, saya mau lewat."

Dikta menarik bibirnya, smrik. Kemudian mendecih geli.

"Oiya, makasih atas perhatian tidak pentingnya. Akan saya ulangi,"

Dikta mendengus heran pelan kemudian menyingkir. Aku bergegas keluar. Aku lapar! Aku haus! Aku mo meninggoy.



Inka, 0,000000000001% sudah move on🍊

Sudut Dingin Hati, 12 November 2020

Revisi Indonesia Panas Banget 20 April 2024

HENTI? : DIARY INKA  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang